X
2
= Kondisi Fisik Ruas JalanSkala Likert
X
3
= Kelancaran Transportasi Skala Likert
∅
1T
= InterceptkonstantaSkala Likert
∅
1
− ∅
3
1T
= Koefisien estimasi model
�
1T
= Error term 3.7.2.
Test Uji Goodness of fit
Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan metode enter yang tersedia pada program statistik SPSS Versi 18,0, koefisien yang dihasilkan dapat
dilihat pada output SPSS berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat korelasi tiap-tiap variabel yang diteliti.
Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Uji-R
2
dan Uji - F F-test. Uji R
2
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel terikat secara bersama-sama, sementara Uji-F
mengetahui signifikasi untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.
3.8 Definisi Operasional
Untuk mendapatkan ukuran dari variabel-variabel yang diteliti maka perlu diberikan batasan operasional variabel yang dapat dijelaskan sebagai berikut;
Universitas Sumatera Utara
1 Keberadaan ruas jalan adalah tindakan yang berkaitan dengan penggunaan ruas jalan Medan-Binjai sebagai sarana pendukung aktifitas ekonomi dan sosial.
Dalam konteks penelitian ini variabel ini akan diukur berdasarkan skala likert. 2 Kondisi Fisik ruas jalan adalah hal-hal yang berkaitan dengan ketersediaan ruas
jalan yang dapat dirasakan dan diamati secara langsung. Dalam konteks penelitian ini variabel ini akan diukur berdasarkan skala likert.
3 Kelancaran transportasi yakni keadaan kelancaran lalu lintas yang melalui Jalan Medan-Binjai di daerah pengamatan. Dalam konteks penelitian ini variabel ini
akan diukur berdasarkan skala likert. 4 Pengembangan wilayah Kota Binjai dalam penelitian ini yakni peningkatan
kesejahteraan masyarakat. 5 Kesejahteraan masyarakat dalam kerangka pengembangan wilayah Kota Binjai
yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai dampak pengembangan jalan Medan-Binjai. Dalam konteks penelitian ini variabel ini akan diukur
berdasarkan skala likert. Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka operasionalisasi variabel
sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat diperinci lagi sesuai indikatornya sebagaimana tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Indikator
No. Variabel Definisi Operasional
Indikator Skala
Pengukuran
1. Keberadaan ruas jalan.
adalah tindakan yang berkaitan dengan
penggunaan ruas jalan Medan-Binjai sebagai
sarana pendukung aktifitas ekonomi dan
sosial. Persepsi masyarakat
pengguna jalan terhadap kemudahan akses dalam
aktivitas masyarakat, seperti: pendidikan,
kesehatan dan ekonomi
Likert
2. Kondisi Fisik ruas jalan.
adalah hal-hal yang berkaitan dengan
ketersediaan serta kualitas ruas jalan yang
dapat dirasakan dan diamati secara langsung.
Persepsi pengguna jalan mengenai ketersediaan
ruas jalan yang digunakan, kondisi
kualitas pelayanan ruas jalan, dan persepsi
pengguna jalan terhadap kondisi jalan Medan-
Binjai.
Likert
3. Kelancaran transportasi
yakni keadaan kelancaran lalu lintas
yang melalui Jalan Medan-Binjai di daerah
pengamatan Persepsi Masyarakat
tentang kondisi kemacetan lalu lintas,
persepsi tentang kenyamanan
beraktivitas, persepsi masyarakat tentang
kerawanan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Likert
4. Kesejahteraan Masyarakat
dalam kerangka Pengembangan
wilayah Kota Binjai
yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat
sebagai dampak langsung pengembangan jalan
Medan-Binjai Persepsi masyarakat
mengenai pelayanan ruas jalan terhadap skala
aktifitas perekonomian, Persepsi masyarakat
mengenai pelayanan ruas jalan terhadap skala
aktifitas sosial dan ekonomi bagi
masyarakat di sekitar Jalan Medan-Binjai
Likert
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Binjai
Secara umum terdapat 3 tiga aspek pokok yang dapat menggambarkan keberadaan Kota Binjai selama ini, yaitu; 1 Kondisi Geografis, 2 Kondisi
Demografis, dan 3 Kondisi Sosial Ekonomi Daerah. Dari ketiga aspek tersebut merupakan potensi yang dimiliki Kota Binjai sehingga dapat menjadi modal dasar
pembangunan Kota Binjai dan sekaligus dapat menjadi tantangan bagi keberlanjutan pembangunan Kota Binjai dimasa mendatang. Berikut ini uraian dari ketiga aspek
tersebut yaitu
4.1.1. Kondisi Geografis
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Binjai cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Bahkan sebagai salah satu wilayah yang berdekatan dengan ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Binjai sering digunakan sebagai barometer dan tolok
ukur dalam pembangunan. Secara geografis, Kota Binjai memiliki kedudukan strategis sebab senantiasa dijadikan wilayah persinggahan bagi masyarakat dari
berbagai kalangan baik dari Kabupaten Langkat maupun masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Secara geografis Kota Binjai berada pada 3°31’40’’ - 3°40’2’’ Lintang Utara dan 98°27’3’’- 98°32’32’’ Bujur Timur dan terletak 28 m di atas permukaan laut.
Universitas Sumatera Utara