SAJIAN DATA

A. SAJIAN DATA

1. Gambaran Umum Program Pekarangan Terpadu di Desa Sambirejo

a. Latar Belakang Program Pekarangan Terpadu Program pekarangan terpadu merupakan salah satu program untuk masyarakat yang telah dirintis dan dipelopori oleh Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul pada akhir tahun 2008 yang diharapkan masyarakat pedesaan mampu meningkatkan peran ”Desa Mandiri” dalam membangun Agricultural Comunity Development yang berbasis pada partisipasi masyarakat.

Sejauh ini, program pertanian terpadu baru di kembangkan di tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul yaitu Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Bejiarjo dan Kecamatan Ngawen. Kecamatan Ngawen yang ditunjuk sebagai pelaksana program pertanian terpadu ini adalah Desa Sambirejo. Desa Sambirejo merupakan desa percontohan yang dipilih untuk mengembangkan program pekarangan terpadu. Keadaan sumberdaya manusia yang berpotensi di bidang pertanian juga karena sumberdaya alam yang dimiliki Desa Sambirejo perlu untuk dikembangkan terkait dengan pekarangan yang belum dimanfaatkan secara potensial. Oleh karena itu dipilih Desa Sambirejo sebagai desa pelaksana program pekarangan terpadu.

Pekarangan Terpadu di Desa Sambirejo merupakan kegiatan pembangunan pertanian yang ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan dan sekaligus untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat, melalui penganekaraganam pangan baik yang bersumber dari tanaman, ternak dan ikan yang diperoleh dari pemanfaatan pekarangan oleh petani secara mandiri. Pekarangan yang dikelola secara intensif diharapkan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan meningkatkan pendapatan keluarga petani. Lahan pekarangan dikenal memiliki fungsi multiguna, antara lain untuk menghasilkan bahan makan sebagai tambahan

Program pekarangan terpadu tidak lepas dari peran organisasi pertanian pedesaan. Bahkan di tingkat desa terdapat tempat pekarangan percontohan sebagai acuan bagi seluruh petani supaya termotivasi untuk melaksanakan pekarangan terpadu. Pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu meliputi pendampingan dalam kegiatan penyuluhan, pengaturan lahan pekarangan, pengembangan ternak untuk pekarangan, pengembangan ikan untuk pekarangan, dan budidaya tanaman pekarangan. Penyuluh pertanian sebagai pendamping hanya bertanggungwajab pada kegiatan pendampingan petani dalam pelaksanaan pekarangan terpadu, selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada petani pemilik pekarangan untuk melaksanakan intensifikasi pekarangan karena program ini dilakukan secara swadaya atau dengan modal dari petani sendiri tanpa bantuan materi dari pemerintah.

b. Tujuan Pekarangan Terpadu Program pertanian terpadu diharapkan mampu meningkatkan peran ”Desa Mandiri” dalam membangun Agricultural Comunity Development

yang berbasis pada partisipasi masyarakat sesuai dengan tujuan dari program pertanian terpadu antara lain:

a. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga petani di pedesaan.

b. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat di pedesaan

c. Mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran pedesaan.

d. Meningkatkan kemampuan para petani dalam mengembangkan usahatani pekarangan secara mandiri dan berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan mutu konsumsi pangan keluarga untuk mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera.

2. Konsep Program Intensifikasi Pekarangan

Masyarakat memahami konsep program intensifikasi pekarangan yang ada di Desa Sambirejo ini merupakan suatu usaha memanfaatkan sumberdaya pekarangan yang ada secara intensif dengan melakukan kegiatan pembudidayaan tanaman, ternak dan/atau ikan yang dilakukan di lahan pekarangan petani. Pengembangan intensifikasi pekarangan pada dasarnya tergantung dengan ketersediaan sumber daya dan pengetahuan yang dimiliki petani setempat dengan berorientasi pada pasar guna memenuhi kebutuhan keluarga.

Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngawen mengatakan bahwa program pekarangan terpadu ini merupakan kegiatan intensifikasi pekarangan, dimana pada kenyataannya masih banyak pekarangan yang belum di manfaatkan secara optimal untuk kebutuhan subsistem ataupun komersial, sehingga petani dan wanita tani diarahkan pada kegiatan pemanfaatan pekarangan secara potensial melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Petani dan wanita tani di berikan bimbingan dengan mengikuti kegiatan penyuluhan selama beberapa kali dan juga pelatihan yang dibina oleh PPL Desa Sambirejo. Setelah itu, petani diharapkan mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam kegiatan pembudidayaan pekarangan pribadi dengan orientasi pada peningkatan produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan keluarga sehingga mampu tercapainya ketahanan pangan keluarga. Hasil yang diperoleh dari komoditas pekarangan di jual ke pasar, sehingga petani juga akan mendapatkan keuntungan dari penjualan hasil pekarangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Komoditas yang dibudidayakan di lahan pekarangan pada program ini diarahkan untuk jenis tanaman yang bernilai jual dan juga bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan masyarakat bisa menjangkaunya dalam pemeliharaan dan membudidayakannya, misalnya sayuran dan buah- buahan sehingga bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga, selain itu, manfaat dari memelihara ternak dan ikan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi Komoditas yang dibudidayakan di lahan pekarangan pada program ini diarahkan untuk jenis tanaman yang bernilai jual dan juga bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan masyarakat bisa menjangkaunya dalam pemeliharaan dan membudidayakannya, misalnya sayuran dan buah- buahan sehingga bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga, selain itu, manfaat dari memelihara ternak dan ikan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi

Masyarakat petani memahami konsep pekarangan terpadu ini harus memiliki tiga unsur utama dalam pekarangan mereka yaitu pertanian, peternakan dan perikanan. Sehingga beberapa petani yang tingkat ekonominya rendah masih merasa kesulitan untuk melakukan kegiatan keterpaduan ini, apalagi dari pihak pemerintah tidak ada perhatian untuk membantu dalam upaya awal pelaksanaannya, terutama permodalan sebagai bentuk dukungan kapada masyarakat. Hal ini menjadi salah satu penghambat diterapkannya kegiatan ini di masyarakat pedesaan. Namun sebenarnya, konsep program intensifikasi pekarangan itu sendiri merupakan program pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal, jadi apapun yang bisa dimanfaatkan di pekarangan maka manfaatkan sebaik mungkin selama hal tersebut bisa memberikan hasil kepada petani pemilik untuk dimanfaatkan dan dijual kepasar untuk memenuhi kebutuhan. Seperti yang diterangkan oleh Dinas Pertanian DIY (1990) yang menjelaskan “intensifikasi pekarangan sebagai usaha memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui penanaman lahan pekarangan dengan tanaman yang bermanfaat dan produktif serta pemeliharaan ternak yang intensif di pekarangan sehingga dapat menambah pendapatan dan sumber gizi keluarga petani ”.

Program Intensifikasi pekarangan ini diusulkan guna meningkatkan produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan keluarga petani di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul melalui kegiatan pemberdayaan yang meliputi penyuluhan dan pelatihan kepada petani sehingga petani mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai kebutuhan, kemampuan dan kemauan petani sendiri.

3. Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam Program Pekarangan Terpadu

Kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul yaitu melalui kegiatan pembinaan yang meliputi kegiatan penyuluhan dan

1 Menurut Bapak Sunaryo, PPL Desa Sambirejo Wawancara 25 Agustus 2009 1 Menurut Bapak Sunaryo, PPL Desa Sambirejo Wawancara 25 Agustus 2009

a. Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan dilakukan dalam dua periode yang berbeda yaitu penyuluhan di kelompok tani dan juga kelompok wanita tani. Hal ini terjadi karena tidak semua wanita tani menjadi anggota kelompok tani, dan juga sebaliknya. Kegiatan penyuluhan tidak hanya dilakukan oleh PPL saja, melainkan juga kegiatan pertemuan yang dipimpin oleh ketua untuk menyampaikan informasi dan memecahkan masalah pertanian yang menjadi masalah bersama.

Kegiatan penyuluhan di kelompok tani mengenai program pekarangan terpadu tidak dijadwalkan secara khusus yang fokus dengan pokok bahasan tersebut, melainkan hanya sebagai pokok materi yang menjadi alternatif bahasan jika petani menanyakan pada waktu kegiatan penyuluhan berlangsung, yaitu setiap selapan sekali (35 hari) tiap bulannya. Hal ini dikarenakan di kelompok tani memiliki kegiatan yang dianggap lebih besar dan lebih membutuhkan perhatian lebih untuk peningkatan produktivitas sawah dan tegal mereka, misalnya SLPTT, PUAP, pelatihan pupuk organik dan bokasi, pembagian benih padi dan jagung hibrida, lomba kelompok tani, perbaikan saluran irigasi dan lain sebagainya. Namun jika petani membutuhkan penyuluhan mengenai pekarangan terpadu ini PPL selalu membantu. Karena beberapa petani yang antusias melakukan kegiatan intensifikasi pekarangan ini juga mengikuti pelatihan yang dilakukan PPL bersama dengan pelaksana dari kelompok wanita tani.

Penyuluhan yang dilakukan pada kelompok wanita tani dilakukan setiap bulan sekali yang bertempat di rumah ketua kelompok wanita tani masing-masing. Kegiatan penyuluhan mengenai intensifikasi pekarangan di kelompok wanita tani ini lebih secara lengkap, dimana wanita tani lebih Penyuluhan yang dilakukan pada kelompok wanita tani dilakukan setiap bulan sekali yang bertempat di rumah ketua kelompok wanita tani masing-masing. Kegiatan penyuluhan mengenai intensifikasi pekarangan di kelompok wanita tani ini lebih secara lengkap, dimana wanita tani lebih

Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang disampaikan kepada pelaku utama (petani) dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi: informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan. Materi yang disampaikan PPL dan ketua kelompok tani pada waktu penyuluhan merupakan rekomendasi dari petani sendiri mengenai permasalahan yang dialami dan informasi yang diperolehnya. Sehingga terjadi partisipasi/keikutsertaan petani dalam menentukan materi yang disampaikan dalam forum. Selain itu, materi penyuluhan juga sangat beragam, diantaranya yaitu pemanfaatan kedelai menjadi susu kedelai yang dilakukan secara berkelompok untuk

menambah pendapatan wanita tani 2. Petani yang ingin berbagi mengenai permasalahn dilahan pertaniannya diberikan waktu setelah kegiatan

penyuluhan bersama PPL. Penyuluhan yang dilaksanakan di ikuti oleh sebagian besar anggota dari tiap kelompok tani dan kelompok wanita tani. Manfaat dari penyuluhan ini sendiri dirasa penting bagi anggota karena petani merasa memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru setelah mengikuti kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan juga sering kali dilakukan secara demplot di lahan secara langsung agar materi yang disampaikan mudah diterima melalui kegiatan praktek langsung. Demplot yang dilakukan antara lain pembuatan pupuk organik langsung di lahan milik Ketua Gapoktan, serta pemanenan hasil SLPTT.

2 Menurut Bapak Siswo Hartono selaku Ketua Gapoktan Desa Sambirejo Wawancara tanggal

7 Maret 2010 7 Maret 2010

Kegiatan pelatihan dalam program pekarangan terpadu ini meliputi kegiatan penataan lahan pekarangan, pengembangan ternak, dan pengembangan ikan. Setelah materi penyuluhan disampaikan, PPL menawarkan kepada petani dan wanita tani untuk diadakan pelatihan bagi petani dan wanita tani yang membutuhkan bantuan dalam intensifikasi pekarangan ini. Pelatihan dilakukan di lahan pekarangan percontohan milik Ibu Lilis yang juga merupakan ketua kelompok wanita tani. Kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan intensifikai pekarangan ini yaitu:

1) Penataan Lahan Pekarangan

Penataan lahan pekarangan bertujuan untuk merencanaan tata tanam pekarangan sehingga areal lahan yang akan dikelola dapat dimanfaatkan secara optimal dan produktif serta memperbaiki sanitasi pekarangan. Penerapan pekarangan secara terpadu dimaksudkan agar pekarangan ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang meliputi tanaman buah, tanaman hias, tanaman sayuran, dan tanaman obat, terdapat ternak dan atau ikan yang disesuaikan dengan potensi wilayah dan masyarakat yang mampu melakukannya. PPL memberikan bimbingan dalam kegiatan penataan tanaman dan budidaya bibit yang baik. Dan selanjutnya dilakukan sendiri oleh petani sesuai kemampuan

dan kemauannya masing-masing 3 . Penataan lahan pekarangan di bagi menjadi beberapa bagian

menurut tata letak dari berbagai komoditas usaha tani, ternak dan juga kolam ikan. Penataan tanaman di pekarangan di bagi menjadi bagian halaman depan, halaman samping dan halaman belakang. Halaman depan rumah ditanami tanaman yang indah seperti tanaman hias, tanaman sayuran maupun tanaman buah seperti mangga, sawo atau lamtoro yang ditanam di tepi halaman sebagai pagar hidup yaitu pemisah halaman depan dengan jalan dibuat rapi agar terkesan indah dan melindungi. Pohon pelindung ditanam pada halaman depan agar debu, angin, dan udara kotor tidak leluasa masuk ke dalam rumah. Pada menurut tata letak dari berbagai komoditas usaha tani, ternak dan juga kolam ikan. Penataan tanaman di pekarangan di bagi menjadi bagian halaman depan, halaman samping dan halaman belakang. Halaman depan rumah ditanami tanaman yang indah seperti tanaman hias, tanaman sayuran maupun tanaman buah seperti mangga, sawo atau lamtoro yang ditanam di tepi halaman sebagai pagar hidup yaitu pemisah halaman depan dengan jalan dibuat rapi agar terkesan indah dan melindungi. Pohon pelindung ditanam pada halaman depan agar debu, angin, dan udara kotor tidak leluasa masuk ke dalam rumah. Pada

Kandang ternak di tempatkan di tempat yang jauh dari rumah bertujuan untuk menjaga kesehatan anggota keluarga dari bakteri dan penyakit yang bisa ditimbulkan akibat ternak dan kotorannya serta menjaga kebersihan kandang agar kesehatan ternak terjamin. Bangunan kandang ternak seperti kambing, dan sapi disertai tempat pembuangan kotoran hewan sekaligus tempat persediaan pupuk kandang sedangkan kandang ayam dan itik di siapkan tempat untuk mengerami telur. Manfaat pembuatan kandang yang aman bagi ternak yang dipelihara antara lain untuk mengamankan dari gangguan pihak lain (pencuri dan hewan pemangsa), dan melindungi dari perubahan cuaca. Penempatan kolam ikan di pekarangan sangat tergantung pada persediaan air untuk memudahkan dalam pemenuhan media hidup ikan, sehingga penempatan kolam ikan diletakkan di dekat dengan sumber air atau dekat dengan kandang ternak untuk memudahkan dalam memanfaatkan kotoran ternak untuk pakan ikan. Selain itu sebagian subyek membuat kolam di dekat tanaman sayuran untuk memudahkan pembuangan limbah air kolam sebagai bahan pupuk bagi tanaman sayuran tersebut.

Denah penataan lahan pekarangan pada pekarangan terpadu Desa Sambirejodapat terlihat pada gambar berikut ini:

2 23 Mangga 23 6 4. Jati

16 14. 2 Halaman rumput

15

15. Rumah

16. Tanaman Pangan dan obat- obatan

2 17. Tanaman sayur

18. Tanaman Sayur

11

2 19. Tanaman obat & rempah2

20. Kandang sapi

2 21. Kandang Ayam

25 22. Kandang Bebek

13 3 2 23. Kolam Ikan

24. 14 Sumur 2

12

25. Tanaman Hias 26. 2 Pagar hidup [ ]

Gambar 4. Denah pekarangan terpadu di Desa Sambirejo

2) Pengembangan ternak di pekarangan

Ternak yang dikembangkan dalam pekarangan terpadu yaitu kambing. Karena bantuan yang diberikan dalam kegiatan gaduhan yaitu kambing untuk dikembangkan oleh masyarakat miskin yang nantinya petani akan mendapatkan keuntungan berupa anakan dari kambing

tersebut. Selain itu, dalam pekarangan terpadu ini juga memberikan kegiatan pengaturan ternak lainnya yang sudah dimiliki petani misalnya ayam buras, bebek, dan angsa, kelinci, serta sapi. Kegiatan pengembangan ternak disini bertujuan agar ternak tidak berkeliaran di lahan pekarangan sehingga dirasa kurang intensif dalam pemeliharaannya. Kegiatan pengembangan ternak dalam kegiatan pekarangan terpadu ini di khususkan untuk kambing sedangkan ternak unggas dan sapi sebagai ternak yang sudah dimiliki petani dikembangkan agar lebih teratur dalam pemeliharaannya. Kegiatan pengembangan unggas meliputi kegiatan budidaya jenis ayam kampung yang baik untuk di pelihara yaitu ayam yang sehat dan tidak terinfeksi virus, pembuatan kandang ayam secara semi terkurung, pembuatan kandang angsa, dan bebek yang lebih terbuka dan luas. Kandang dilengkapi dengan tempat minum dan alat untuk bertengger, penyediaan tempat untuk bertelur dan mengerami, pemberian makanan yang cukup pada pagi dan sore hari, dan melakukan vaksinasi untuk anggota kelompok ayam buras kepada ayam serta menjaga kebersihan kandang.

Pembuatan kandang untuk kambing dan sapi yang baik dengan sertai tempat pakan di sekat di depan kandang, dan juga tempat pembuangan limbah yang tersekat di belakang ternak. Kandang diberi sekat antara tempat pakan, kandang, dan tempat limbah kotoran ternak sehingga dapat memudahkan pemilik untuk membersihkan kandang dan menjauhkan hewan ternak dari penyakit. Seperti terlihat pada gambar kandang ternak berikut ini:

Tempat p akan Kandang Kambing

Limbah Kotoran Gambar 5. Kandang Kambing/sapi

3) Pengembangan Perikanan di Pekarangan

Kegiatan pengembangan ikan untuk pekarangan dalam pekarangan meliputi pemeliharaan dan pengembangan benih ikan lele. Kegiatan pengembangan ikan untuk pekarangan meliputi penyediaan lahan untuk kolam, membuat bentuk dan denah kolam sesuai dengan keadaan lahan, pemupukan dasar kolam, ketersediaan air yang cukup, tidak beracun dan tidak berlumpur, pemberian makan yang berkualitas baik seperti pellet serta jenis ikan yang dipilih yaitu yang mudah menghasilkan misalnya lele dumbo, dan mudah diperoleh, cepat besar dan cepat berkembang biak, disukai masyarakat dan mudah di usahakan. Pemeliharaan ikan di Desa Sambirejo belum terlalu banyak yang melaksanakan, hal ini karena ketersediaan air yang relatif rendah untuk daerah dataran tinggi seperti Desa Sambirejo. Oleh karena itu kebanyakan budidaya ikan di daerah Desa Sambirejo mayoritas adalah ikan lele dumbo karena dapat hidup di air dengan kualitas rendah. Selain itu, makanan untuk lele juga sangat mudah, yaitu seperti jentik nyamuk, siput, cacing, larva, bahkan limbah rumah tangga.

Kolan Permanen

Kolam

Ukuran 4x6

pembibitan Ukuran 2x3

Kolam Pembibitan

Ukuran 2x3

Gambar 6. Kolam budidaya Ikan Lele

4) Budidaya Tanaman Pekarangan

Budidaya tanaman untuk pekarangan harus diperhatikan sebelum melakukan pengolahan lahan. Dalam memilih hendaknya dipilih tanaman yang banyak manfaat dan fungsinya antara lain: penghijauan, Budidaya tanaman untuk pekarangan harus diperhatikan sebelum melakukan pengolahan lahan. Dalam memilih hendaknya dipilih tanaman yang banyak manfaat dan fungsinya antara lain: penghijauan,

Jenis tanaman yang dibudidayakan di pekarangan dalam pelaksanaan program pekarangan terpadu meliputi tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman hias, tanaman obat dan juga sebagian tanaman keras sebagai tanaman pelindung rumah.

a) Tanaman Sayuran

Budidaya tanaman sayuran di pekarangan ditanam di lahan yang dekat dengan sumber air misalnya sumur dan rumah agar memudahkan pemeliharaan dan pengawasan, selain itu tanaman sayur dipilih yang bernilai gizi tinggi, mudah diperoleh benihnya, mudah perawatannya dan cepat menghasilkan. Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah dataran tinggi berbukit-bukit, sehingga tanaman sayuran yang dibudidayakan oleh petani antara lain bayam, mentimun, cabai, terong, tomat, kacang panjang, dan ubi kayu. Sebagian besar tanaman sayuran yang dibudidayakan di pekarangan petani hanya dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga sendiri dan diberikan

kepada tetangga, karena jumlahnya yang tidak begitu banyak 4 .

b) Tanaman Buah-buahan

Tanaman buah yang dikembangkan di pekarangan terpadu ini, yaitu tanaman mangga, karena terdapat bantuan berupa bibit mangga dari pemerintah. Sedangkan tanaman buah-buahan yang banyak ditanam di pekarangan petani antara lain; mangga, rambutan, jambu air, kedondong, jeruk, pepaya, pisang, sawo, srikaya, belimbing, dan kalapa. Hasil dari budidaya tanaman buah pada umumnya hanya dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri, namun jika produktivitasnya banyak juga sebagian dijual ke pasar ataupun

kepenebas 5 .

4 Menurut Sri Nuryani anggota Kelompok Wanita Tani Wawancara tanggal 12 Maret 2010

5 Menurut Ibu Lilis Ketua Kelompok Wanita Tani Dusun Sambeng III Wawancara tanggal 10

Maret 2010 Maret 2010

Tanaman hias dan bunga-bunga ditanam di pekarangan untuk menambah nilai keindahan yaitu indah untuk dipandang baik menurut bentuk, warna dan letak. Sebagian besar tanaman hias dalam pekarangan tidak di budidayakan secara komersial, melainkan hanya sebagai tanaman penghias pekarangan untuk memperindah rumah. Tanaman hias yang dibudidayakan di pekarangan petani antara lain: mawar, melati, gelombang cinta, cocor bebek, lidah mertua, dan bonsai. Pengembangan tanaman hias hanya sebagai perindah pekarangan saja sesuai kemampuan dan kemauan dari petani, bukan merupakan bantuan dari pemerintah.

d) Tanaman obat

Tanaman obat merupakan tanaman yang digunakan sebagai pengganti obat-obatan kimia untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Penggunaan tumbuh-tumbuhan untuk obat secara tradisional semakin disukai karena pada umumnya tidak menimbulkan efek samping sehingga baik untuk dibudidayakan. Selain tanaman obat, tanaman rempah-rempah pun bisa dimanfaatkan sebagai obat dan juga bumbu masak.

Tanaman obat-obatan yang dikembangkan dalam program pekarangan terpadu adalah tanaman rempah-rempah. Jenis tanaman obat dan rempah yang biasa diusahakan petani di pekarangan terpadu antara lain: jahe, kencur, kunyit, lengkuas, temulawak, sirih, kumis kucing, dan temu giring. Sedangkan beberapa petani juga mempunyai tanaman obat lain diantaranya gingseng, mahkota dewa dan daun dewa. Seluruh tanaman tersebut mempunyai kegunaan sendiri-sendiri sehingga sangat baik untuk dibudidayakan di pekarangan petani, selain agar keluarga tetap sehat juga untuk

mengurangi biaya berobat ke rumah sakit 6 .

6 Menurut Ibu Puji anggota Kelompok Wanita Tani Dusun Sambeng III Wawancara tanggal 12

Maret 2010

4. Peningkatan produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan petani

a. Produktivitas

Peningkatan produktivitas lahan pekarangan yang dapat dilihat dari program ini adalah dengan adanya penambahan komoditas selama program pekarangan terpadu dilaksanakan. produktivitas dari tanaman sayuran, tanaman buah mangga, tanaman obat, ternak kambing dan juga ikan lele, karena hanya komoditas tersebut yang diusahakan selama program pekarangan terpadu. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dari yang mulanya “tidak ada” menjadi “ada”. Peningkatan ini juga didukung

dengan dilakukannya penataan pekarangan serta penggunaan limbah kolam dan juga ternak hewan sebagai pupuk.

1) Peningkatan Produktivitas Komoditas yang Sudah Ada Sebelum

Program. a). Tanaman Buah

Tanaman buah-buahan dilahan pekarangan banyak dimiliki oleh masyarakat di Desa Sambirejo karena dimanfaatkan sebagai pohon pelindung dan juga buahnya banyak disukai keluarga. Namun selama program pekarangan terpadu ini dilaksanakan, komoditas yang ditambahkan adalah bibit mangga, namun sampai sekarang belum memberikan hasil yang terlihat. Tanaman buah yang sudah ada di pekarangan antara lain: mangga, pisang, sawo, rambutan dan jambu air. Produktifitas tanaman buah petani subyek pelaksana pekarangan terpadu dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 16. Produktivitas Tanaman Buah-buahan Petani dan Wanita

Tani di Pekarangan tahun 2010

No.

Rata-rata (Kg/masa panen) 1. Mangga

15 5. Jambu air

29,5 Sumber: Data primer

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa produktivitas lahan pekarangan untuk komoditas tanaman buah-buahan belum bisa dilihan secara nyata setelah melaksanakan program pekarangan terpadu, karena bibit buah mangga baru berumur 2 tahun sehingga peningkatan produktifitasnya belum bisa dihitung. Perbedaannya adalah dengan adanya tanaman mangga baru, maka jumlah tanaman peneduh bertambah. Penambahan jumlah pohon yang dibudidayakan di pekarangan mampu meningkatkan produktivitas pekarangan, selain itu pemeliharaan tanaman yang meningkatkan penggunaan limbah organik misalnya dari limbah kolam ikan serta kotoran ternak yang cukup. Sebagian besar hasil dari tanaman buah-buahan hanya dikonsumsi untuk keluarga sendiri dan dibagikan ke tetangga, namun

jika hasilnya tinggi sebagian di jual di pasar 7 . b). Ternak

Komoditas hewan ternak yang mayoritas ternak yang di pelihara petani dan wanita tani di pekarangan adalah ayam, bebek, angsa, dan juga sapi seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 17. Produktivitas ternak Petani dan Wanita Tani di Pekarangan

Rata-rata setelah melaksanakan (Ekor/RT)

28 Sumber: Data primer

5. Bebek

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa produktivitas lahan pekarangan untuk komoditas hewan ternak yang mayoritas adalah ayam, bebek, angsa, kambing dan juga sapi yang sudah dimilikinya sebelum program ini dilaksanakan rata-rata 13 ekor/RT ayam, 2 ekor/RT angsa, 4 ekor/RT kambing, 2 ekor/Rt angsa dan 28 ekor/RT untuk bebek.

7 Menurut Ibu Lilis Ketua Kelompok Wanita Tani Dusun Sambeng III Wawancara tanggal 10

Maret 2010

2) Peningkatan Produktivitas Komoditas yang Ada Dalam Program

Pekarangan Terpadu. a). Tanaman Sayuran

Produktifitas lahan pekarangan untuk komoditas tanaman sayuran setelah melaksanakan program pekarangan terpadu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 18. Produktivitas Tanaman Sayuran Petani dan Wanita Tani

dalam Program Pekarangan terpadu

No.

Komoditas

Rata-rata setelah melaksanakan (kg/massa panen)

3. Kacang panjang

4. Cabai Rawit

43 Sumber: Data primer

6. Ubi kayu

Berdasarkan Tabel 18. dapat diketahui bahwa produktivitas lahan pekarangan untuk komoditas tanaman sayuran sebelum melaksanakan pekarangan terpadu sebagian besar subyek penelitian merasa kurang memperhatikan adanya tanaman sayuran yang terdapat di pekarangan, hal ini dimaksudkan bahwa subyek belum membudidayakan tanaman sayuran secara baik karena penataan lahan pekarangan yang masih di biarkan begitu saja seperti rumput liar, sehingga keluarga juga tidak memanfaatkannya secara baik. Hasil produktivitas tanaman sayuran setelah melaksanakan pekarangan terpadu pada tahun 2010 yaitu rata-rata untuk komoditas sayuran mentimun 9,7 kg/masa panen, terung 9,5 kg/masa panen, kacang

panjang 17 kg/masa panen, cabai 7,4 kg/masa panen, tomat 10 kg/masa panen dan ubi kayu sebesar 43 kg/ masa panen. Komoditas tanaman sayuran mampu menghasilkan panen setelah pemeliharaan selama kurang lebih tiga bulan. Komoditas tanaman sayuran terbesar yaitu ubi kayu, karena ubi kayu mudah di tanam serta banyak digunakan sebagai pagar pekarangan.

Perhitungan tanaman sayuran dilihat dari jumlah rata-rata hasil panen yang dijual dipasar dalam bentuk kilogram. Sebagian hasil dari tanaman sayuran ini hanya dikonsumsi untuk keluarga sendiri untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan diberikan kepada tetangga namun jika hasilnya berlebih sebagian juga di jual di pasar. b). Tanaman Buah

Tanaman buah yang ditanam dalam program pekarangan terpadu ini adalah komoditas tanaman mangga karena anggota kelompok tani mendapatkan bantuan berupa bibit berupa pohon mangga, namun sampai sekarang belum memberikan hasil yang terlihat karena pertumbuhan pohon mangga lama dan bibit yang masih sangat muda. Perbedaan dari komoditas ini yaitu adanya tanaman mangga baru, maka jumlah tanaman peneduh bertambah. c). Ternak dan Ikan

pekarangan setelah melaksanakan pekarangan terpadu jika dilihat dari hewan yang memberikan manfaat baru yaitu adanya kambing gaduhan untuk masyarakat miskin. Sedangkan beberapa subyek menyatakan bahwa mereka hanya memelihara ternak yang telah dimilikinya dari dulu yang mayoritas ayam, bebek, angsa, kambing dan juga sapi sejak sebelum melaksanakan pekarangan terpadu. Sedangkan produktivitas kambing sebagai salah satu bantuan kepada petani seletah melaksanakan pekarangan terpadu sebesar 25 ekor/2 tahun ini untuk . Selain itu, peningkatan lain yang bisa diambil manfaatnya adalah dengan adanya modal berupa kambing gaduhan untuk di kembangkan oleh petani miskin dan juga manfaat dari kotoran ternak yang dimanfaatkan sebagai pupuk kandang di lahan pertanian.

Peningkatan

produktivitas

dari

Tabel 19. Produktivitas ternak dan ikan Petani dan Wanita Tani

dalam Program Pekarangan terpadu

No. Komoditas Produktifitas Ikan lele setelah melaksanakan rata-rata 1. Kambing

25 (kg/2 tahun) 2. Lele

388 (Kg/3 bulan) Sumber: Data primer

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa produktivitas lahan pekarangan untuk budidaya ikan lele yang mayoritas adalah lele dumbo setelah melaksanakan pekarangan terpadu sebesar 388 kg/masa panen. Budidaya ikan lele mulai banyak di terapkan di pekarangan masyarakat setelah melihat keuntungan dari budidaya ikan lele ini, selain menambah nilai gizi keluarga juga mampu meningkatkan pendapatan keluarga sehari-hari dengan menjualnya ke pasar. Budidaya ikan lele yang dilakukan di Desa Sambirejo masih tergolong kecil sampai menengah, karena orientasi pada pasar belum begitu besar, sebagian untuk konsumsi sendiri. Selain itu, memelihara ikan juga merupakan salah satu hobi dari petani untuk mengisi waktu dirumah.

Peningkatan produktivitas lahan pekarangan setelah melaksanakan program pekarangan terpadu pada tanaman buah belum terlihat pasti karena bibit mangga yang baru berumur 2 tahun. Sedangkan untuk komoditas tanaman sayur sebesar 96,6 kg/masa panen di kali 5 kali masa panen yaitu 483 kg/2 tahun ini, untuk komoditas kambing yaitu 25 kg selama 2 tahun ini, dan produktivitas ikan lele per 3 bulan rata-rata sebesar 388 kg/masa penen, sedangkan selama 2 tahun ini telah panen selama 5 kali, sehingga produktifitas ikan lele yaitu 1.940 kg/2 tahun ini.

b. Pendapatan

Pendapatan petani dan wanita tani dari usaha tani tiap bulan rata-rata sebesar Rp. 1.042.857,- dan pendapatan dari luar usaha tani sebesar Rp. 864.286,-. Keadaan ini dirasa sudah mampu mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari walaupun terkadang masih terdapat pengeluaran tak terhingga dari tiap keluarganya. Hal ini terjadi karena sebagian petani Pendapatan petani dan wanita tani dari usaha tani tiap bulan rata-rata sebesar Rp. 1.042.857,- dan pendapatan dari luar usaha tani sebesar Rp. 864.286,-. Keadaan ini dirasa sudah mampu mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari walaupun terkadang masih terdapat pengeluaran tak terhingga dari tiap keluarganya. Hal ini terjadi karena sebagian petani

Pendapatan yang diperoleh dari pekarangan tiap bulannya rata-rata sebesar Rp. 340.000,-, suatu nilai yang cukup tinggi untuk pekarangan petani yang belum secara sempurna melaksanakan intensifikasi pekarangan secara terpadu. Peningkatan pendapatan petani dari hasil budidaya tanaman, ternak dan budidaya ikan yang nilainya karena nilai penjualan daari ikan lele yang tinggi sangat dirasa manfaatnya oleh petani, selain nilai ekonomis yang diperoleh juga terpenuhinya konsumsi dan gizi keluarga.

5. Faktor Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam Program Pekarangan Terpadu Di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul

a. Faktor Internal

1) Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan dari terendah sampai tertinggi yang biasanya diterima di bangku sekolah (Mardikanto, 1993). Tingkat pendidikan yang ditempuh wanita tani dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 20. Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Prosentase Median

(%) 1. Tidak sekolah

(orang)

1 0 0 2. Tamat SD

2 2 14,3 3. Tamat SMP

3 6 42,8 3 4. Tamat SMA/SMK

4 3 21,4 5. Tamat PT

5 3 21,4 Sumber : Analisis Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 20 dapat adiketahui bahwa tingkat pendidikan formal petani dan wanita tani dalam pekarangan terpadu termasuk dalam kategori cukup tinggi (median 3). Tingkat pendidikan formal yang banyak ditempuh petani adalah SMP yaitu sebanyak 6 orang. Tingkat pendidikan petani dan wanita tani yang cukup tinggi akan berpengaruh pada partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan pekarangan terpadu. Selain itu, tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, dan pada umumnya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka pola berfikirnya pun juga semakin lebih maju dan berkembang.

2) Luas Lahan Pekarangan

Luas penguasaan lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat petani akan menentukan petani terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam program pekarangan terpadu. Luas sempitnya lahan yang dikuasai akan mempengaruhi anggota untuk melakukan pengolahan lahan. Menurut Prayitno (1987), besar kecilnya pendapatan petani dari usahataninya terutama ditentukan oleh luas tanah garapannya. Berikut ini dapat dilihat luas lahan pekarangan milik petani pelaksana pekarangan terpadu: Tabel 21. Distribusi Petani Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan.

Jumlah (orang) Median

1. 2 ≤ 100 m 1 0

2. 2 100-200 m 2 5 3. 2 210-300 m 3 7 3 4. 2 310-400 m 4 2

5. 2 ≥ 400 m 5 0

Sumber: Analisis Data Primer, 2010 Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa distribusi petani

berdasarkan luas lahan pekarangan termasuk dalam kategori sedang (median 3). Luas lahan pekarangan disekitar rumah terbanyak yang

dikuasai petani yaitu 210-300 2 m sebanyak 7 orang. Luas lahan pekarangan yang relatif luas untuk pekarangan di pedesaan menjadikan

petani mempunyai banyak peluang untuk memanfaatkan pekarangan petani mempunyai banyak peluang untuk memanfaatkan pekarangan

3) Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga dilihat dari banyaknya tanggungan yang ada pada keluarga, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya. Berikut adalah distribusi jumlah anggota keluarga padapetani dan wanita tani: Tabel 22. Distribusi Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No

Jumlah (orang) Median 1. sangat sedikit (≤ 3)

4 1 5. sangat banyak (≥ 7)

5 1 Sumber: Analisis Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 22 di atas dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden termasuk dalam kategori sedikit (median 2) yaitu responden yang memiliki jumlah anggota keluarga berjumlah empat orang sebanyak 7 orang. Empat anggota keluarga yaitu suami, istri dan dua orang anak. Suami sebagian besar melakukan pekerjaan pengolahan pekarangan sendiri, dengan dibantu oleh istri dan juga anggota keluarga lainnya. Dalam pengolahan pekarangan yang membutuhkan tenaga besar petani sering meminta bantuan orang lain untuk membantunya misalnya dalam pembuatan kolam ikan.

b. Faktor Eksternal

1) Akuntabilitas

Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam program pekarangan terpadu ini, yaitu pemerintah kelurahan Sambirejo dan di limpahkan kepada PPL Desa Sambirejo untuk mendampingi program tersebut. Keterlibatan pemerintah kelurahan pada awal kegiatan perencanaan untuk memberdayakan masyarakat petani melalui Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam program pekarangan terpadu ini, yaitu pemerintah kelurahan Sambirejo dan di limpahkan kepada PPL Desa Sambirejo untuk mendampingi program tersebut. Keterlibatan pemerintah kelurahan pada awal kegiatan perencanaan untuk memberdayakan masyarakat petani melalui

tani 8 . Selama pelaksanaan pemberdayaan, pemerintah desa tidak

melakukan pendampingan , hanya PPL desa yang sebagai pendamping terkait dengan pelatihan yang dilakukan antara lain pembuatan pembuatan kandang ternak serta budidaya tanaman pekarangan dan juga pendampingan guna melakukan monitoring. Walaupun tidak selalu terkait langsung setiap saat, namun PPL merupakan sumber informasi yang dipercaya oleh petani Desa Sambirejo. Sedangkan pada tahap evaluasi dan pemanfaatan hasil pemerintah pusat dan PPL pun tidak terlibat. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga petani sendiri karena kegiatan pemberdayaan merupakan kegiatan yang di peruntukkan guna melatih masyarakat agar mendiri. Selain itu, program ini juga bersifat swadana dimana modal dan kegiatan keseluruhan dilakukan oleh petani termasuk pemanfaatan hasil pekarangan tersebut. Penyuluh hanya sekedar mengetahui bahwa petani sudah melaksanakan dan memberikan manfaat bagi keluarga

petani 9 .

2) Partisipasi

Partisipasi petani dalam kegiatan pekarangan terpadu di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul meliputi partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam tahap pemantauan dan evaluasi serta partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil.

a) Partisipasi Tahap Perencanaan

Partisipasi pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan masyarakat secara langsung dalam kegiatan rapat perencanaan dan pengambilan keputusan dalam kegiatan yang akan dilakukan. Partisipasi masyarakat petani dan wanita tani dalam tahap

8 Menurut Bapak Daryoto Koordinator PPL Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal 20

Maret 2010 9 Menurut Bapak Sunarya PPL Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal 20

Maret 2010 Maret 2010

Perencanaan Program Pekarangan Terpadu No

Skor Jumlah (orang) Median 1. Kehadiran dalam rapat .

Kriteria

pengambilan keputusan Tidak pernah

2. Memberikan gagasan/ pertanyaan dalam rapat Tidak pernah

3. Memberikan tanggapan atas gagasan/pertanyaan yang diberikan Tidak pernah

Sumber: Analisis Data Primer, 2010 Berdasarkan tabel 23 menunjukkan bahwa partisipasi petani dan wanita tani dilihat dari kehadiran petani pada rapat perencanaan termasuk pada kategori tinggi (median 4) hal ini dapat diartikan bahwa mereka mau dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, dimana rapat perencanaan dilaksanakan selama empat kali mulai bulan April sampai September 2008. Sebanyak 7 petani dan wanita tani sering menghadiri rapat perencanaan yang dilakukan di Balai Desa

Sambirejo dan dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Desa Sambirejo serta PPL kecamatan Ngawen. Rapat perencanaan program pertanian terpadu ini meliputi kegiatan penentuan program yang diusulkan meliputi SLPTT, Pelatihan pembuatan pupuk organik cair, pekarangan terpadu dan lain-lain. Selain itu, petani juga menyetujui usulan program ini walaupun modal dari kegiatan

pekarangan terpadu ini bersifat swadaya masyarakat 10 . Partisipasi masyarakat petani dan wanita tani dalam kegiatan

memberikan ide/gagasan pada saat pengambilan keputusan pada saat rapat tergolong sedang dengan median 3. Sebanyak 4 petani dan wanita tani terkadang memberikan gagasan/pertanyaan pada saat pengambilan keputusan ini artinya bahwa kamauan petani dan wanita tani untuk melaksanakan program pertanian terpadu termasuk tinggi dan juga gagasan/pertanyaan yang disampaikan bisa menjadi pertimbangan dalam melaksanakan program tersebut. Sedangkan dua orang sering memberikan ide gagasan pada saat pengambilan keputusan karena mereka merupakan ketua kelompok tani dan juga kelompok wanita tani, yaitu Bapak Siswo Suwono dan juga Ibu Lilis.

Selain itu, partisipasi petani dan wanita tani dalam tahap perencanaan juga dilihat dari keterlibatan petani dan wanita tani dalam memberikan tanggapan atas gagsan/pertanyaan dalam kegiatan rapat perencanaan dapat dikatakan sangat tinggi dengan median 5, dimana secara keseluruhan subyek selalu menanggapi gagasan/pertanyaan yang diberikan pada saat rapat sebagai bentuk keterlibatan petani dan wanita tani dalam perencanaan kegiatan. Bentuk tanggapan yang di berikan meliputi pernyataan menyetujui ide/gagasan yang disampaikan, melakukan feed back/ umpan balik terhadap usulan atau pertanyaan dari pihak lain dan lain sebagainya.

10 Menurut Bapak Sunarya PPL Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal

10 Maret 2010 10 Maret 2010

Partisipasi petani dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pekarangan terpadu ini meliputi: Tabel 24. Partisipasi Petani dan wanita tani pada Tahap

Pelaksanaan Program Pekarangan Terpadu No

Skor Jumlah (orang) Median 1. Kehadiran dalam penyuluhan .

Kriteria

 Tidak pernah hadir

 Jarang (2-5)

 Kadang-kadang (5-7)

 Sering (7-10)

5 6 2. Keterlibatan petani dalam penataan tanaman pekarangan

 Selalu (>10)

 Tidak pernah

3. Keterlibatan petani dalam pengembangan ternak di pekarangan

 Tidak pernah

4. Keterlibatan petani dalam pengembangan perikanan di pekarangan

 Tidak pernah

5. Keterlibatan petani dalam budidaya tanaman di pekarangan

 Tidak pernah

Sumber: Analisis Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 24 menunjukkan bahwa partisipasi petani dan wanita tani dilihat dari kehadiran dalam penyuluhan termasuk pada kategori tinggi (median 5) yaitu 6 petani dan wanita tani aktif mengikuti kegiatan penyuluhan. Hal ini dapat diartikan bahwa petani subyek memiliki kesadaran akan pentingnya kegiatan penyuluhan guna menambah pengetahuan mengenai pekarangan terpadu juga melakukan kewajiban anggota kelompok tani dan kelompok wanita tani untuk menghadiri penyuluhan rutin dari tiap kelompok. Kagiatan penyuluhan yang dilakukan di kelompok tani dan kelompok wanita tani di lakukan secara rutin pada tiap bulannya. Kegiatan penyuluhan selama dilakukan program pertanian terpadu dilaksanakan mulai bulan Desember tahun 2008

sampai sekarang ini masih berlangsung 11 . Keterlibatan petani dan wanita tani dalam kegiatan penataan

tanaman di pekarangan termasuk dalam kategori tinggi (median 4), dengan kata lain bahwa petani dan wanita tani subyek aktif melakukan penataan pekarangan mereka dengan tenaga kerja keluarga yang dimiliki untuk mengoptimalkan fungsi pekarangan sebagai lumbung hidup, warung hidup dan apotik hidup. Sebagian besar petani atau 6 petani dan wanita tani subyek aktif melakukan penataan pekarangan karena letaknya yang di sekitar rumah sehingga mudah dijangkau dan juga tidak membutuhkan banyak waktu untuk melakukannya.

Partisipasi masyarakat petani dalam pengembangan ternak di pekarangan termasuk dalam kategori tinggi yaitu median 5, dimana petani sangat aktif dalam mengembangkan ternak di pekarangannya karena selain pemeliharaan hewan ternak harus secara teliti dan teratur, juga karena sebagian besar memelihara ternak adalah hobi bagi petani. Selain itu, memelihara ternak merupakan salah satu inventaris bagi petani untuk menabung di hari depan. Keterlibatan petani dalam kegiatan pengembangan ikan pun tidak jauh beda

11 Menurut Bapak Giyanto Kaurbang Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal 10 Maret 2010

dengan pengembangan ternak, hanya saja pengembangan ikan lebih membutuhkan tenaga yang sudah berpengalaman, baik dalam pembuatan kolam, penyebaran bibit, pemeliharaan sampai pada panen membutuhkan tenaga yang berpengalaman dan teliti. Sebagian petani subyek kurang aktif melakukan pengembangan perikanan dengan median 3 karena biasanya dilakukan oleh anggota keluarga laki-laki ataupun meminta bantuan orang lain untuk melakukannya. Sedangkan keterlibatan petani subyek dalam penentuan jenis tanaman pekarangan yang ditanam dipekarangan dilakukan oleh petani sendiri, dengan kategori sedang yaitu 4 petani dan wanita tani sering melakukan penentuan jenis tanaman yang akan ditanam di lahan pekarangan, selain itu petani juga membiarkan tanaman yang tumbuh kurang beraturan guna melakukan penghijauan pekarangan, yang penting pekarangan tetap

terlihat hijau dan subur 12 .

c) Partisipasi Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi secara sepenuhnya dilakukan sendiri oleh petani, karena kegiatan ini merupakan kegiatan swadana masyarakat sehingga seluruh kegiatan dibiayai oleh masyarakat. Masyarakat sendiri bertanggungjawab terhadap keberhasilan program ini dan juga secara tidak langsung juga bertanggung jawab kepada pemerintah desa yang diperoleh dari laporan penyuluh pertanian desa yang merupakan pendamping program ini.

12 Menurut Bapak Sunarya PPL Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal 10 Maret 2010

Tabel 25. Partisipasi Petani dan wanita tani pada Tahap Pemantauan dan evaluasi Program Pekarangan Terpadu

Skor Jumlah (orang) Median 1. Keterlibatan petani dalam .

No

Kriteria

memantau pekarangan terpadu

 Tidak pernah

2. Keterlibatan petani dalam mengevaluasi kegiatan di pekarangan terpadu

 Tidak pernah

Sumber: Analisis Data Primer, 2010 Hasil dari tabel 25 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat petani pada tahap pemantauan dan evaluasi kegiatan pekarangan terpadu ini sangat tinggi dengan 10 petani dan wanita tani subyek selalu melakukan pemantauan dan evaluasi secara penuh. Kegiatan pemantauan dilakukan selama melaksanakan kegiatan di pekarangan sedangkan evaluasi di lakukan pada saat pemanenan, dari hasil yang diperoleh dilakukan perbandingan dari hasil yang diperoleh saat ini dengan yang sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya produktivitas dan pendapatan yang diperoleh tiap tahunnya.

d) Partisipasi Tahap Pemanfaatan Hasil

Partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan pekarangan terpadu pada tahap pemanfaatan hasil dapat dilihat dari adanya manfaat ekonomi, manfaat sosial dan manfaat psikologis yang dirasakan oleh petani. Petani memanfaatkan hasil secara sendiri tanpa melibatkan pihak manapun.

Tabel 26. Partisipasi Petani dan wanita tani pada Tahap Pemanfaatan Hasil Program Pekarangan Terpadu

Skor Jumlah (orang) Median 1. Keterlibatan petani dalam .

No

Kriteria

kegiatan pemanenan hasil

 Tidak pernah

2. Keterlibatan petani dalam kegiatan pemanfaatan hasil dari pekarangan

 Tidak pernah

3. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Pekarangan Terpadu

 Sangat rendah

 Sangat tinggi

Sumber: Analisis Data Primer, 2010 Berdasarkan tabel 26 bahwa di peroleh median 5 untuk keterlibatan petani dan wanita tani dalam kegiatan pemanenan dan pemanfaatan hasil dari pekarangan terpadu ini. Hal ini dikarenakan modal yang digunakan adalah milik petani sendiri (swadana) sehingga petani di beri hak untuk melakukan kegiatan pemanfaatan hasil. Sedangkan untuk menfaat yang diperoleh dari kegiatan pekarangan terpadu ini termasuk dalam ketegori sangat tinggi dengan median 5 dimana 6 orang petani telah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan pendapatan keluarga petani.

3) Kapasitas Organisasi Lokal

Organisasi lokal pedesaan yang ada di Desa Sambirejo berada di setiap dusun antara lain kelompok tani, kelompok wanita tani, kelompok dasa wisma, PKK, dan kelompok ternak. Namun, dalam penanganan program pekarangan terpadu ini, organisasi yang terlibat langsung hanya kelompok tani dan kelompok wanita tani. Menurut beberapa petani dan wanita tani, peranan organisasi pedesaan terhadap program pekarangan terpadu bisa dirasakan oleh petani antara lain bertambahnya pengalaman dan pengetahuan, menjalin silaturahmi, dan sering mendapat bantuan, misalnya pupuk dan benih bagi anggota kelompok tani pertanian tersebut sebagaimana diungkapkan oleh petani dan wanita tani pelaksana pekarangan terpadu berikut ini:

“ kalau ikut kan bisa sering komunikasi sama temen-temen bisa tukar kabar, menyambung silaturahmi, bisa dapat ilmu juga. Kadang-kadang juga dapat bantuan bibit pohon mangga dan mete, kadang juga dapat benih jagung ” (Ibu Lilis, wawancara tanggal 28 Februari 2010)

“ Kemarin pernah dapat kambing gaduhan tapi sekarang dah tidak ada, ada juga penyuluhan tentang usaha pemanfaatan hasil pertanian buat ibu-ibu, untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Ya kayak buat susu kedelai, buat jamu dari empon-empon, dan hasilnya buat ibu-ibu sendiri ” (Sri Nuryani, wawancara tanggal 10 Maret 2010)

Dengan adanya organisasi pertanian di Desa Sambirejo memberikan manfaat dalam memecahkan masalah pertanian pedesaan antara lain membantu pemerintah mengkoordinir petani di tiap pedukuhan melalui kegiatan-kegiatan usaha tani untuk meningkatkan kemandirian dan partisipasi petani dalam menangani masalah pertanian di Desa Sambirejo.

4) Aksesibilitas Informasi

Informasi mengenai pekarangan terpadu diperoleh melalui kegiatan penyuluhan dan interaksi antar masyarakat petani pelaksana pekarangan terpadu dan juga dari pengetahuan yang dimiliki oleh petani sendiri. Pihak yang sering dijadikan acuan atau sumber Informasi mengenai pekarangan terpadu diperoleh melalui kegiatan penyuluhan dan interaksi antar masyarakat petani pelaksana pekarangan terpadu dan juga dari pengetahuan yang dimiliki oleh petani sendiri. Pihak yang sering dijadikan acuan atau sumber

”Informasi tentang pekarangan terpadu saya tanya sama teman yang juga ikut program, kalau teman saya tidak tahu baru saya tanya sama ketua kelompok wanita tani ” (Ibu Sri Nuryani, wawancara tanggal 10 Maret 2010)

”Kalau selama ini saya selalu bertanya ke PPL, karena saya juga sering bertemu beliau ketika mengurusi kegiatan-kegiatan pertanian di luar, selain itu saya mendapat pengetahuan sendiri tentang pekarangan dari pengalaman terdahulu ”

(Lilis, wawancara tanggal 28 Februari 2010) “Kalau saya biasanya cari informasi tentang pekarangan

terpadu ke kelompok tani. Kebetulan rumahnya dekat dengan rumah saya juga” (Wariyo, wawancara tanggal 10 Maret 2010)

Ketua gapoktan dan PPL merupakan sumber informasi yang sering di akses dan juga dijamin mempunyai informasi mengenai pekarangan terpadu. Selain itu pihak pemerintah desa misalnya kepala urusan pembangunan juga merupakan pihak yang mengetahui tentang pekarangan terpadu karena merupakan salah satu penanggungjawab program tersebut.

6. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Pekarangan Terpadu

a. Faktor Pendukung

Faktor internal dan faktor eksternal petani untuk melaksanakan pekarangan terpadu dapat menjadi faktor pendukung atau penghambat dalam kegiatan pemberdayaan dalam program pekarangan terpadu. Faktor internal antara lain luas lahan pekarangan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga, sedangkan faktor eksternal meliputi partisipasi, Faktor internal dan faktor eksternal petani untuk melaksanakan pekarangan terpadu dapat menjadi faktor pendukung atau penghambat dalam kegiatan pemberdayaan dalam program pekarangan terpadu. Faktor internal antara lain luas lahan pekarangan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga, sedangkan faktor eksternal meliputi partisipasi,

Luas lahan pekarangan yang dimiliki petani merupakan faktor pendukung kegiatan pekarangan terpadu. Jika lahan pekarangan petani cukup luas untuk budidaya tanaman yang beranekaragam, memelihara ternak dan ikan, maka bisa dikatakan petani tersebut bisa lebih mudah menerapkan intensifikasi pekarangan secara terpadu. Walaupun sebenarnya pekarangan terpadu tidak menuntut untuk menanam tanaman di lahan tanah tapi bisa juga dengan menggunakan tabulampot atau media tanam lainnya. Luas lahan pekarangan rata-rata petani berkisar antara 200-

400m 2 , dengan luas lahan pekarangan seluas itu kegiatan intensifikasi pekarangan sudah bisa dilaksanakan 13 .

Pendidikan formal petani dapat dikatakan sebagai faktor pendukung kegiatan pekarangan terpadu. Tingkat pendidikan petani akan berpengaruh pada pengetahuan dan cara berpikir petani. Kemampuan dasar dalam baca tulis dan berhitung yang mana pada umumnya diperoleh pada pendidikan formal sangat diperlukan untuk melakukan manajemen usaha tani yang baik disektor pertanian dan juga berguna dalam sektor non pertanian. Mayoritas pendidikan petani sudah sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), hal ini mempengaruhi pengetahuan dan pola pikir petani terhadap program pekarangan terpadu. Pekarangan terpadu yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai konsumsi keluarga dan meningkatkan produktivitas lahan pekarangan serta pendapatan petani, merupakan salah satu motivasi petani untuk memanfaatkan pekarangan secara lebih intensif sehingga bisa tercapai ketahanan rumah tangga petani.

Selain faktor internal, faktor eksternal seperti partisipasi, aksesibilitas informasi, dan kapasitas organisasi lokal juga dapat menjadi faktor pendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu. Partisipasi petani merupakan kunci

13 Menurut Bapak Sunarya PPL Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal 10 Maret 2010

terlaksananya seluruh kegiatan yang yang berhubungan dengan masyarakat, karena selalu membutuhkan keterlibatan masyarakat setempat untuk memperlancar kegiatan kemasyarakatan tersebut. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu ini bisa dikatakan aktif, apalagi kegiatan pekarangan terpadu ini bersifat swadana dan swadaya, dimana seluruh biaya pelaksanaannya ditanggung oleh petani sendiri. Keaktifan petani untuk mengikuti penyuluhan juga diikuti dengan keaktifan petani ketika berdiskusi pada saat penyuluhan. Keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan merupakan salah satu cerminan dari keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan dalam organisasi lokal pedesaan, misalnya kelompok tani dan kelompok wanita tani, sehingga kapasitas organisasi lokal disini memberikan manfaat yang positif bagi petani Desa Sambirejo pada tentunya. Melalui kegiatan di organisasi dan juga komunikasi yang terjalin antara anggota kelompok organisasi dan hubungan tetangga dalam satu wilayah manghasilkan kemudahan dalam mengakses informasi mengenai program pekarangan terpadu.

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dari pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu bisa berasal dari faktor internal dan juga faktor eksternal dari masyarakat petani. Jumlah anggota keluarga petani dan akuntabilitas pemerintah desa menjadi faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu.

Jumlah anggota keluarga dapat manjadi faktor penghambat pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota petani yang sedikit dan mempunyai anak yang masih kecil, selain itu petani yang mempunyai pekerjaan lain selain menjadi petani sehingga hal tersebut juga akan menghambat kegiatan pengelolaan pekarangan. Sebagaimana diungkapkan oleh wanita tani pelaksana pekarangan terpadu berikut ini

“ Sebenarnya yang paling menghambat itu kalau sedang banyak kerjaan dirumah apalagi kalau masa panen di sawah mbak, jadi “ Sebenarnya yang paling menghambat itu kalau sedang banyak kerjaan dirumah apalagi kalau masa panen di sawah mbak, jadi

(Mursio, wawancara tanggal 12 Maret 2010) “dirumah banyak cucu saya yang masih kecil-kecil Mbak, kalau

waktu orang tuanya tidak ada ya saya yang jagain mereka, makanya kadang tertunda mau bersih-bersih pekarangan Mbak ”

(Lilis, wawancara tanggal 13 Februari 2010)

“...kalau anak saya lagi tidak rewel ya saya bisa beres-beres pekarangan saya, apalagi kalau istri sedang ada kerjaan dari sekolahan, saya tidak bisa ngerjain pekarangan terus ......” (Fajar, wawancara tanggal 11 Maret 2010)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pekarangan terpadu oleh petani terhambat oleh kesibukan sendiri dan kurangnya anggota keluarga yang mengerti tentang intensifikasi pekarangan. Hal ini dikarenakan banyak anak-anak petani yang masih kecil dan juga pendidikan anak yang belum begitu tinggi sehingga pengetahuannya pun belum seberapa tentang intensifikasi pekarangan.

Selain jumlah anggota keluarga, faktor eksternal seperti akuntabilitas juga dapat menjadi faktor penghambat kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam

Akuntabilitas atau pertanggungjawaban serta keterlibatan pemerintah kelurahan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, hal ini dikarenakan oleh pendanaan teknis kegiatan pekarangan terpadu ini di bebankan seluruhnya oleh petani, tanpa ada bantuan finansial dari pemerintah untuk melaksanakannya, selain itu pemerintah sendiri tidak melakukan pemantauan atau evaluasi dari kegiatan tersebut, seluruhnya kegiatan pendampingan di serahkan kepada PPL. Hal ini menyebabkan petani yang kurang mampu merasa kewalahan dalam menerapkan pekarangan terpadu, terkait

kegiatan

pekarangan

terpadu.

7. Peningkatan Ketahanan Pangan Keluarga Petani

Ketahanan pangan keluarga petani selama program pekarangan terpadu ini dilaksanakan dilihat dengan indicator ketahanan pangan yang meliputi empat komponen yaitu ketersediaan pangan, kualitas pangan, kecukupan pangan dan juga aksesibilitas/keterjangkauan pangan. Ketahanan pangan keluarga bisa dicapai dari hasil usaha anggota keluarga sendiri, baik dari pekerjaan maupun kegiatan lain yang dilakuka oleh angota kaluarga. Dari hasil wawancara pada penelitian ini di peroleh bahwa kesediaan pengan keluarga petani meyoritas cukup, walaupun dari beberapa subyek menyatakan bahwa

“Yah, lumayan mbak hasilnya buat makan sehari-hari. Kalau dulu makan seadanya, makan semampunya, tapi sekarang bisa makan enak dari hasil pekarangan sendiri, Alqamdulillah..Tiap hari bisa makan sesukanya, gak pernah kurang lagi tidak kayak dulu, lagipula sekarang bapak juga kerja jadi pedagang

kayu” (Wawancara Sri Nuryani, 10 Maret 2010)

“Kalau dulu mau makan lele mesti beli mbak, tapi sekarang kan bisa ambil sendiri,kalau kebetulan g bisa ke pasar bisa langsung cari sayuran ke pekarangan, jadi bisa ngirit uang belanja kan. Yang penting keluarga bisa makan bergizi tiap

hari biar cuma seadanya di pekarangan” (Wawancara Ibu Puji, 12 Maret 2010)

Sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan pangan keluarga petani sudah tercukupi oleh tanaman sayuran, buah dan rempah-rempah serta ikan dan ternak yang bisa digunakan sebagai bahan masakan yang sudah tersedia di pekarangan, sehingga ketersediaan pengan sudah tercukupi. Bahkan semua subyek mengatakan bahwa tiap hari keluarga bisa makan sebanyak tiga kali, bahkan bisa lebih untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan juga untuk membayar upah tenaga kerja dari luar. selain itu kualitas dari makanan yang ditanam sendiri di pekarangan bisa di pantau sendiri. Dimana arahan dari PPL untuk tidak menggunakan pupuk kimia dalam setiap kegiatan pemdudidayaan, guna melindungi keluarga dan komoditas yang ada di pekarangan tersebut.

8. Rumusan Intensifikasi Pekarangan di Masa Depan

Pekarangan terpadu merupakan salah satu kegiatan dari intensifikasi pekarangan yang merupakan salah satu upaya pelestarian sumberdaya sekitar khususnya pekarangan bagi keluarga petani yang mayoritas miskin untuk meningkatkan nilai ekonomis konsumsi keluarga petani. Setelah melihat manfaat dari kegiatan pekarangan terpadu di Desa Sambirejo disamping mampu meningkatkan produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan petani, intensifikasi pekarangan juga mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui pola pertanian organik.

Dari penelitian yang dilakukan dalam program pekarangan terpadu ini dapat di simpulkan bahwa sebagian besar petani yang sudah melaksanakan program pekarangan terpadu tergolong dalam petani yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas. Hal ini dapat dilihat dari keadaan rumah yang baik dan pekerjaan dari anggota keluarga lain yang mampu menambah pendapatan keluarga, sehingga hal ini bisa mendukung pelaksanaan pekarangan terpadu ini. Oleh karena itu, adanya pekerjaan lain dalam keluarga menjadi salah satu faktor pendukung terlaksananya pekarangan terpadu karena untuk mulai menerapkannya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Guna menanggulangi keadaan tersebut maka dapat dirumuskan sebuah gagasan mengenai intensifikasi pekarangan untuk masa depan, yaitu kegiatan intensifikasi pekarangan yang diterapkan di lahan pekarangan masyarakat petani dengan menerapkan intensifikasi pekarangan secara alami, bukan konvensional. Intensifikasi pekarangan alami mengarahkan petani untuk menggunakan segala sesuatu yang ada di lingkungan sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga, pemanfaatan input dari lingkungan sekitar,tanpa perlu mendatangkan input dari luar yang akan menambah beban biaya petani serta mengarah pada pertanian organik yang aman bagi keluarga petani. Keadaan yang seperti ini merupakan sebuah inovsi baru bagi petani pedesaan sehingga masih sangat membutuhkan perhatian dan dampingan dari pihak yang bertanggungjawab, yaitu pemerintah dan PPL.