Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal

2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal

Undang-Undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa sebagai dasar penyelenggaraan pemerintah daerah dirasa sudah tidak sesuai dengan tuntutan era reformasi menampung dinamika perkembangan masyarakat, sehingga diperlukan undang-undang baru yang diharapkan dapat mengakomodasikan seluruh tuntutan dan dinamika masyarakat. Akhirnya pada tahun 1999 muncul UU No.22 tahun 1999 dan UU No 25 tahun 1999 saat ini telah direvisi kembali menjadi UU No.32 dan No. 34 Tahun 2004 mengenai prinsip pemberian otonomi pada daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah. Secara proporsional pemberian wewenang itu diwujudkan dalam pengaturan pembagian dan pemanfaatan potensi nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Seperti telah diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman potensi termasuk budaya, alam, dan lingkungan. Untuk itu jika sebuah pengambangan wilayah akan dilaksanakan maka hendaknya memperhatikan karakteristik dari masing-masing daerah tersebut. Namun sebelum itu semua dilakukan, harus dibuat terlebih dulu perencanaan yang matang dan mapan serta meikirkan dampak yang tidak diharapkan dengan adanya perkembangan tersebut. Dengan pertimbangan inilah, maka perencanaan yang dibutuhkan adalah perencanaan Universitas Sumatera Utara Perkembangan Wilayah P d d k Perkembangan kegiatan usaha dan sosial,budaya masyarakat Perkembangan Kebutuhan Ruang Perubahan Pola Tata Guna Lahan : Pertambahan bangunan Peningkatan kebutuhan sarana pelayanan fisik yang bersifat terpadu dan menyeluruh serta terdapat keterkaitan satu sama lain dalam suatu sistem yang seimbang. Perencanaan yang menyeluruh dan terpadu mencakup segi sosial, ekonomi, dan fisik. Di dalam segi sosial menyangkut norma-norma termasuk moral masyarakat yang terkait dengan pendidikan, sosial budaya, agama, dan lain-lain. Adapun segi ekonomi menyangkut produksi berbagai sektor, pendapatan masyarakat,dan ketenagakerjaan. Kemudian dari segi fisik berkenaan dengan segi-segi geografis daerah perencanaan. Dengan demikian antara segi fisik dan nonfisik sosial ekonomi terdapat suatu keterkaitan. Hal ini bisa digambarkan dalam diagram berikut : Gambar 2.1. Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Terpadu Universitas Sumatera Utara Perencanaa n sosial budaya Perencanaa n Ekonomi Perencanaan Fisik dan Tata Ruang Lingkungan yang Ideal Secara Menyeluruh dan Terpadu Selanjutnya keterkaitan antara kedua aspek perencanaan tersebut dapat dijelaskan sebagaimana digambarkan dalam diagram berikut: Gambar 2.2. Hubungan Fisik dan Non Fisik Terjadinya pengembangan wilayahdaerah bisa jadi akibat pertambahan penduduk. Jika suatu wilayahdaerah menunjukkan adanya pemekaran maka diperlukan perencanaan pembangunan untuk mengantisipasi munculnya permasalahan utama, yaitu adanya ketimpangan. Untuk merencanakan pembangunan dan pertumbuhan wilayah, dalam tulisan ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi serta pengalaman negara lain yang menggunakan teori tersebut. Permasalahan utama dalam suatu wilayah adalah ketimpangan, baik antarwilayah maupun intrawilayah. Ketimpangan ini dapat ditinjau dari perbandingan kemiskinan atau keterbelakangan suatu wilayahdaerah lainnya yang menunjukkan perkembangan pesat. Ketimpangan selain mengenai kondisi antar wilayah juga dapat berupa ketimpangan dari segi produksi wilayah, ketimpangan pendapatan, Universitas Sumatera Utara kesempatan kerja, fasilitas pelayanan kebutuhan dasar, bahkan ketidakpuasan kelompok etnik atau suku, kelompok minoritas, dan lain sebagainya. Sehingga dengan begitu itu tujuan utama perencanaan pembangunan wilayah adalah bagaimana mengurangi ketimpangan-ketimpangan tersebut dan mengintegrasikan dengan tata ruang nasional, baik secara fungsional maupun secara territorial. Adapun teori-teori perencanaan pengembangan wilayah yang dikemukakan berbagai ahli adalah sebagai berikut.

2.5. Transportasi Pembangunan Jalan dalam Konteks Pengembangan