Pokok ‐Pokok Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

3. Pokok ‐Pokok Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

a. Prinsip Dasar, Kebijakan Umum, Etika, dan Ruang Lingkup Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah membutuhkan barang/jasa untuk meningkatkan pelayanan publik atas dasar pemikiran logis dan sistematis, mengikuti prinsip dan etika yang berlaku, berdasarkan metode dan proses pengadaan yang baku. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.

1) Prinsip ‐Prinsip Dasar Pengadaan barang/jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip‐prinsip

pengadaan yang dipraktikkan secara internasional yaitu prinsip efisiensi, efektivitas, persaingan sehat, keterbukaan, transparansi, tidak diskriminasi, dan akuntabel.

Gambar

5.5 Prinsip Pengadaan Barang/Jasa

152 2014 | Pusdiklatwas BPKP

2) Kebijakan Umum Kebijakan umum pengadaan barang/jasa pemerintah bertujuan untuk

menyinergikan ketentuan pengadaan barang/jasa dengan kebijakan‐kebijakan pada sektor lainnya, dengan langkah‐langkah sebagai berikut.

a) Peningkatan penggunaan produksi barang/jasa dalam negeri, teknologi informasi dan transaksi elektronik, peran serta usaha mikro, usaha kecil,

koperasi kecil dan kelompok masyarakat, profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab para pihak yang terlibat, dan penerimaan negara melalui sektor perpajakan.

b) Penumbuhkembangan peran usaha nasional, industri kreatif inovatif, budaya dan hasil penelitian laboratorium atau institusi pendidikan dalam

negeri.

c) Pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup secara arif, sarana/prasarana penelitian dan pengembangan dalam negeri.

d) Kemandirian industri pertahanan, industri alat utama sistem senjata (alutsista) dan industri alat material khusus (almatsus)

e) Penyederhanaan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses

pengambilan keputusan.

f)

Pengadaan barang/jasa di dalam wilayah NKRI.

g) Pengumuman secara terbuka rencana dan pelaksanaan pengadaan

barang/jasa.

3) Etika Dalam Pengadaan Barang/Jasa PPK, penyedia barang/jasa dan para pihak yang terlibat harus memenuhi etika:

a) melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab;

b) bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta

menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang;

Manajemen Pemerintahan Pusat 153 Manajemen Pemerintahan Pusat 153

d) menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang

ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak;

e) menghindari/mencegah terjadinya pertentangan kepentingan, pemborosan/ kebocoran keuangan negara, penyalahgunaan wewenang

dan kolusi;

f) tidak menerima, tidak menawarkan/tidak menjanjikan untuk memberi/ menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui/patut diduga terkait pengadaan barang dan jasa.

4) Ruang Lingkup dan Pembiayaan Pengadaan Ruang lingkup pengadaan barang/jasa pemerintah mencakup:

a) Pengadaan barang/jasa di lingkungan kementerian/lembaga/ pemerintah daerah/instansi (K/L/D/I), Bank Indonesia, Badan Hukum

Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang sebagian/ seluruhnya dibiayai APBN/D.

b) Pengadaan barang/jasa yang dananya bersumber dari APBN/D termasuk yang sebagian/seluruh dananya dibiayai dari pinjaman/hibah dalam

negeri. Para pihak dapat menyepakati tata cara pengadaan, apabila terdapat

perbedaan antara Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dengan ketentuan pemberi pinjaman/hibah luar negeri (PHLN).

Pembiayaan pengadaan yang disediakan K/L/D/I untuk pemilihan penyedia dari APBN/APBD meliputi:

a) honorarium personil organisasi pengadaan barang/jasa termasuk tim

teknis, tim pendukung dan staf proyek;

b) biaya pengumuman pengadaan barang/jasa termasuk biaya

pengumuman ulang;

154 2014 | Pusdiklatwas BPKP 154 2014 | Pusdiklatwas BPKP

d) biaya lainnya untuk mendukung pengadaan barang/jasa. Selain itu K/L/D/I dapat:

a) menyediakan biaya pemilihan penyedia barang/jasa pada tahun

anggaran berikutnya

b) mengusulkan besaran standar biaya umum (SBU) terkait honorarium

kepada menteri keuangan/kepala daerah.

b. Pokok ‐Pokok Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa

1) Para Pihak dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

a) Organisasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Organisasi pengadaan barang/jasa melalui penyedia terdiri atas:

(1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Atas dasar pertimbangan besaran beban pekerjaan atau rentang

kendali organisasi, pengguna angaran (PA) pada K/L/I menetapkan seseorang atau beberapa orang kuasa pengguna anggaran (KPA). Sedangkan PA pada pemerintah daerah mengusulkan satu atau beberapa orang KPA kepada kepala daerah untuk ditetapkan.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

PPK merupakan pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa. PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani kontrak dengan penyedia barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari APBN/APBD.

Manajemen Pemerintahan Pusat 155

PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

(3) Unit Layanan Pengadaan/Pejabat Pengadaan

Unit layanan pengadaan (ULP) wajib dibentuk untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 dan jasa konsultasi dengan nilai diatas Rp50.000.000,00.

Sedangkan pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan nilai dibawah Rp200.000.000,00 dan jasa konsultasi dengan nilai di bawah Rp50.000.000,00 serta pengadaan langsung dapat dilaksanakan oleh pejabat pengadaan.

ULP berjumlah gasal beranggotakan paling kurang tiga orang dan dapat ditambah sesuai dengan kompleksitas pekerjaan. ULP ditetapkan sesuai dengan kebutuhan paling kurang terdiri atas: kepala, sekretariat, staf pendukung, dan kelompok kerja.

(4) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan ditetapkan oleh PA/KPA. Seadangkan organisasi pengadaan barang/jasa melalui swakelola terdiri

atas: (1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

(2) Pejabat Pembuat Komitmen; dan (3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

b) Wewenang dan Tugas Para Pihak Wewenang dan tugas para pihak dalam PBJ telah memerhatikan prinsip

pengendalian dalam tata kelola kepemerintahan yang baik, karena PA/KPA sebagai perencana umum, PPK sebagai manajer kegiatan, ULP/pejabat pengadaan sebagai pelaksana pemilihan penyedia barang/jasa yang mandiri, dan panitia/pejabat penerima pengadaan

156 2014 | Pusdiklatwas BPKP 156 2014 | Pusdiklatwas BPKP

2) Perencanaan Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Rencana umum mencakup kegiatan dan anggaran pengadaan barang/jasa

yang dibiayai oleh K/L/D/I sendiri atau bila diperlukan melalui pembiayaan bersama (co‐financing). Rencana umum pengadaan barang/jasa meliputi kegiatan ‐kegiatan:

a) mengindentifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan K/L/D/I;

b) menyusun dan menetapkan rencana anggaran pengadaan c)

menetapkan kebijakan umum tentang: (1) pemaketan pekerjaan;

(2) cara pengadaan barang/jasa; dan (3) pengorganisasian pengadaan barang/jasa;

d) menyusun kerangka acuan kerja (KAK).

3) Pelaksanaan Pemilihan Mendahului Tahun Anggaran Pengumuman rencana umum pengadaan barang/jasa pada masing‐masing

K/L/I secara terbuka kepada masyarakat luas dapat dilakukan setelah rencana kerja dan anggaran K/L/I disetujui oleh DPR. PA pada K/L/D/I harus menyediakan biaya pendukung untuk pelaksanaan pemilihan mendahului tahun anggaran.

Pada pelelangan/seleksi sebelum tahun anggaran:

a) Kelompok Kerja ULP dapat mengumumkan pelaksanaan pengadaan setelah rencana kerja dan anggaran K/L/I disetujui oleh DPR.

b) Pengumuman mencantumkan kondisi DIPA/DPA belum ditetapkan. Manajemen Pemerintahan Pusat 157 b) Pengumuman mencantumkan kondisi DIPA/DPA belum ditetapkan. Manajemen Pemerintahan Pusat 157

4) Cara Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilaksanakan melalui swakelola dan

pemilihan penyedia barang/jasa yang mencakup barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultasi, dan jasa lainnya sebagaimana Gambar 5.5 berikut.

Gambar

5.6 Cara Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Penanggung Jawab Anggaran

Swakelola Instansi Pemerintah Lain

Kelompok Masyarakat

Barang

Penyedia B/J

Pekerjaan Konstruksi Jasa Konsultasi Jasa Lainnya

a) Pengadaan Barang/Jasa dengan cara Swakelola Swakelola adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang direncanakan,

dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

Pekerjaan dengan cara swakelola meliputi kegiatan berikut: (1) bertujuan meningkatkan/memanfaatkan kemampuan teknis SDM

sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I;

158 2014 | Pusdiklatwas BPKP

(2) operasi/pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I;

(3) segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh

penyedia barang/jasa; (4) secara rinci tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu,

karena akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar; (5) diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau penyuluhan;

(6) proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus; (7) survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,

pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu; (8) bersifat rahasia bagi K/L/D/I terkait;

(9) industri kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri; (10) penelitian dan pengembangan dalam negeri; (11) pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri

almatsus dalam negeri. Terdapat tiga kelompok pelaksana swakelola yaitu K/L/D/I selaku

penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain, dan kelompok masyarakat. Pelaksanaan swakelola meliputi kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan

pertanggungjawaban pekerjaan.

b) Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia PBJ melalui penyedia barang/jasa dilakukan melalui penyedia (badan

usaha atau orang perseorangan) yang memenuhi syarat dan mampu menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan. Dalam kaitan ini, diperlukan pengelompokkan jenis pengadaan yang meliputi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi, dan jasa lainnya. Definisi barang/jasa yang diadakan instansi pemerintah memiliki definisi sebagai berikut.

Manajemen Pemerintahan Pusat 159

(1) Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.

(2) Pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud

fisik lainnya. (3) Jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu

yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultasi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.

(4) Jasa konsultasi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan

adanya olah pikir (brainware).

5) Metode pemilihan penyedia ULP/pejabat pengadaan menyusun dan menetapkan metode pemilihan

penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa konsultansi/jasa lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut.

a) Pemilihan penyedia barang dengan:

(1) pelelangan umum dan pelelangan sederhana; (2) pelelangan terbatas; (3) penunjukan langsung; (4) pengadaan langsung; atau (5) kontes (untuk industri kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri).

160 2014 | Pusdiklatwas BPKP 160 2014 | Pusdiklatwas BPKP

(1) pelelangan umum dan pelelangan sederhana; (2) penunjukan langsung; (3) pengadaan langsung; atau (4) sayembara (untuk industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam

negeri).

c)

Pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dengan : (1) pelelangan umum;

(2) pelelangan terbatas; (3) pemilihan langsung; (4) penunjukan langsung; atau (5) pengadaan langsung.

d) Pemilihan penyedia jasa konsultansi

(a) seleksi umum; (b) seleksi terbatas; (c) penunjukan langsung; atau (d) pengadaan langsung.

6) Spesifikasi Teknis, Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dan Rancangan Jenis Kontrak Spesifikasi teknis, HPS, dan rancangan jenis kontrak ditetapkan oleh PPK,

sebelum pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa.

a) Spesifikasi Teknis PPK menyusun spesifikasi teknis dan gambar sesuai dengan hasil

pengkajian ulang spesifikasi teknis dan gambar brosur, termasuk perubahan yang telah disetujui oleh PA/KPA. Dalam menetapkan spesifikasi teknis, PPK memperhatikan spesifikasi teknis dalam Rencana

Manajemen Pemerintahan Pusat 161

Umum Pengadaan dan masukan/rekomendasi dari pengguna/penerima akhir.

b) HPS HPS barang/jasa disusun berdasarkan masukan dari tim pendukung dan

menetapkannya paling lama 28 hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran atau paling lama 28 hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran ditambah dengan waktu lamanya proses prakualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi. Kecuali untuk pemilihan penyedia barang/jasa lainnya dengan kontes/sayembara.

Penyusunan HPS berdasarkan data harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pengadaan barang/jasa. Harga pasar setempat diperoleh dari hasil survei dengan mempertimbangkan informasi:

(1) biaya satuan dari Badan Pusat Statistik (BPS); (2) biaya satuan dari asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat

dipertanggungjawabkan; (3) tarif barang/jasa yang diterbitkan oleh pabrikan/distributor

tunggal; (4) biaya

kontrak sebelumnya/sedang berjalan dengan

mempertimbangkan faktor perubahan biaya; (5) inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs

tengah BI; (6) hasil perbandingan dengan kontrak sejenis instansi/pihak lain;

(7) perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan perencana; (8) norma indeks; dan/atau (9) informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

162 2014 | Pusdiklatwas BPKP

HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar. Nilai total HPS bersifat terbuka dan ULP/pejabat pengadaan wajib mengumumkannya. HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian negara.

HPS digunakan sebagai: (1) alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya;

(2) dasar penetapan batas tertinggi penawaran yang sah dan jaminan pelaksanaan bagi nilai penawaran di bawah 80% nilai total HPS.

c)

Rancangan Kontrak dan Penetapan Jenis Kontrak Kontrak Pengadaan Barang/Jasa adalah perjanjian tertulis antara PPK

dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola. PPK menyusun rancangan kontrak antara lain meliputi: jenis kontrak Syarat‐Syarat Umum Kontrak (SSUK), pelaksanaan kontrak, penyelesaian kontrak, adendum kontrak, pemutusan kontrak, hak dan kewajiban para pihak, personil dan/atau peralatan penyedia, pembayaran kepada penyedia, pengawasan mutu, serta Syarat‐Syarat Khusus Kontrak (SSKK).

7) Metode Penilaian Kualifikasi Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha

serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya bagi penyedia barang/jasa. Kualifikasi dilaksanakan melalui dua cara, yaitu prakualifikasi dan pascakualifikasi.

Prakualifikasi adalah proses penilaian sebelum pemasukan penawaran dan dipergunakan untuk pemilihan penyedia:

a) jasa konsultasi (badan usaha);

b) barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat kompleks melalui pelelangan umum atau penunjukan langsung, kecuali untuk penunjukan

langsung keadaan darurat.

Manajemen Pemerintahan Pusat 163

Pascakualifikasi: proses penilaian kualifikasi setelah pemasukan penawaran dan dipergunakan untuk pemilihan penyedia melalui:

a) pelelangan umum, kecuali untuk pekerjaan kompleks;

b) pelelangan sederhana/pemilihan langsung; dan c)

jasa konsultasi perorangan. ULP/pejabat pengadaan wajib menyederhanakan proses kualifikasi dengan

ketentuan:

a) meminta penyedia barang/jasa mengisi formulir kualifikasi; dan

b) tidak meminta seluruh dokumen yang disyaratkan kecuali pada tahap

pembuktian kualifikasi.

8) Penetapan Penyedia Barang/Jasa dan Jenis Kontrak

a) Penetapan Penyedia Barang/Jasa ULP/pejabat pengadaan menetapkan hasil pemilihan penyedia

barang/jasa dan mengumumkannya melalui website K/L/D/I dan Portal Pengadaan Nasional, sedangkan hasil pemilihan penyedia melalui penunjukan langsung diumumkan melalui website K/L/D/I.

Terhadap hasil pemilihan, peserta dapat mengajukan sanggahan tertulis kepada ULP dan ditembuskan kepada PPK, PA/KPA dan APIP K/L/D/I apabila menemukan: penyimpangan atas ketentuan dan prosedur; rekayasa yang mengakibatkan persaingan tidak sehat; dan penyalahgunaan wewenang oleh ULP/pejabat lainnya.

Terhadap proses pelelangan, ULP dapat menyatakan pelelangan/ pemilihan langsung gagal apabila:

(1) jumlah peserta lulus kualifikasi memasukkan penawaran pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya kurang dari

tiga peserta dan atau lima peserta untuk jasa konsultasi; (2) sanggahan peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar;

164 2014 | Pusdiklatwas BPKP

(3) tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran; (4) dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/indikasi persaingan

tidak sehat; (5) harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan

dan kontrak gabungan lebih tinggi dari HPS; (6) seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak lumpsum di

atas HPS; (7) sanggahan hasil pelelangan dari peserta ternyata benar;

(8) calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah dievaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan

pembuktian kualifikasi.

b) Bukti Perjanjian Tanda bukti perjanjian pengadaan barang/jasa menggunakan:

(1) bukti pembelian untuk pengadaan bernilai sampai dengan

Rp10.000.000,00 (2) kuitansi untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan

Rp50.000.000,00 (3) surat perintah kerja (SPK) untuk pengadaan barang/pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya sampai dengan Rp200.000.000,00 dan jasa konsultasi sampai dengan Rp50.000.000,00.

(4) surat perjanjian (kontrak) untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya bernilai di atas Rp200.000.000,00 dan jasa

konsultasi bernilai di atas Rp50.000.000,00.