Telaah Sastra

5. Telaah Sastra

Sastra dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata sas yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi, dan tra yang berarti alat atau sarana (Teeuw, 1984: 23). Dalam pengertian sekarang, sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini kemudian ditambah dengan kata su yang berarrti indah atau baik. Terciptalah kata susastra yang bermakna tulisan yang indah.

Pengertian sastra yang didasarkan pada makna di atas tidak dapat menggambarkan definisi sastra secara keseluruhan. Hal tersebut misalnya dapat dibandingkan dengan makna sastra yang terdapat dalam bahasa-bahasa Barat. Kerancuan makna pun masih melingkupi makna sastra tersebut. Dalam bahasa Inggris misalnya dikenal istilah literature, Perancis litterature, Jerman literature, dan Belanda letterkunde. Secara etimologis, kata-kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu litterature yang merupakan terjemahan dari kata grammatika yang mengandung makna tata bahasa dan puisi. Namun kenyataannya, dalam pengertian yang dikenal saat ini kata literature ternyata mengacu pada makna segala sesuatu yang tertulis . Padahal jika disimak lebih jauh, manifestasi makna tersebut tentu tidak dapat menggambarkan sastra dalam pengertian karya fiksi (Fananie, 2000: 4)

Beberapa ahli berpendapat bahwa suatu teks sastra dianggap berbobot atau tidak ditentukan oleh nilai estetik sastra yang dikandungnya. Hal tersebut misalnya seperti yang dikemukakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren: cara lain untuk merumuskan apa yang disebut sastra ialah dengan membatasi sastra pada puncak-ouncak karya sastra saja tanpa memperhatikan apa pokok Beberapa ahli berpendapat bahwa suatu teks sastra dianggap berbobot atau tidak ditentukan oleh nilai estetik sastra yang dikandungnya. Hal tersebut misalnya seperti yang dikemukakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren: cara lain untuk merumuskan apa yang disebut sastra ialah dengan membatasi sastra pada puncak-ouncak karya sastra saja tanpa memperhatikan apa pokok

Berdasar pada pendapat-pendapat ahli yang ada, paling tidak secara global dapat dirumuskan bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Estetika bahasa biasanya diungkapkan melalui aspek puitik atau poetic function (surface structure ) sedang estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure (Fananie, 2000: 6).

Selanjutnya, diperlukan kajian yang mendalam terhadap sastra untuk menyelami lebih jauh tentang hakekat karya sastra. Telaah karya sastra merupakan kajian secara mendalam terhadap teks karya sastra dari berbagai unsur yang membentuknya. Unsur-unsur tersebut bisa meliputi unsur instrinsik maupun ekstrinsiknya. Yang paling pokok dalam telaah sastra adalah mencari kekuatan karya sastra. Walaupun aspek-aspek kekuatan sastra umumnya bersifat subjektif dan abstrak bukan berarti tidak dapat dinilai secara konkrit. Itulah sebabnya telaah sastra berbeda dengan apresiasi sastra. Telaah sastra harus bersifat objektif, rasional, berdasarkan bukti-bukti kekuatan atau kelemahan karya yang ditelaah. Telaah sastra kemudian dikategorikan dalam tulisan ilmiah. Hal tersebut membuat sebuah konsekuensi bahwa telaah sastra harus menggunakan bahasa ilmiah, bukan bahasa sastra.

Berdasarkan kedudukan dan sifatnya, telaah sastra tidak jauh berbeda dengan kritik sastra. Hanya saja, kritik sastra bisa merupakan penilaian yang bersifat like and dislike (dalam bentuk yang sederhana) dan dapat juga merupakan sebuah karya ilmiah. Kritik sastra yang demikian itulah yang mempunyai kesamaan dengan telaah sastra. Kritik sastra yang demikian adalah kritik sastra yang bertolak dari suatu teori dan kerangka acuan tertentu. Tidak hanya dilakukan karena senang atau tidak senang, suka atau tidak suka berdasarkan selera personal, tetapi lebih merupakan usaha untuk mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap sebuah atau lebih karya sastra. Kritik sastra yang demikian dilakukan secara Berdasarkan kedudukan dan sifatnya, telaah sastra tidak jauh berbeda dengan kritik sastra. Hanya saja, kritik sastra bisa merupakan penilaian yang bersifat like and dislike (dalam bentuk yang sederhana) dan dapat juga merupakan sebuah karya ilmiah. Kritik sastra yang demikian itulah yang mempunyai kesamaan dengan telaah sastra. Kritik sastra yang demikian adalah kritik sastra yang bertolak dari suatu teori dan kerangka acuan tertentu. Tidak hanya dilakukan karena senang atau tidak senang, suka atau tidak suka berdasarkan selera personal, tetapi lebih merupakan usaha untuk mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap sebuah atau lebih karya sastra. Kritik sastra yang demikian dilakukan secara

Karya sastra hadir tidak hanya untuk sekedar dinikmati, melainkan perlu juga dimengerti, dihayati, dan ditafsirkan. Karena itu, karya-karya sastra yang bersifat inkonvensional pun belum tentu tidak bernilai. Kesulitan pemahaman terhadap sastra-sastra inkonvensional umumnya lebih banyak disebabkan adanya perbedaan pemakaian kode bahasa atau idiom yang memang belum lazim digunakan.

Telaah sastra diperlukan untuk menghadirkan pemahaman tersebut. Dalam hal ini, telaah sastra akan memberikan tolok ukur atau kriteria yang dapat dijadikan pegangan penilaian, di samping uraian-uraian mengenai nilai yang terdapat dalam karya sastra yang sedang ditelaah. Fungsi spesifik telaah dapat disebutkan sebagai berikut.

a) Fungsi informatif Telaah sastra dapat menginformasikan eksistensi suatu karya sastra yang dikaji. Karena itu, identitas karya sastra harus dicantumkan secara jelas. Hal ini akan memberikan informasi fisik yang jelas terhadap pembaca hasil telaah sastra.

b) Fungsi intelektual Hasil telaah sastra dapat memberikan pengetahuan yang bersifat keilmuan, seperti aspek pemahaman dan penghayatan terhadap karya sastra, baik karya sastra yang bersifat universal maupun inkonvensional.

c) Fungsi edukatif Telaah sastra tidak saja memberikan bekal keilmuan, melainkan diharapkan juga memberikan nilai pembentukan moral, kemanusiaan, estetika, filsafat, dan sebagainya. Dengan demikian, pembaca tidak hanya sekadar mengeti tentang cara memahami suatu karya sastra, tetapi juga mengetahui dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra yang ditelaah dan sejauh mana kompetensi nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

d) Fungsi persuasif, apresiatif, dan promotif Hasil telaah sastra mampu menumbuhkan motivasi pembaca untuk mendalami karya-karya sastra yang ditelaah; menumbuhkan penghargaan terhadap karya sastra dengan jalan menunjukkan keistimewaan dan pentingnya karya sastra tersebut untuk dibaca, disimak, dinikmati, dan dipahami kandungan maknanya.

Fungsi lain dari telaah sastra dipaparkan oleh Atar Semi (dalam Fanani, 2000: 68-69) sebagai berikut.

a) Untuk pembinaan dan pengembangan sastra Telaah sastra merupakan upaya untuk menyelamatkan dan memelihara serta mengembangkan pengalaman manusiawi yang berwujud sebagai karya seni yang bernama sastra. Kemudian, menjadikannya sebagai suatu proses perkembangan struktur yang bermakna. Fungsi ini jauh lebih penting daripada hanya membuat kategori-kategori yang biasa dilakukan, meskipun kategori- kategori tersebut berguna.

b) Untuk pembinaan kebudayaan dan apresiasi seni Telaah sastra jelas akan membina tradisi budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai-nilai tersebut akan dapat dicerna karena selain menunjukkan patokan-patokan tertentu, telaah sastra juga menunjukkan kebaruan-kebaruan yang ada. Hal ini akan membuat apresiasi pembaca terhadap karya sastra meningkat karena selain memberikan patokan-patokan yang berkaitan dengan telaah struktur beserta unsur-unsurnya, telaah sastra juga bertujuan untuk menunjukkan hal-hal yang tersirat dari semua yang tersurat.

c) Untuk menunjang ilmu sastra Telaah sastra dapat dikatakan sebagai wadah pengembangan ilmu yang berkaitan dengan ilmu sastra. Melalui telaah tersebut tentu suatu saat akan ditemui gejala-gejala baru yang terdapat dalam karya sastra. Hal tersebut tentu akan memberikan satu kontribusi terhadap perkembangan teori dan ilmu sastra.

d) Untuk menumbuhkan kreativitas pengarang Telaah sastra merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan kreativitas pengarang selain digunakan sebagai sarana penilaian dan interpretasi. Pengarang yang karyanya ditelaah secara cermat akan mengetahui sejauh mana nilai karyanya di mata pembaca. Selain itu, pengarang juga akan mengetahui letak kelebihan dan kekurangan karya sastra yang diciptakannya.