Hakikat Bahan Ajar

4. Hakikat Bahan Ajar

a. Kriteria Bahan Ajar yang Baik

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks. Proses tersebut sulit diamati, namun perbuatan atau tindakan belajar dapat diamati berdasarkan perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh tindakan dan proses belajar tersebut. Setiap kegiatan atau proses belajar mengandung unsur-unsur yang bersifat dinamis. Unsur-unsur tersebut bersifat dinamis karena dapat berubah-ubah. Artinya, dapat menjadi lemah atau menjadi kuat. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang ada dalam diri siswa dan yang ada di luar diri siswa.

Unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar terdiri dari (1) motivasi siswa, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar, dan (5) kondisi subjek yang belajar. Kelima unsur inilah yang sering berubah, menguat dan melemah sekaligus mempengaruhi proses belajar tersebut (Hamalik, 2001: 50)

Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang perlu mendapatkan perhatian oleh guru. Adanya bahan belajar akan membuat para siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Karena itu, penentuan bahan belajar harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Misalnya, berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman lainnya. Bahan-bahan yang bertalian dengan tujuan itu telah digariskan dalam silabus dan GBPP (Hamalik, 2001: 51).

Silabus dan GBPP memuat dan merumuskan secara rinci materi belajar yang telah ditentukan untuk selanjutnya dipelajari siswa. Rincian tersebut berupa Silabus dan GBPP memuat dan merumuskan secara rinci materi belajar yang telah ditentukan untuk selanjutnya dipelajari siswa. Rincian tersebut berupa

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam mengajar dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Buku ini disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan bahan ajar, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas maupun pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala sekolah buku ini dapat dijadikan bahan pembinaan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.

Aspek-aspek yang terdapat dalam bahan belajar antara lain adalah konsep, fakta, nilai keterampilan, bahkan juga terdapat sejumlah masalah yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat (Harjanto, 2006:220). Istilah-istilah tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

1) Konsep adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian yang umum.

2) Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan sutu petunjuk untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu.

3) Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan atau dialami. Fakta dapat berupa hal, objek atau keadaan. Jadi, bukan sesuatu yang diinginkan atau pendapat atau teori.

4) Proses adalah serangkaian perubahan atau gerakan-gerakan perkembangan. Sutu proses dapat terjadi secara sadar atau tidak disadari. Proses juga dapat berupa cara melaksanakan kegiatan operasional.

5) Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model. Umumnya, nilai dapat bertalian dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik dan buruk.

6) Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara jasmaniah (menulis, berbicara, membaca, dan sebagainya) dan dapat juga berarti rohaniah (membedakan, menganalisis, dan sebagainya).

Biasanya, kedua aspek tersebut tidak terlepas satu sama lain, kendatipun tidak selalu demikian adanya (Oemar Hamalik dalam Harjanto, 2006: 220-221)

Aspek-aspek tersebut merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan bahan belajar dan rinciannya. Prinsip-prinsip ini juga erat kaitannya dengan tujuan intruksional khusus (TIK) yang akan dicapai. Guru harus bersikap kritis dan analitis dan tidak terlalu terikat pada subbahasan yang terdapat dalam GBPP saja. Inovasi dan kreasi dari guru diperlukan agar setiap aspek yang terdapat dalam bahan ajar dapat diterima para siswa secara seimbang. Dalam hal ini, proses pengayaan oleh guru dan siswa menjadi satu hal yang diperlukan.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar atau teaching-material , terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. University of Wollongong, New South Wales 2522, Australia pada website -nya (Agustus, 1998) menyatakan: Teaching is defined as the process of creating and sustaining an effective environment for learning. Mengajar diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif.

Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang bahan ajar bahwa ”Books can be used as reference material, or they can be used as paper weights,

but they cannot teach”. Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot, tetapi buku tidak dapat mengajar.

Website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Bahan ajar memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

2) Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

3) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran Materi pelajaran atau bahan ajar berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan bahan ajar harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkutan. Kriteria tersebut dapat dijelaskan dalam bagan berikut.

Kriteria

Sasaran

a. Akurat dan up to date - sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi.

b. Kemudahan - Untuk memahami prinsip, generalisasi, dan

memperoleh data.

c. Kerasionalan

- Mengembangkan

kemampuan berpikir

rasional, bebas, logis.

d. Essensial

- Untuk

mengembangkan moralitas

penggunaan pengetahuan.

e. Kemaknaan - Bermakna bagi siswa dan perubahan sosial

bahan sosial.

f. Keberhasilan - Merupakan ukuran keberhasilan untuk mempengaruhi tingkah laku siswa.

g. Keseimbangan - Mengembangkan pribadi siswa secara seimbang dan menyeluruh.

h. Kepraktisan - Mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk

pelajaran berikutnya.

Bagan 1. Kriteria Umum Pemilihan Isi Kurikulum

Sedangkan kriteria pemilihan materi atau bahan ajar (Harjanto, 2006: 222) adalah sebagai berikut.

1) Kriteria tujuan instruksional Materi atau bahan ajar harus sesuai dan sejalan dengan tujuan-tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan.

2) Materi pelajaran supaya terjabar Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan dalam TIK yang telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati, dan terukur. Ini berarti ada keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi atau bahan ajar.

3) Relevan dengan kebutuhan siswa Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa siswa ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena itulah, setiap materi atau bahan ajar yang disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek di antaranya adalah pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan.

4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Karena itulah, bahan ajar yang dipilih hendaknya turut membantu siswa dalam memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan para siswa menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.

5) Materi pelajaran mengandung segi-segi etik Bahan ajar yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa selanjutnya. Pengetahuan dan keterampilan yang akan mereka peroleh dari bahan ajar yang telah mereka terima akan diarahkan untuk mengembangkan diri siswa masing-masing sesuai manusia yang sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.

6) Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematis dan logis Setiap bahan ajar disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya, dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan demikian, diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.

7) Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar. Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku meskipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan guru yang ahli merupakan sumber utama dalam proses belajar. Guru dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan dapat dikatakan sebagai materi atau bahan ajar yang paling besar.

Pengembangan bahan ajar bagi guru akan mendatangkan paling tidak tiga manfaat, yang pertama adalah mereka akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan yang kedua adalah bahwa bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit guru untuk keperluan kenaikan pangkat. Ketiga akan menambah penghasilan bagi guru apabila hasil karangannya diterbitkan.

Kehadiran bahan ajar yang bervariasi akan membuat pembelajaran yang dijalani siswa menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan guru. Siswa akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

Bentuk bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) Bentuk bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio)

Sedangkan pengembangan bahan ajar harus memperhatikan beberapa prinsip berikut:

1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.

2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman

3) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik

4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.

6) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan

b. Bahan Ajar Pembelajaran Sastra

Karya sastra adalah karya seni yang berbicara tentang masalah hidup dan kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Esten, 1980). Rusyana (1982) menyatakan bahwa sastra adalah hasil kegiatan kreatif manusia dalam pengungkapan penghayatannya tentang hidup dan kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa. Dari kedua pendapat itu dapat ditarik makna bahwa karya sastra adalah karya seni, mediumnya (alat penyampainya) adalah bahasa, isinya adalah tentang manusia, bahasannya adalah tentang hidup dan kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan

Pembelajaran sastra tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran bahasa. Namun, pembelajaran sastra tidaklah dapat disamakan dengan pembelajaran bahasa. Perbedaan hakiki keduanya terletak pada tujuan akhirnya. Oemarjati (1992) menerangkan perbedaan tersebut sebagai berikut.

“Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi efektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya (lebih ) tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam, menum-buhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan dan rasa hormatnya terhadap tata nilaian – baik dalam konteks individual, maupun sosial.”

Bertolak dari pendapat-pendapat tersebut, maka pembelajaran sastra sangat diperlukan. Hal itu bukan saja karena ada hubungan dengan konsep atau pengertian sastra, tetapi juga ada kaitan dengan tujuan akhir dari pembelajaran sastra.

Pembelajaran sastra adalah pembelajaran apresiasi. Menurut Efendi (1998), “Apreasisi adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh- sungguh. Di dalam mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan.” Pengenalan terhadap karya

sastra dapat dilakukan melalui membaca, mendengar, dan menonton. Hal itu tentu dilakukan secara bersungguh-sungguh. Kesungguhan dalam kegiatan tersebut akan bermuara kepada pengenalan secara bertahap dan akhirnya sampai ke tingkat pemahaman.

Pemahaman terhadap karya sastra yang dibaca, didengar, atau ditonton akan mengantarkan peserta didik ke tingkat penghayatan. Indikator yang dapat dilihat setelah menghayati karya sastra adalah jika bacaan, dengaran, atau tontonan sedi ia akan ikut sedih, jika gembira ia ikut gembira, begitu seterusnya. Hal itu terjadi seolah-olah ia melihat, mendengar, dan merasakan dari yang dibacanya. Ia benar-benar terlibat dengan karya sastra yang digeluti atau diakrabinya. Setelah menghayati karya sastra, peserta didik akan masuk ke wilayah penikmatan. Pada fase ini ia telah mampu merasakan secara mendalam berbagai keindahan yang didapatkannya di dalam karya sastra. Perasaan itu akan membantunya menemukan nilai-nilai tentang manusia dan kemanusiaan, tentang hidup dan kehidupan yang diungkapkan di dalam karya itu. Rusyiana (1984:322) menyatakan bahwa kemampuan mengalami pengalaman pengarang yang tertuang di dalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada pembaca. Selanjutnya dikatakan, “Kenikmatan itu timbul karena: (1) merasa berhasil dalam menerima Pemahaman terhadap karya sastra yang dibaca, didengar, atau ditonton akan mengantarkan peserta didik ke tingkat penghayatan. Indikator yang dapat dilihat setelah menghayati karya sastra adalah jika bacaan, dengaran, atau tontonan sedi ia akan ikut sedih, jika gembira ia ikut gembira, begitu seterusnya. Hal itu terjadi seolah-olah ia melihat, mendengar, dan merasakan dari yang dibacanya. Ia benar-benar terlibat dengan karya sastra yang digeluti atau diakrabinya. Setelah menghayati karya sastra, peserta didik akan masuk ke wilayah penikmatan. Pada fase ini ia telah mampu merasakan secara mendalam berbagai keindahan yang didapatkannya di dalam karya sastra. Perasaan itu akan membantunya menemukan nilai-nilai tentang manusia dan kemanusiaan, tentang hidup dan kehidupan yang diungkapkan di dalam karya itu. Rusyiana (1984:322) menyatakan bahwa kemampuan mengalami pengalaman pengarang yang tertuang di dalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada pembaca. Selanjutnya dikatakan, “Kenikmatan itu timbul karena: (1) merasa berhasil dalam menerima

Fase terakhir dalam pembelajaran sastra adalan penerapan. Penerapan merupakan ujung dari penikmatan. Oleh karena peserta didik merasakan kenikmatan pengalaman pengarang melalui karyanya, ia mencoba menerapkan nilia-nilai yang ia hayati dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan itu akan menimbulkan perubahan perilaku. Itulah yang diungkapkan oleh Oemarjati (1992), “Dengan sastra mencerdaskan siswa: memperkaya pengalaman dan pengetahuan.”

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemapuan sebagai berikut.

1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara;

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;

4) Menggunakan bahasa Indonesia unutk meningkatkan keampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Tujuan nomor lima dan nomor enam langsung menyebut karya sastra. Tujuan nomor lima diawali de ngan kata kerja “menikmati dan memanfaatkan” dan tujuan nomor enam diawali dengan kata kerja “menghargai dan membanggakan”. Keempat kata kerja itu merupakan kata kunci untuk mencapai

mata pelajaran sastra Indonesia di sekolah. Melalui pembelajaran sastra, peserta mata pelajaran sastra Indonesia di sekolah. Melalui pembelajaran sastra, peserta

c. Kompetensi Dasar yang Berkaitan

Beberapa kompetensi dasar yang berhubungan dengan pembelajaran sastra di kelas XI SMA adalah sebagai berikut.

a. Kompetensi Dasar 5.1: Mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada pementasan drama.

b. Kompetensi Dasar 5.2: Menganalisis pementasan drama berdasarkan teknik pementasan.

c. Kompetensi Dasar 6.1: Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh.

d. Kompetensi Dasar 6.2: Mengekpresikan perilaku dan dialog tokohprotogonis dan atau antagonis.

e. Kompetensi Dasar 7.1: Menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat.

f. Kompetensi Dasar 7.2: Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

g. Kompetensi Dasar

13.1: Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam

cerpen yang dibacakan.

h. Kompetensi Dasar

13.2: Menemukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibacakan.

i. Kompetensi Dasar 14.1: Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. j. Kompetensi Dasar 14.2: Menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama. k. Kompetensi Dasar

15.1: Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.

l. Kompetensi Dasar 15.2: Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan dengan hikayat.

Selanjutnya, kompetensi dasar yang dapat digunakan dengan bahan ajar cetak (novel) adalah KD 7.2, 15.1, dan 15.2. KD-KD tersebut dapat memanfaatkan bahan ajar dalam bentuk cetak yang dapat lebiih difokuskan pada novel Indonesia maupun terjemahan untuk membahas dan mencapai tujuan akhir yang harus dipelajari dan dikuasai siswa.