PENGELOLAAN ASET DAN UTANG

F. PENGELOLAAN ASET DAN UTANG

Aset merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber‐sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Pengertian aset seperti tersebut di atas mencerminkan bahwa ruang lingkup aset pemerintah sangatlah luas. Aset pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan dan aset nonkeuangan. Aset keuangan mencakup kas, piutang, dan investasi. Aset nonkeuangan ada yang dapat diidentifikasi dan ada yang tidak dapat diidentifikasi. Aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi berupa aset berwujud dan aset tidak berwujud. Aset berwujud berupa persediaan dan aset tetap, yang dalam peraturan perundang‐undangan lebih dikenal dengan nama Barang Milik Negara (BMN). Aset yang tidak teridentifikasi dapat berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. Bagan aset pemerintah dapat dilihat pada gambar berikut.

Manajemen Pemerintahan Pusat 199

Gambar

5.10 Bagan Aset Pemerintah Kas & Setara

Kas

Aset Keuangan

Aset Persediaan Pemerintah

Berwujud

Dapat Aset Tetap

Tidak Berwujud Aset Non ‐Keuangan

Diidentifikasi

SDA

Tidak Dapat SDM Diidentifikasi

Dll.

Bagian berikut ini menguraikan tentang pengelolaan unsur‐unsur aset pemerintah, baik aset keuangan maupun nonkeuangan.

1. Pengelolaan Kas

Pengelolaan kas terutama bertujuan untuk dapat melaksanakan anggaran secara efisien serta melakukan manajemen sumber daya keuangan yang baik. Pengelolaan kas yang baik dapat menghasilkan pengendalian pengeluaran secara efisien, meminimumkan biaya pinjaman, dan memaksimumkan hasil yang diperoleh dari penempatan kas. Hal ini dilakukan melalui:

a. perencanaan kas (cash planning) dan perencanaan kebutuhan kas (cash forecasting);

b. memperpendek waktu yang diperlukan untuk penagihan dan pembayaran dilakukan secara tepat waktu (float management);

c. manajemen rekening bank dengan melakukan pemusatan saldo kas (Treasury Single Account/TSA);

200 2014 | Pusdiklatwas BPKP 200 2014 | Pusdiklatwas BPKP

e. penempatan saldo kas yang belum digunakan dalam bentuk setara kas atau penanaman sementara (temporary investment).

Pengelolaan kas dilakukan untuk memelihara ketersedian kas pada level yang ideal. Dalam hal terjadi kekurangan kas, Bendahara Umum Negara dapat melakukan pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri dan/atau menjual atau menerbitkan Surat Utang Negara, dan/atau menjual surat berharga lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang‐ undangan.

Sebaliknya, dalam hal terjadi kelebihan kas, Bendahara Umum Negara setelah berkoordinasi dengan Gubernur Bank Sentral dapat menempatkan Uang Negara pada rekening di Bank Sentral/Bank Umum yang menghasilkan bunga/jasa giro dengan tingkat bunga yang berlaku. Penempatan Uang Negara pada Bank Umum dilakukan dengan memastikan bahwa Bendahara Umum Negara dapat menarik uang tersebut sebagian atau seluruhnya ke Rekening Kas Umum Negara pada saat diperlukan. Kelebihan kas juga dapat digunakan untuk pembelian kembali Surat Utang Negara (SUN).

Pada dasarnya, pemerintah harus dapat menjamin ketersediaan dana yang diperlukan secara tepat waktu dan aman dalam rangka pelaksanaan anggaran. Agar kas tersedia pada saat diperlukan maka perlu adanya rencana penarikan dana dan rencana penerimaan dari pengguna anggaran. Dari rencana ini dapat disusun anggaran kas sehingga dapat diketahui jumlah arus masuk dan arus keluar kas untuk suatu periode serta surplus/defisit kas yang terjadi. Berdasarkan informasi demikian maka Bendahara Umum Negara dapat mengatur penempatan saldo kas yang menganggur serta menerapkan strategi pinjaman untuk menutup defisit kas.

Dalam kaitan manjemen kas, berdasarkan ketentuan UU Nomor 1 Tahun 2004 Satker diharuskan mencantumkan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan pada dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA halaman 3) dalam format bulanan. Rencana tersebut menjadi bagian dari revisi DIPA pada saat terjadi perubahan (updating) rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan penyediaan dana secara tepat waktu dan aman dalam pelaksanaan anggaran.

Manajemen Pemerintahan Pusat 201

2. Pengelolaan Piutang

Piutang merupakan hak pemerintah untuk menagih pada pihak lain. Piutang ini dapat terjadi karena hubungan perdata, seperti adanya jual beli atau pinjam‐meminjam, namun bisa juga terjadi karena ketentuan perundang‐undangan, seperti piutang pajak. Dalam undang ‐undang diatur bahwa kementerian/lembaga yang mempunyai piutang wajib mengupayakan penerimaannya kembali secara tepat waktu. Dalam hal terdapat piutang tak tertagih penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.

Dalam rangka menjaga agar piutang dapat diterima kembali secara tepat waktu, kementerian/ lembaga dituntut untuk mengatur berbagai hal yang terkait dengan piutang secara seksama. Hal‐hal seperti perencanaan, pemberian pinjaman atau penjualan secara kredit atau penerbitan surat ketetapan, pencatatan, pelaporan, penilaian, penagihan, dan penghapusan piutang harus diatur secara tegas. Pengendalian intern harus tercermin dan melekat sejak proses terjadinya piutang sampai dengan berakhirnya piutang karena pembayaran atau penghapusan.

Piutang pemerintah jenis tertentu, seperti piutang pajak, mempunyai hak mendahului. Penyelesaian piutang yang terjadi karena hubungan keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian kecuali untuk piutang yang penyelesaiannya diatur sendiri dalam undang‐ undang. Dalam hal terdapat piutang tak tertagih dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan. Kewenangan penyelesaian piutang bermasalah/penghapusan piutang adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Kewenangan Penyelesaian Piutang Bermasalah/ Penghapusan Piutang

Penyelesaian Piutang Bermasalah/

No Nilai Piutang

Penghapusan Piutang

1. ≤10 miliar

Menteri Keuangan

2. > 10 miliar – 100 miliar

Presiden

3. > 100 miliar

Presiden dengan persetujuan DPR

3. Pengelolaan Utang

Sehubungan dengan diberlakukannya anggaran defisit (I Account) berarti anggaran pendapatan tidak harus sama dengan anggaran belanja. Dalam Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 ditekankan bahwa dalam memanfaatkan surplus anggaran atau membiayai

202 2014 | Pusdiklatwas BPKP 202 2014 | Pusdiklatwas BPKP

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mempunyai kewenangan untuk mengadakan pinjaman. Pinjaman dapat berupa pinjaman yang dilakukan secara bilateral atau multilateral. Pinjaman ini dapat diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah/BUMN/BUMD. Pinjaman ini dituangkan dalam suatu naskah perjanjian pinjaman. Sejalan dengan asas bruto maka biaya yang terjadi karena penarikan pinjaman dibebankan pada anggaran belanja. Di samping itu, pemerintah juga dapat menerbitkan Surat Utang Negara (SUN).

Selain ada utang yang berasal dari pinjaman, pemerintah juga bisa mempunyai utang karena kegiatan operasional atau utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK). Utang operasional antara lain timbul sehubungan dengan adanya pengadaan barang/jasa yang telah diterima tetapi pada akhir tahun anggaran belum dibayar. Dengan demikian, utang yang berasal dari kegiatan operasional ini dapat terjadi di kementerian negara/lembaga. Utang PFK timbul karena adanya uang yang dipungut oleh pemerintah untuk kepentingan pihak lain dan belum disampaikan kepada pihak tersebut. Terhadap utang‐utang ini, pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran juga wajib menatausahakan dan melaporkannya dalam laporan keuangan. Pengguna anggaran atau kuasanya berkewajiban mengelola utang dalam kepengurusannya dan menguji setiap klaim sebelum memerintahkan pembayaran atas beban anggaran negara.

Utang dibayar secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan. Hak tagih atas utang sebagai beban negara kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain dalam undang‐undang. Kedaluwarsa ini akan tertunda jika pihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepada negara sebelum berakhirnya masa kedaluwarsa. Ketentuan kedaluwarsa ini tidak berlaku untuk pembayaran bunga dan pokok utang yang timbul karena pinjaman.

Manajemen Pemerintahan Pusat 203

4. Pengelolaan Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang‐barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Secara umum persediaan merupakan aset yang berwujud yang meliputi:

a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah;

b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;

d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan.

e. Barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya: ƒ

barang habis pakai seperti alat tulis kantor ƒ

barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa

ƒ barang bekas pakai seperti komponen bekas Dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat diperlukan pengendalian

persediaan (inventory controll) agar tercapai jumlah yang ideal. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas pelayanan dapat terjamin (tidak terganggu). Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip‐prinsip ekonomi, yaitu jangan sampai biaya ‐biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya‐biaya yang disebut carrying cost, yaitu biaya‐biaya yang terjadi karena kepemilikan persediaan yang banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang

204 2014 | Pusdiklatwas BPKP 204 2014 | Pusdiklatwas BPKP

Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti: mahalnya harga karena membeli dalam jumlah kecil dan mendesak serta terganggunya pelayanan kepada masyarakat.

Selain terkait jumlah penyediaannya, pengendalian persediaan juga mencakup aspek pengamanan dan akuntabiltasnya. Dalam kaitan ini pengendalian persediaan dilaksanakan oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) sesuai dengan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan PMK Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Klasifikasi Barang Milik Negara.

5. Pengelolaan Investasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, yang dimaksud dengan investasi pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Kewenangan pengelolaan investasi pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara yang meliputi kewenangan regulasi, supervisi, dan operasional.

Pemerintah dapat melakukan investasi karena berbagai alasan, antara lain memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan atau memanfaatkan dana yang belum digunakan dalam bentuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas. Investasi jangka pendek yang dilakukan pemerintah harus memenuhi karakteristik dapat segera dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas, dan berisiko rendah.

Investasi jangka panjang dapat berupa investasi permanen dan investasi nonpermanen. Investasi ini dapat dilakukan oleh pemerintah melalui pasar modal atau investasi langsung pada bidang usaha tertentu. Investasi melalui pasar modal dapat dilakukan dengan membeli saham atau surat utang. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak semata‐

Manajemen Pemerintahan Pusat 205 Manajemen Pemerintahan Pusat 205

Investasi permanen merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, misalnya penyertaan modal pemerintah pada BUMN. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Dengan demikian investasi nonpermanen ini dimaksudkan akan dicairkan kembali suatu saat, misalnya dana bergulir.

6. Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)

BMN mencakup semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan BMN antara lain dapat dilakukan melalui pembelian, pembangunan, pertukaran, kerja sama, hibah/sumbangan, dan perolehan berdasarkan peraturan perundangan/putusan pengadilan (rampasan).

Dalam rangka menertibkan pengelolaan BMN, maka dilakukan pembagian kewenangan yang jelas atas BMN. Menteri Keuangan sebagai pengelola barang berwenang mengatur pengelolaan BMN berdasarkan peraturan perundang‐undangan yang meliputi penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan. Sedangkan menteri/pimpinan lembaga berkedudukan sebagai pengguna barang pada instansi yang dipimpinnya. Para pengguna barang wajib mengelola dan menatausahakan BMN yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik‐baiknya. Lingkup pengelolaan BMN pada instansi pengguna sebagaimana pada Gambar 5.11 berikut.

206 2014 | Pusdiklatwas BPKP

Gambar

5.11 Lingkup Pengelolaan BMN

Dalam rangka menjaga kesinambungan pelayanan kepada masyarakat, dilakukan pengaturan atas penghapusan serta pemindahtanganan BMN. BMN yang diperlukan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan tidak dapat dipindahtangankan. Penghapusan maupun pemindahtanganan BMN pada prinsipnya harus mendapat persetujuan DPR. Namun dengan pertimbangan efisiensi pengelolaan tanpa mengesampingkan pengamanannya, dibuat variasi agar kewenagan tersebut tidak terpusat di DPR, dengan ketentuan sebagaimana Tabel 5.2.

Manajemen Pemerintahan Pusat 207

Tabel

5.2 Kewenangan Penghapusan/Pemindahtanganan BMN

No Jenis dan Nilai BMN

Pihak Berwenang

1. Tanah / bangunan