tercukupi  akan  mengkonsumsi  kesehatan  Andersen  et  al,  1975;  Santerre    Neun, 2000; Mills  Gilson,1990 dalam Laij,2012.
Dalam penelitian ini didapat bahwa  tingkat pendapatan keluarga responden yang  terbanyak  yang  meminta  demand  pelayanan  rawat  inap  yang  tersedia  di
puskesmas  rawat  inap  adalah  responden  dengan  tingkat  pendapatan  keluarga  di bawah  UMR  yaitu  sebesar  81,6    hal  ini  sejalan  dengan  teori  yang  ada  selain  itu
penelitian  ini  sejalan dengan  hasil  penelitian  yang dilakukan oleh  Solikhah, Murtini dan Hartini 2008 bahwa pemanfaatan akan pelayanan kesehatan salah satunya akan
tergantung  atau  dipengaruhi  kemampuan  membayar  sebuah  keluarga  berdasarkan pendapatan  yang  dihasilkan  oleh  sebuah  keluarga.  Akan  tetapi  bertentangan  dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani 2000 dengan judul beberapa faktor yang memengaruhi  pemanfaatan  pelayanan  pengobatan  di  Puskesmas  Bandarharjo  kota
Semarang tahun  2000 didapat bahwa tidak  ada  hubungan antara tingkat  pendidikan dan pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan.
5.1.3  Pengaruh  Variabel  Pendidikan  dan  Pengetahuan  Terhadap Demand
Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas
Hasil  penelitian  menunjukkan  responden  yang  terbanyak  yang  meminta demand  pelayanan  rawat  inap  yang  tersedia  di  puskesmas  rawat  inap  adalah
responden  dengan  tingkat  pendidikan  kategori  tinggi  yaitu  sebesar  51,0    dan responden yang memiliki pengetahuan yang baik yang meminta  demand pelayanan
rawat inap yang tersedia di puskesmas rawat inap adalah sebesar 71,4 .
Universitas Sumatera Utara
Hal  ini  dibuktikan  dengan  dari  responden  yang  mengaku  pernah memanfaatkan fasilitas rawat inap yang tersedia di puskesmas sebanyak 11 responden
100,0  memiliki  pengetahuan  yang  baik  tentang  puskesmas  rawat  inap. Responden menjawab mengetahui bahwa puskesmas dengan fasilitas rawat inap buka
selama  24  jam  dan  selalu  memiliki  petugas  kesehatan  yang  berjaga,  selain  itu responden  juga  menjawab responden  mengetahui  bahwa puskesmas dengan  fasilitas
rawat  inap  mampu  menangani  proses  persalinan,  keadaan  darurat  seperti  diare  dan pertolongan  pertama  kecelakaan  bahkan  seorang  responden  dari  Puskesmas  Medan
Deli  mengatakan  mengetahui  seseorang  pernah  memanfaatkan  rawat  inap  untuk menangani DBD.
Hal  ini  sesuai  dengan  teori  yang  mengatakan  bahwa  faktor  tingkat pendidikan  dan  pengetahuan  memengaruhi  nilai  pentingnya  kesehatan.  Seseorang
dengan  pendidikan  tinggi  cenderung  mempunyai  demand  yang  lebih  tinggi. Pendidikan  yang  lebih  tinggi  cenderung  untuk  meningkatkan  kesadaran  status
kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi menganggap penting nilai kesehatan, sehingga akan
mengkonsumsi  jasa  kesehatan  lebih  banyak  dibandingkan  masyarakat  yang pendidikan dan pengetahuannya lebih rendah Joko, 2005 dalam Laij, 2012.
Status  pendidikan  seseorang  berpengaruh  terhadap  pemanfaatan  jasa pelayanan  kesehatan,  karena  status  pendidikan  memengaruhi  kesadaran  dan
pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Hal yang sering menjadi penghambat bagi
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan  jasa  pelayanan  tersebut  adalah  kurangnya  kesadaran  dan  pengetahuan seseorang  tentang  hal-hal  yang  berkaitan  dengan  perilaku  kesehatan.  Kurangnya
kesadaran dan pengetahuan seseorang sangat bervariasi, mulai dari tidak mengetahui tempat jasa pelayanan kesehatan yang tersedia hingga kurangnya pemahaman tentang
manfaat pelayanan, tanda-tanda bahaya atau kegawatan yang memerlukan pelayanan Joko, 2005 dalam Laij, 2012.  Selain itu hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan
hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Andhika  2010  yang  menyebutkan  bahwa tingkat  pendidikan  berpengaruh  positif  terhadap  penggunaan  jasa  pelayanan
kesehatan. 5.1.4  Pengaruh  Variabel  Kebutuhan  Terhadap
Demand  Pelayanan Rawat  Inap di Puskesmas
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  dengan  bahwa  kebutuhan  memiliki pengaruh terhadap  demand  masyarakat terhadap pelayanan rawat  inap  yang tersedia
di  puskesmas  dengan  kekuatan  pengaruh  adalah  sebesar  57,4.  Hal  ini  dibuktikan dengan  responden  yang  terbanyak  yang  meminta  demand  pelayanan  rawat  inap
yang tersedia di puskesmas rawat inap adalah responden dengan kebutuhan terhadap pelayanan  yang  ada  di  puskesmas  dengan  kategori  baik  yaitu  sebesar  95,9
sedangkan untuk responden dengan kebutuhan dalam kategori tidak baik hanya 4,1 dari  responden  yang  meminta  demand  pelayanan  rawat  inap  yang  tersedia  di
puskesmas.  Selain  itu  dari  11  responden  yang  pernah  memanfaatkan  fasilitas  rawat inap  yang  tersedia  menjawab  bahwa  pelayanan  dan  fasilitas  yang  tersedia  di
Universitas Sumatera Utara
puskesmas rawat  inap sudah cukup  memuaskan karena semua kebutuhan responden dalam  mendukung  penyembuhan  sudah  tercukupi  di  puskesmas  rawat  inap  dan
apabila ada hal yang perlu ditingkatkan hal itu ialah jumlah petugas yang berjaga dan dokter  spesialis.  Sesuai  dengan  program  yang  dikembangkan  oleh  pemerintah  Kota
Medan  tahun  2009  untuk  penempatan  dokter  spesialis  di  puskesmas  rawat  inap  dan biasanya spesialis yang di tempatkan di puskesmas meliputi dokter spesialis penyakit
dalam, anak, bedah, kandungan, THT telinga, hidung, tenggorokan dan paru-paru. Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  analisis  permintaan  demand
analysis  pelayanan  kesehatan  puskesmas  di  kabupaten  mojokerto  yang  di  lakukan oleh Wasis Budiarto 1993 dimana variabel kebutuhan merupakan variabel penentu
dalam demand puskesmas baik di desa maupun di kota.
5.2    Pengaruh  Faktor  Lingkungan  Terhadap Demand  Masyarakat  Terhadap