Pengertian dan Pengaturan Usaha Travel

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PT. ERIC DIRGANTARA

TOUR TRAVEL

A. Pengertian dan Pengaturan Usaha Travel

Kedatangan wisatawan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan diperkirakan pada masa mendatang kepariwisataan di Indonesia akan semakin cerah. Meningkatnya sektor pariwisata juga mempunyai andil yang cukup besar dalam pembangunan di Indonesia. Selain sebagai salah satu penghasil devisa yang cukup besar setelah minyak bumi dan gas. Pariwisata juga dapat memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat. Biro perjalanan travel adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur dan menyediakan pelayanan bagi seseorang, sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata dimana badan usaha ini menyelenggarakan kegiatan perjalanan yang bertindak sebagai perantara dalam menjual atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan baik di dalam dan luar negeri. Perwakilan adalah biro perjalanan umum, agen perjalanan, badan usaha lainnya atau perorangan yang ditunjuk oleh suatu biro perjalanan umum yang berkedudukan di wilayah lain untuk melakukan kegiatan yang diwakilkan, baik secara tetap maupun sementara. Biro Perjalanan Wisata BPW dan Asosiasi Perjalanan Wisata APW, berada di bawah naungan ASITA Association of the Indonesian Tours dan Travel Agencies . 12 12 www.wordpress.com20120604pengertian-biro-perjalanan Universitas Sumatera Utara Pengertian travel biro perjalanan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: 13 a Menurut Yoeti 2003:58 Biro perjalanan Travel adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa pelayanan yang diberikannya kepada pelanggannya. b Menurut Foster 2000:77 Biro perjalanan Travel adalah sebuah perusahaan yang menjual rancangan perjalanan secara langsung pada masyarakat dan lebih khusus lagi menjual transportasi udara, darat, laut; akomodasi penginapan; pelayaran wisata; wisata paket; asuransi perjalanan; dan produk lainnya yang berhubungan. Selain itu, menurut Yoeti 2003:59 munculnya biro perjalanan memiliki beberapa peran, yaitu: a Pengurusan dokumen perjalanan b Ticketing penjualan tiket pesawat domestik dan internasional c Hotel Reservation dalam dan luar negeri d Agen perjalanan kapal pesiar, charter flight, kapal laut dan kereta api e Paket wisata untuk dalam dan luar negeri f Escort services jasa mengiringi g Jemput dan antar tamu dari dan ke bandara h Pelayanan Umroh, Ibadah Haji dan perjalanan rohani lainnya. 13 Oka A. Yoeti. Tours and Travel Marketing, Jakarta : Pradnya Paramita, 2003, hal. 33. Universitas Sumatera Utara Menurut Kotler, mengatakan bahwa produk travel biro perjalanan dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu: a Core Product Produk inti adalah pelayanan atau manfaat yang disediakan untuk memuaskan kebutuhan target pasar wisatawan yang sudah teridentifikasi. b The Tangible Product Produk berwujud adalah penawaran khusus yang dilakukan dalam rangka menjual sesuatu dengan menekankan bahwa wisatawan akan menerimanya sebagai imbalan uang yang dibayarkannya. c The Augmented Product Produk tambahan adalah semua bentuk nilai tambah yang diberikan kepada tangible product yang ditawarkan, sehingga menjadi lebih menarik bagi calon wisatawan. Usaha perjalanan wisata merupakan bentuk usaha yang menyelenggarakan jasa perjalanan wisata baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.Usaha perjalanan wisata ini menyediakan sarana pariwisata dan segala hal yang terkait di bidang wisata. Usaha perjalanan wisata ini bisa berbentuk badan usaha, baik berupa Perseroan Terbatas PT, Perseroan Komanditer CV, Firma Fa, koperasi, yayasan, atau bentuk usaha perorangan. Yang termasuk dalam jenis usaha perjalanan wisata di antaranya adalah biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata.Baik biro maupun agen perjalanan harus memiliki izin usaha biro dan agen wisata dari walikota ataupun Universitas Sumatera Utara pejabat yang ditunjuk.Hal ini dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan usaha perjalanan.Dasar hukum pendirian biro dan agen perjalanan wisata ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 mengenai Kepariwisataan.Prosedur permohonan izin usaha pendirian biro atau agen perjalanan ini diawali dengan mengajukan surat permohonan kepada walikota atau pejabat setempat. Pengajuan ini dilakukan dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan bermaterai 6.000. Kemudian surat permohonan tersebut akan diproses selama 30 hari setelah surat diajukan. 14 Kemudian surat pengajuan yang telah diajukan tersebut akan dipertimbangkan oleh pejabat setempat, apakah permohonan tersebut diterima atau ditolak. Selanjutnya, pemohon akan diwajibkan memenuhi sejumlah persyaratan seperti berikut: 15 • Identitas diri yang masih berlaku fotokopi KTP • Fotokopi Izin Mendirikan Bangun-Bangunan IMBB • Fotokopi Izin Gangguan • Fotokopi studi kelayakan • Fotokopi akte pendirian perusahaan • Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah NPWPD Persyaratan tersebut akan membuat usaha yang bergerak di bidang biro perjalanan tersebut lancer dan tanpa adanya kesulitan di kemudian hari.Setelah 14 H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama . Bandung : Mandar Maju, 2009, hal 24. 15 E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan Himpunan Makalah 1961-1995, Bandung : Mandar Maju, 2000, hal. 98. Universitas Sumatera Utara memenuhi persyaratan untuk mendirikan usaha tersebut, hal yang harus dipenuhi selanjutnya adalah kewajiban sebagai suatu badan usaha. Dalam menjalankan usahanya,biro perjalanan atau agen perjalanan wisata ini harus melaksanakan kewajiban sebagai berikut: 16 • Memberikan perlindungan kepada para pelanggan atau para pemakai jasa • Menyediakan pramuwisata untuk memimpin dan membimbing wisatawan ketika melakukan perjalanan wisata • Menjamin terpenuhinya kewajiban atas pungutan negara dan pungutan daerah serta mengadakan pembukuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku • Patuh terhadap perundang-undangan yang berlaku. Jika kewajiban ini tidak terpenuhi, izin usaha tersebut akan dicabut oleh pemerintah setempat Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan wisata mempunyai perbedaan.Hal ini dapat dilihat dari perbedan fungsi dan faktor lainnya. Biro Perjalanan Wisata mempunyai dua fungsi yaitu: 17 a Fungsi Umum Dalam hal ini biro perjalanan wisata merupakan suatu badan usaha yang dapat memberikan penerangan atau informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia perjalanan pada umunya dan perjalanan wisata pada khususnya. b Fungsi Khusus 16 Ibid, hal. 98. 17 Oka A.Yoeti, Tours and Travel Marketing, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2003, hal. 37. Universitas Sumatera Utara • Biro Perjalanan Wisata sebagai perantara. Dalam kegiatannya ia bertindak atas nama perusahaan lain dan menjual jasa-jasa perusahaan yang diwakilinya. Karena itu ia bertindak di antara wisatawan dan industri wisata. • Biro Perjalanan Wisata sebagai badan usaha yang merencanakan dan menyelenggarakan tour dengan tanggung jawab dan resikonya sendiri. • Biro Perjalanan Wisata sebagai pengorganisasi yaitu dalam menggiatkan usaha, BPW aktif menjalin kerjasama dengan perusahaan lain baik dalam dan luar negeri. Fasilitas yang dimiliki dimanfaatkan sebagai dagangannya. Sementara itu, Agen Perjalanan Wisata mempunyai dua fungsi, yaitu : 18 a Sebagai Perantara • Di daerah asal wisatawan 1 Melengkapi informasi bagi wisatawan 2 Memberikan advis bagi calon wisatawan 3 Menyediakan tiket • Di daerah tujuan 1 Memberikan informasi bagi wisatawan 2 Membantu reservasi 3 Menyediakan transportasi 4 Mengatur perencanaan 5 Menjual dan memesan tiket 18 H.K. Martono, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009 Bagian Pertama , Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 73. Universitas Sumatera Utara b Sebagai Organisator Karena travel agent sebagai perantara, maka ia berada di tengah- tengah industri pariwisata, maka perlu ada kontrak yang dibuat terlebih dahulu. Selain itu harus ada perjanjian khusus yang mengatur hubungan kerja sehingga jelas tugas, kewajiban dan hak masing- masing pihak. Dari segi faktor resiko: 19 Biro Perjalanan Wisata memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan Agen Perjalanan Wisata.Hal ini disebabkan karena Biro Perjalanan Wisata mengeluarkan produknya berupa “Janji Jasa Perjalanan Wisata” yang dijual dalam bentuk “Brosur Paket Wisata” dan harus bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan produk yang dikeluarkannya. Biro Perjalanan Wisata harus menjamin bahwa wisatawan akan menikmati perjalanannya seperti apa yang tertulis dalam Brosur Paket Wisata yang dikeluarkan oleh Biro Perjalanan Wisata. Agen Perjalanan Wisata tidak memiliki tanggung jawab atas produk yang dijualnya. Hal ini dikarenakan Agen Perjalanan Wisata hanya sebagai perantara perusahaan produk kepada konsumen atau pelanggan dan apabila pelanggan tidak puas, mereka harus complain kepada pemilik produk misalnya Hotel atau Maskapai Penerbangan. 19 Ibid, hal. 73. Universitas Sumatera Utara Dari Segi Faktor Imbalan yang Diperoleh: Biro Perjalanan Wisata memperoleh imbalan atau laba yaitu dari selisih harga penjualan dengan total harga semua komponen yang dijualnya dalam paket wisata. Sementara Agen Perjalanan Wisata memperoleh imbalan berupa komisi dari pemilik produk dalam bentuk persen hasil penjualan.

B. Historis Berdirinya PT. Eric Dirgantara Tour Travel

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Perlindungan Hukum terhadap Penumpang yang Dirugikan oleh Maskapai Penerbangan Dalam Negeri yang Mengalami Penundaan Keberangkatan (Delay) Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2

1 6 43

TANGGUNG JAWAB HUKUM APOTEKER TERHADAP PASIEN SELAKU KONSUMEN AKIBAT KELALAIAN PEMBERIAN OBAT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TEN.

0 0 2

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUMPANG JASA ANGKUTAN UMUM KERETA API DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

4 32 119

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 1 33