II.6.7 Dampak Acara Televisi
Media televisi sebagaimana media massa lain berperan sebgai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara starategis.
Bersamaan dengan jalannya proses penyajiannya isi pesan media televsi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda
menurut visi pemirsa. serta dampakyang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap
isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status ekonomi serta situasi dan knondisi pemirsa saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan
televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khlayak. Ada tiga dampak yang timbul dari acra televisi
terhadap pemirsa: 1.
Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditanyangkan televsi yang
melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. 2.
Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.
3. Dampak prilaku yaitu proses tertanammuya nilai-nilai sosial budaya yang
telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalm kehidupan pemirsa sehari-hari. Kuswandi, 1996:99.
II.7 Agenda Setting
Teori agenda setting pertama kali ditampilakn oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Show. Teori ini pertama kali muncul sekitar tahun 1972 dengan
publikasi pertamanya berjudul“The Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quartely No.37. Ketua pakar tersebut mengatakan bahwa jika
media memberikan tekanan pada peristiwa maka media iu akan menjadi agenda masyarakatnya Nuruddin 2007 : 195-197. Penelitian tentang pemilihan Presiden
Amerika Serikat pada tahun 1968, menjadi latar belakang lahirnya teori ini. Pada saat itu ditemukan hubungan yang tinggi antara penekanan berita dengan
bagaimana berita itu dinilai tingkatannya oleh pemilih. Meningkatnya nilai penting suatu topik berita pada media massa menyebabkan meningkatnya nilai
penting topik tersebut bagi khalyaknya. Teori agenda setting ini dikatakan media khusunya media berita tidak
selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Dasar pemikiran teori ini adalah
di antara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan
dianggap penting dalam suatu periode tertentu. Akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. Dalam memenuhi kebutuhan secara
psikologis dan sosial, audiens menjadi tergantung pada media massa. Masyarakat akan menjadikan topik utama yang diangkat oleh media sebagai bahan
perbincangan sehari-hari. Pengaruh dari teori agenda setting terhadap masyarakat dan budaya sangat besar. Stephen W.Littlejohn 1992 mengatakan, agenda
setting beroperasi dalam tiga bagian sebagai berikut. 1.
Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali.
2. Agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan
agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu
memengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya. 3.
Agenda publik memengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adakah pembuatan kebijakan publik yang dianggap
penting bagi individu. Bernard C. Cohen 1963 mengatakan bahwa pers mungkin tidak berhasil
banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Agenda masyarakat
diketahui dengan menanyakan kepada anggota masyarakat tentang apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan, atau apa yang mereka anggap
sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat. Bahwa suatu topik
pada media massa menyebabkan meningkatnya nilai penting topik tersebut pada khalayak. Agenda Setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat
kuat dalam pembentukan opini masyarakat. Media massa mempunyai kekuatan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting
menetapkan agenda-agenda media sehingga membuat publik berpikir bahwa ini yang dipilih penting dan menjadi agenda publik.
Sumber:http:diy4h.wordpress.compsikologi-perkembangan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
Metode adalah proses, prinsip yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi adalah suatu pendekatan umum
untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi
yang memungkinkan peneliti memahami dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain Mulyana, 2001:145.
III.1.1 Paradigma Penelitian
Sebelum melakukan pilihan pendekatan approach, metode method, teknik technique ataupun cara dan piranti ways and instruments, peneliti
menetapkan cara pandang yang digunakan terhadap bahan dan tujuan kajiannya. Cara pandang mendasar ini disebut paradigma kajian paradigm of inquiry.
Denzin dan Lincoln eds. 1994: 99 menjelaskan paradigma sebagai “ …a basic set of beliefs that guide action. Paradigms deal with first principles, or ultimates ”.
Jadi, paradigma adalah pandangan mendasar mengenai pokok persoalan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian. Dalam suatu paradigma terkandung sejumlah
pendekatan. Dalam suatu pendekatan terkandung sejumlah metode. Dengan menggunakan paradigma interpretif, kita dapat melihat fenomena dan menggali
pengalaman dari objek penelitian. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang
didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretatif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretatif
merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. Newman, 1997: 62-68. Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu
yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial, melihat fakta sebagai hal yang cair tidak kaku yang
melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretatif. Fakta - fakta tidaklah