D. Hak dan Kewajiban Pihak Travel Dalam Penjualan Tiket Penumpang
Undang-Undang Perlindungan Konsumen menentukan hak dan kewajiban pelaku usaha, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 dan Pasal 7.
66
Pasal 6 hak pelaku usaha adalah: Secara
lengkap sebagai berikut:
a hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan;
b hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
c hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang
diperdagangkan; e hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pada Pasal 7 dinyatakan Kewajiban pelaku usaha adalah: a
beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
66
Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999, Bandung : Citra Umbara, 2007.
Universitas Sumatera Utara
b memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang
danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif; d
menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa
yang berlaku; e
memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas
barang yang dibuat
danatau yang diperdagangkan; f
memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang
diperdagangkan; g
memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Dari keterangan undang-undang tersebut, maka dapat diketahui bahwa pelaku usaha mempunyai tanggung jawab yang cukup besar bagi konsumennya.
Begitu juga bagi pihak travel dalam penjualan tiket penumpang dimana pihak travel mempunyai peran yang cukup besar demi memberikan pelayanan terbaik
bagi penumpang.
Universitas Sumatera Utara
Hak dari pihak travel dalam penjualan tiket penumpang yaitu tidak bertanggung jawab atas penundaan jam berangkat delay, gangguan dan
kegagalan keberangkatan yang diberikan kepada pihak maskapai penerbangan sehingga menyebabkan penumpang tidak berangkat atau tiba tepat waktu di
tempat tujuan pada hari dan waktu yang sudah ditentukan. Ini dapat terjadi kemungkinan karena banyaknya jam penerbangan dengan maskapai lain sehingga
menyebabkan maskapai tersebut harus bersabar untuk terbang, adanya kerusakan pada mesin pesawat mungkin disebabkan mesin yang sudah aus atau akibat dari
bencana alam, awak pesawat yang belum lengkap atau mengalami penyakit mendadak yang menyebabkan pesawat tidak dioperasikan, dll. Ini menjadi hal
yang utama yang menyebabkan para penumpang emosi, mengeluh dan marah juga menyalahkan pihak travel karena disebut-sebut memberikan tiket pesawat yang
jam terbangnya ditunda. Sebenarnya yang salah adalah pihak maskapai penerbangan bukan pihak travel karena pihak travel hanya sebagai perantara
untuk menjualkan tiket tersebut, tetapi pihak maskapai penerbangan menundanya dan terkadang tidak memberikan konsumsi kepada penumpang yang ditunda jam
keberangkatannya itu. Lantas karena merasa dirugikan, maka penumpang mengamuk kepada pihak travel sementara travel tidak bisa sama sekali mengganti
jam penerbangan penumpang. Untuk itu, penumpang seharusnya harus lebih bijak dalam berpikir siapa yang harusnya bertanggung jawab ketika jam penerbangan
ditunda.
67
Sebenarnya untuk keterlambatan berangkat seperti itu sudah menjadi
67
Hasil wawancara dengan Nelfi, ticketing dari PT. Eric Dirgantara Tour Travel pada 12 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab pihak maskapai penerbangan seutuhnya. Jika pesawat terlambat lebih dari 30 menit, pihak maskapai penerbangan wajib memberikan makan dan
minum, jika lebih dari 90 menit wajib memberikan makan dan minum beserta pindah pesawat pada jam yang sama jika penumpang tidak merasa nyaman lagi.
Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi lagi apabila maskapai penerbangan konsekuen dalam penerapan Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2008 KM No.25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara, yang sudah berlaku pada bulan Juni tahun 2008 lalu. Dalam KM
tersebut, ada beberapa kewajiban maskapai penerbangan untuk memberikan pelayanan kepada penumpang yang hubungannya dengan keterlambatan atau
pembatalan jadwal penerbangan karena masalah dalam maskapai penerbangan sendiri. Kewajiban tersebut adalah:
68
• Untuk keterlambatan, maskapai penerbangan harus memberikan kompensasi pada penumpang : 30-90 menit, penumpang mendapatkana makanan kecil
dan minuman. 91-180 menit, penumpang mendapatkan makanan ringan, minuman serta makanan besar dan melakukan pemindahan ke penerbangan
maskapai lain apabila penumpang menginginkan dan memungkinkan untuk itu. Lebih dari waktu di atas, maskapai harus memberikan akomodasi dan
memprioritaskan penumpang bersangkutan untuk penerbangan hari berikutnya. Jika penumpang memutuskan tidak jadi berangkat karenaa
keterlambatan pembatalan tersebut, maskapai harus mengembalikan harga tiket sesuai harga pembelian.
68
H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Bagian Pertama
. Bandung : Mandar Maju, 2009, hal. 59.
Universitas Sumatera Utara
• Untuk pembatalan penerbangan, penumpang sudah harus diberitahukan setidaknya 45 menit sebelum jadwal, baik melalui SMS, telepon dan media
lainnya. Apabila penumpang tidak memperoleh layanan tersebut, maka dapat menghubungi hotline pengaduan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
melalui emailhubuddephub.go.id atau mengisi formulir online pada website Ditjen Hubud di www.hubud.dephub.go.id atau penyedia jasa bandar udara.
Hak lainnya yaitu pihak travel tidak bertangggung jawab atas kecelakaan, kehilangan koper dan keterlambatan tibanya koper oleh pihak maskapai
penerbangan dan alat pengangkut lainnya. Apabila penumpang mengalami kehilangan, maka yang menangani kehilangan tersebut adalah maskapai
penerbangan yang ia tumpangi. Penumpang tidak dapat menuntut apapun baik kehilangan maupun ganti rugi kepada pihak travel sebab travel sudah memberikan
jalan kepada penumpang untuk mencapai ke maskapai penerbangan dan kehilangan juga kerusakan bagasi penumpang adalah tanggung jawab maskapai
penerbangan agar dapat dicari keberadaannya.
69
Kewajiban dari pihak travel dalam penjualan tiket penumpang yaitu memberikan pelayanan jasa yang terbaik bagi penumpang. Ini dapat dilihat
apabila penumpang mengalami masalah dalam proses keberangkatannya. Untuk itu pihak travel harus lebih memperhatikan bagaimana status penumpang yang
ditangani sebab ketidakberangkatan penumpang juga salah satu masalah bagi
69
H.K.Martono, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009 Bagian Pertama
, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 102.
Universitas Sumatera Utara
pihak travel dan apabila ketidakberangkatan penumpang dikarenakan salah dari pihak travel bukan dari pihak maskapai penerbangan, maka pihak travel harus
wajib menanggungjawabi apa yang sudah menjadi kewajibannya dalam mengurus tiket penumpang tersebut.
E. Hubungan Antara Biro Perjalanan Selaku Pelaku Usaha dengan Penumpang Pesawat Udara