Faktor Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Pekarangan Terpadu
4. Faktor Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Pekarangan Terpadu
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul ini dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan faktor ekstern. Berdasarkan pernyataan dari Mardikanto (2009) bahwa “unsur-unsur yang mempengaruhi keberhasilan dari pemberdayaan masyarakat adalah partisipasi, akuntabilitas, aksesibilitas informasi dan kapasitas organisasi lokal ”. Unsur tersebut di terangkan sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan pemberdayaan masyarakat ini. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat petani adalah luas lahan pekarangan, pendidikan dan juga jumlah anggota keluarga.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu ini membawa pada keberhasilan proses pemberdayaan dan juga program pekarangan terpadu ini. Masayarakat sebagai perencana, penyedia modal juga sebagai pelaksana dan pengevaluasi kegiatan pekarangan terpadu juga di bantu oleh PPL desa sebagai pendamping untuk mengarahkan teknis dari kegiatan di pekarangan dan pemerintah. Petani pelaksana sebagai pembuat perencanaan dalam menentukan penataan lahan pekarangan, mulai dari penyedia modal sampai perancang komoditas yang ditanam, dilakukan oleh petani sendiri. Pelaksana teknis kegiatan budidaya jenis tanaman, penataan lahan pekarangan, pengembangan ternak dan juga ikan juga di lakukan oleh petani. Sedangkan dalam proses monitoring dilakukan oleh petani, sedangkan evaluasi dilakukan oleh petani dan PPL, yang melakukan pelaporan bagi keberhasilan program pembangunan pertanian di Desa sambirejo. Menurut Mardikanto (2009), ”Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam pelaksanaan program yang dilaksanakan ”. Sehingga tujuan dari pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu ini dapat tercapai bila disertai dengan partisipasi masyarakat. Dengan mengikuti Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu ini membawa pada keberhasilan proses pemberdayaan dan juga program pekarangan terpadu ini. Masayarakat sebagai perencana, penyedia modal juga sebagai pelaksana dan pengevaluasi kegiatan pekarangan terpadu juga di bantu oleh PPL desa sebagai pendamping untuk mengarahkan teknis dari kegiatan di pekarangan dan pemerintah. Petani pelaksana sebagai pembuat perencanaan dalam menentukan penataan lahan pekarangan, mulai dari penyedia modal sampai perancang komoditas yang ditanam, dilakukan oleh petani sendiri. Pelaksana teknis kegiatan budidaya jenis tanaman, penataan lahan pekarangan, pengembangan ternak dan juga ikan juga di lakukan oleh petani. Sedangkan dalam proses monitoring dilakukan oleh petani, sedangkan evaluasi dilakukan oleh petani dan PPL, yang melakukan pelaporan bagi keberhasilan program pembangunan pertanian di Desa sambirejo. Menurut Mardikanto (2009), ”Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam pelaksanaan program yang dilaksanakan ”. Sehingga tujuan dari pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu ini dapat tercapai bila disertai dengan partisipasi masyarakat. Dengan mengikuti
Partisipasi petani pada saat perencanaan kegiatan ini tercermin dari kesediaan petani menghadiri penyuluhan dari pemerintah desa dan PPL selama beberapa kali, begitu pula dalam kegiatan penyuluhan petani tidak hanya diam, melainkan petani juga mengikuti kegiatan diskusi dengan beberapa kali bertanya dan memberikan usulan. Selama pelaksanaan pemberdayaan, partisipasi petani terlihat dari keterlibatan petani secara langsung mengenai kegiatan intensifikasi pekarangan seperti budidaya tanaman untuk pekarangan, kegiatan usahatani (penanaman, pemeliharaan, pemupukan, irigasi, pemanenan), pembuatan kandang ternak, pembuatan kolam ikan dan lain-lain. Sedangkan pada tahap pemantauan dan evaluasi, petani melakukan sendiri. Dimana kegiatan pekarangan terpadu ini di kelola sendiri oleh petani, dan posisi PPL hanya sebagai pendamping yang membantu masalah dan kesulitan petani dalam kegiatannya. Sedangkan pada tahan pemanfaatan hasil, petani juga melakukannya sendiri dan hasilnyapun di nikmati keluarga endiri dan tetangga. Pihak pemerintah dan PPL tidak terlibat di dalamnya, hanya sekali-kali PPL mendatangi pekarangan petani untuk melakukan pemantauan.
Menurut Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngawen, Bapak Daryoto (Wawancara, 20 Maret 2010) menyatakan bahwa, Pihak yang paling bertanggungjawab dalam program pekarangan terpadu ini adalah Pemerintah Desa Sambirejo, karena pihak pemerintah desa adalah pihak yang mengusulkan program pertanian terpadu yang didalamnya terdapat program pekarangan terpadu. Namun pihak pemerintah hanya menunjuk PPL Desa Sambirejo untuk mendampingi petani dalam melaksanakannya. Keterlibatan pemerintah dalam program ini tidak terlihat menonjol, karena pemerintah langsung melepaskan petani dan PPL untuk melaksanakan, bahkan evaluasi juga hanya dilakukan oleh PPL dan petani sendiri.
Organisasi pertanian lokal di Desa Sambirejo termasuk banyak yang maju, hal ini dilihat dari banyaknya kegiatan yang di lakukan dan subsidi yang di peroleh dari organisasi pertanian di Desa Sambirejo. Salah satunya adalah Gapoktan, Organisasi Gapoktan Desa Sambirejo sudah pernah melakukan kegiatan besar seperti SLPTT dan mendapat dana PUAP selama beberapa kali, mengikuti perlombaan gapoktan sampai tingkat kabupaten, mendirikan koperasi pertanian, mendirikan radio RAG, mengikuti Pekan Nasional (PENAS) bagi petani berprestasi se-Indonesia dan juga mampu mengkoordinir kelompok tani dan kelompok wanita tani untuk selalu eksis di Sambirejo. Menurut subyek petani pelaksana pekarangan terpadu Bapak Mursiyo dan Ibu Sri Nuryani (wawancara, 21 Maret 2010), bahwa dengan mengikuti organisasi Gapoktan, kelompok tani dan kelompok ternak mereka merasakan manfaat yang banyak. Karena anggota organisasi tersebut sering dibantu dalam mencari pupuk untuk tanaman, mendapatkan vaksinasi ayam, sering mendapatkan penyuluhan dari PPL baik untuk pertanian maupun peternakan, mendapat bantuan bibit tanaman mangga dan jambu mete, mendapat pelatihan pembuatan pupuk organik dan lain sebagainya . Oleh karena itu, organisasi pertanian lokal ini mereka rasa sangat memberi dampak yang baik bagi petani di Desa Sambirejo.
PPL merupakan sumber informasi bagi petani, terutama berkaitan dengan program pertanian terpadu ini. Selain itu, Ketua Gapoktan juga merupakan salah satu pihak yang mengetahui program pertanian terpadu sehingga merupakan informan dalam pelaksanaan program. Selain itu, tokoh masyarakat yaitu Kepala Urusan Pembangunan Desa Sambirejo, karena Kepala Desa Sambirejo baru dilantik sehingga yang lebih mengetahui program ini karena dahulu ikut serta dalam merancang program ini adalah Kepala Urusan Pembangunan Bapak Giyanto dan Mantan Kepala Desa Alm.Bapak Marjono yang sudah meninggal dunia. Menurut Bapak Daryoto dan Bapak Sunaryo (wawancara 20 Maret 2010), mengatakan bahwa sebenarnya yang paling menguasai konsep dari program ini adalah Almarhum Bapak Marjono (Kepala Desa) dan Bapak Giyanto (Kaurbang), karena beliau PPL merupakan sumber informasi bagi petani, terutama berkaitan dengan program pertanian terpadu ini. Selain itu, Ketua Gapoktan juga merupakan salah satu pihak yang mengetahui program pertanian terpadu sehingga merupakan informan dalam pelaksanaan program. Selain itu, tokoh masyarakat yaitu Kepala Urusan Pembangunan Desa Sambirejo, karena Kepala Desa Sambirejo baru dilantik sehingga yang lebih mengetahui program ini karena dahulu ikut serta dalam merancang program ini adalah Kepala Urusan Pembangunan Bapak Giyanto dan Mantan Kepala Desa Alm.Bapak Marjono yang sudah meninggal dunia. Menurut Bapak Daryoto dan Bapak Sunaryo (wawancara 20 Maret 2010), mengatakan bahwa sebenarnya yang paling menguasai konsep dari program ini adalah Almarhum Bapak Marjono (Kepala Desa) dan Bapak Giyanto (Kaurbang), karena beliau
Luas lahan pekarangan petani subyek pelaksana pekarangan terpadu rata-rata sebesar 210-300 m 2 yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya
beraneka macam tanaman, kandang ternak serta kolam ikan yang mampu meningkatkan produktifitas dan pendapatan keluarga petani. Semakin sempit luas lahan pekarangan, keberhasilah dalam meningkatkan pendapatan keluarga juga tidak tinggi, yang penting mampu mencukupi kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Sedangkan pendidikan petani subyek pelaksana pekarangan terpadu ini sebagian besar adalah SMP, sehingga kemampuan mengakses informasi, mengadopsi inovasi pun bisa dikatakan cukup tinggi. Selain itu, sebagian anggota keluarga juga terdapat anggota keluarga yang berpendidikan sampai keperguruan tinggi dan juga ada yang menjadi PNS. Hal ini mampu mendukung bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka kemampuan mengadopsi inovasi juga semakin cepat.
Faktor yang terakhir adalah jumlah anggota keluarga, bahwa rata-rata jumlah anggota keluargadari petani subyek pekarangan terpadu berjumlah empat orang. Hal ini juga mempengaruhi besarnya konsumsi keluarga yang dibutuhkan dan juga tenaga kerja keluarga yang dapat digunakan untuk memelihara pekarangan. Dengan jumlah anggota keluarga empat orang ini, keluarga petani sudah mampu membudidayakan lahan pekarangan secara optimal, walaupun terkadang membutuhkan bantuan dari tenaga kerja luar untuk memanen ikan dan membuat kolam. Jumlah anggota keluarga yang sedemikian tersebut sudah bisa dijamin kecukupan dan ketersediaan pangan oleh keluarga, sehingga ketahanan pangan pada oetani subyek pekarangan terpadu sudah mencapai tingkat cukup.