karena sudah dilatih dan terbiasa. Ibu Adha lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi lagu daerah bangga terhadap budaya sendiri, budaya
Indonesia. Menurtu Ibu Adha, jika diantara anak didik tingkat TK dan SD di Yayasan Perguruan Budaya ikut ajang pencarian bakat anak Little Miss Indonesia
menurut Ibu Adha mereka tidak terganggu asalkan bisa membagi waktu belajar dengan kegiatan acara kontes tapi umumnya anak harus memprioritaskan belajar.
IV.2.2 Informan Kedua
Informan kedua peneliti yaitu Ibu Tri Wahyuningsih menjadi guru di kelas 5 SD Yayasan Budaya Medan baru delapan tahun lamanya. Ibu berusia 28 tahun
dan bertempat tinggal di Jl Cempaka GG. Melati Medan. Ibu Tri Wahyuningsih pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di
SCTV sangat menghibur dan anak-anaknya lucu dan menggemaskan. Ibu menanggapi dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang
serupa di televisi sama-sama ajang yang mencari bakat anak namun kemasan acarannya berbeda. Pandangan Ibu Tri terhadap tampilan anak-anak perempuan
diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai cantik-cantik tapi terkadang terlalu dewasa untuk anak seusia mereka, pasti akan didukung oleh orangtua
mereka. Ibu Tri melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut bijaksana tapi terkadang terlalu memaksa anak perform yang
lain dari yang sudah pernah ditampilkan. Menurut Ibu Tri tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat bagi pengembangan bakat anak. Ibu Tri lebih suka penampilan
finalis anak tersebut saat menyayi, menari tardisional mengembangkan budaya Indonesia. Menurtu Ibu Tri, jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan
Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak Little Miss Indonesia mereka tidak akan terganggu prestasinya asal bisa membagi dan orangtua mau
mengingatkan anak mereka.
IV.2.3 Informan Ketiga
Responden ketiga peneliti bernama Siti Nurhidayati mengajar di Kelas 1 SD, Ibu Siti berusia 22 tahun dan bertempat tinggal di jalan M Yacub Lubis
Dusun IV Medan. Ibu baru setahun mengajar di Yayasan Budaya Medan.
Ibu Siti Nurhidayati pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV dan menghibur disaat anak menampilkan bakat kekanak-kanakan orangtua
yang menonton pun pasti terhibur ingi anak meraka bisa tampil seperti anak-anak perempuan kecil mereka. Ibu Siti menanggapi tayangan ajang pencarian bakat
anak-anak perempuan yang serupa di televisi sama-sama mengasah bakat dan
kemampuan anak di Tv, anak-anak LMI umumnya masih kecil di usia 5 tahun
kebawah. Ibu Siti menilai tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi
kostum yang mereka pakai masih sesuai kostum anak-anak namun masih berpenampilan minim, didukung orang tua saat mereka tampil. Jika orang tua
hanya ingin memaksa anak ikut ajang tersebut anak pun akan tidak percaya diri dan gugup saat tampil di depan penonton. Ibu Siti melihat sikap dewan juri
terhadap para finalis Little Miss Indonesia, dewan juri memberi komentar yang mendukung agar anak-anak mau melatih bakat mereka lebih dalam lagi. Ibu
menanggapi tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat anak lebih terlihat kreatif untuk mengikuti acara itu dengan penampilan bakat masing-masing anak. Ibu Siti
lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi sambil berakting acaranya lebih bervariasi. Menurut Ibu Siti, jika diantara anak didik tingkat TK
dan SD Yayasan Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak masih tergantung bagaimana anak bisa membagi waktu belajar dengan kegiatan itu
karena bisa saja anak terikut dengan popularitas saja.
IV.2.4 Informan Keempat