PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
B. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
BPK mempunyai kebebasan dan kemandirian dalam melaksanakan pemeriksaan. Kemandirian ini termasuk dalam perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, maupun penyusunan dan penyajian laporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam perencanaan mencakup penetapan objek pemeriksaan (auditee), kecuali untuk objek pemeriksaan yang telah diatur dalam undang‐ undang atau berdasarkan permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK dapat memanfaatkan informasi dari berbagai pihak yang kompeten dan terkait, seperti hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, masukan dari lembaga legislatif, serta informasi dari pihak lain yang andal. Dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK dapat memanfaatkan anggaran serta sumber daya yang dimiliki secara mandiri dan akuntabel. Dengan mekanisme yang demikian diharapkan BPK dapat memfokuskan pemeriksaannya pada hal‐hal yang menjadi perhatian lembaga legislatif serta pada berbagai hal yang berdampak pada kewajaran penyajian laporan keuangan, efisiensi, dan efektivitas program dan kegiatan.
Selama menjalankan pemeriksaan, BPK dapat mengakses data yang diperlukan, meminta informasi dari orang‐orang terkait, memperoleh bukti dokumen, wawancara, maupun bukti fisik untuk mendukung hasil pemeriksaannya, termasuk melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, atau dokumen jika dipandang perlu.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dengan Peraturan Ketua BPK Nomor 1 Tahun 2007 mengamanatkan bahwa pemeriksaan harus dilaksanakan oleh pemeriksa yang kompeten. Apabila BPK tidak mempunyai tenaga ahli pada bidang tertentu, sementara keahlian ini diperlukan, maka BPK dapat menggunakan bantuan tenaga ahli dari luar BPK.
Di dalam Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, diatur secara khusus mengenai ketentuan pidana pada pasal
24 sampai pasal 26 dengan materi pokok sebagai berikut.
Manajemen Pemerintahan Pusat 259
Tabel
8.1 Ketentuan Pidana Terkait Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Pelanggaran
No Subjek Ancaman Pidana Maksimal
(dengan sengaja)
1. Setiap orang
tidak menjalankan kewajiban
penjara satu tahun enam bulan
menyerahkan dokumen dan/atau
dan/atau denda Rp500.000.000,00
menolak memberikan keterangan yang diperlukan untuk kepentingan kelancaran pemeriksaan
2. Setiap orang
mencegah, menghalangi, dan/atau
penjara satu tahun enam bulan
menggagalkan pelaksanaan
dan/atau denda Rp500.000.000,00
pemeriksaan
3. Setiap orang
menolak pemanggilan yang
penjara satu tahun enam bulan
dilakukan oleh BPK tanpa
dan/atau denda Rp500.000.000,00
menyampaikan alasan penolakan secara tertulis
4. Setiap orang
memalsukan atau membuat palsu
penjara tiga tahun dan/atau denda
dokumen yang diserahkan
Rp1.000.000.000,00
5. Setiap mempergunakan dokumen yang
penjara tiga tahun dan/atau denda
pemeriksa diperoleh dalam pelaksanaan tugas
Rp1.000.000.000,00
pemeriksaan melampaui batas kewenangannya
6. Setiap menyalahgunakan kewenangannya
penjara satu tahun dan paling lama
pemeriksa sehubungan dengan kedudukan
lima tahun dan/atau denda setinggi‐
dan/atau tugas pemeriksaan
tingginya Rp1.000.000.000,00
7. Setiap tidak melaporkan temuan
penjara satu tahun enam bulan
pemeriksa pemeriksaan yang mengandung
dan/atau denda paling banyak
unsur pidana yang diperolehnya
Rp500.000.000,00
pada waktu melakukan pemeriksaan
8. Setiap orang
tidak memenuhi kewajiban untuk
penjara satu tahun enam bulan
menindaklanjuti rekomendasi yang
dan/atau denda paling banyak
disampaikan dalam laporan hasil
Rp500.000.000,00
pemeriksaan
Ketentuan mengenai pemeriksaan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang ‐Undang Nomor 15 Tahun 2004 dilaksanakan mulai laporan keuangan tahun anggaran 2006, dengan ketentuan transisi sebagai berikut.
a. Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara selambat‐lambatnya satu tahun setelah berlakunya Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 2004.
260 2014 | Pusdiklatwas BPKP 260 2014 | Pusdiklatwas BPKP
ditetapkannya tata cara penyelesaian ganti kerugian negara, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan yang ada sebelum berlakunya Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 2004.