Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Analisa Demand Masyarakat Terhadap Pelayanan Rawat Inap di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Deli, Puskesmas Bromo dan Puskesmas Kedai Durian Tahun 2013. Dengan faktor-faktor yang memengaruhi ialah faktor individual usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, pengetahuan, kebutuhan faktor lingkungan jarak, sumber informasi, kelompok referensi dan faktor sistem pelayanan kesehatan
persepsi masyarakat terhadap pelayanan rawat inap di puskesmas.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja yang menjadi faktor yang memengaruhi demand masyarakat terhadap pelayanan rawat inap di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, Puskesmas
Bromo dan Puskesmas Kedai Durian.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi demand masyarakat terhadap pelayanan rawat inap di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, Puskesmas Bromo
dan Puskesmas Kedai Durian.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak antara lain:
1. Bagi penulis sendiri dapat bermanfaat dalam upaya mengoptimalisasikan
berbagai teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan di FKM. 2.
Sebagai bahan masukan dan bagi Puskesmas Rawat Inap khususnya dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam
menentukan kebijakan dalam upaya memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan kesehatan.
4. Sebagai sumbangan referensi bagi para peneliti sejenis yang akan
dilaksanakan di masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Puskesmas 2.1.1 Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupatenkota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja Depkes RI,
2004.
2.1.2 Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah desakelurahan atau RW. Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota Depkes RI, 2004.
2.1.3 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya Depkes RI, 2004.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: 1 Lingkungan sehat, 2 Perilaku sehat, 3 Cakupan pelayanan kesehatan
yang bermutu, 4 Derajat kesehatan penduduk kecamatan Depkes RI, 2004. Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat Depkes RI, 2004.
2.1.4 Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
Universitas Sumatera Utara
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
Puskesmas akan
selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung
dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan Depkes RI, 2004.
2.1.5 Fungsi
Adapun fungsi dari puskesmas ialah : 1.
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
Universitas Sumatera Utara
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. 3.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi private goods dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap. b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik public goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya Depkes RI, 2004.
2.1.6 Upaya Penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
Universitas Sumatera Utara
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: 1 Upaya Promosi Kesehatan, 2
Upaya Kesehatan Lingkungan, 3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, 4 Upaya Perbaikan Gizi, 5 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular, 6 Upaya Pengobatan Depkes RI, 2004. 2.
Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: 1Upaya Kesehatan Sekolah, 2 Upaya Kesehatan Olah Raga, 3 Upaya Perawatan
Kesehatan Masyarakat, 4 Upaya Kesehatan Kerja, 5 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, 6 Upaya Kesehatan Jiwa, 7 Upaya Kesehatan Mata, 8 Upaya Kesehatan
Usia Lanjut, 9 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Depkes RI, 2004. Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan KabupatenKota bertanggunjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas
Kesehatan KabupatenKota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya. Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk
Universitas Sumatera Utara
ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan
prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan Depkes RI, 2004. Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik
tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan
kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional
puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota setempat Depkes RI, 2004.
2.1.7 Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas dengan tempat tidur atau ruang rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien - pasien gawat
darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitaas kurang lebih 10 tempat tidur. Puskesmas dengan ruang
rawat inap berfungsi sebagai pusat rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu atau dipulangkan kembali ke
rumahnya dan kemudian mendapat asuhan keperawatan tindak lanjut oleh petugas perawatan kesehatan masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien.
Universitas Sumatera Utara
Kebijaksanaan puskesmas dengan ruang rawat sebagai pusat rujukan antara dalam sistem rujukan, berfungsi untuk menunjang upaya penurunan kematian bayi dan ibu
maternal, keadaan-keadaan gawat daruratan serta pembatasan kemungkinan timbulnya kecacatan Depkes RI, 1991.
Strategi dalam meningkatkan kemampuan puskesmas dengan ruang rawat inap yakni puskesamas harus dapat menangani kasus-kasus yang potensial
menimbulkan kematian pada bayi, ibu martenal dan gawat darurat lainnya dengan pembatasan hari rawat 3- 7 hari. Dari jumlah puskesmas rawatan yang ada saat ini,
sebagian berasal dari rumah sakit pembantu sebelum ditetapkan klasifikasi rumah sakit yang statusnya diubah dan sebagian lainnya merupakan peningkatan puskesmas
menjadi puskesmas dengan ruang rawat inap Depkes RI, 1991. Puskesmas yang ditingkatkan dari puskesmas tanpa rawat inap menjadi
puskesmas dengan rawat inap diberi tambahan fasilitas berupa: 1. Ruang tambahan seluas 246m
2
diatas tanah seluas 600m
2
yang terdiri dari: 1 Ruang perawatan untuk 10 tempat tidur, 2 Ruang operasi sederhana, 3 Ruang
persalinan, 4 Ruang perawat jaga, 5 Ruang post operatif, 6 Kamar Linen, 7 Kamar cuci, 8 Dapur, 9 Laboratorium Depkes RI, 1991.
2. Peralatan medis dan perawatan yang terdiri dari : 1 Peralatan operasi terbatas, 2 Peralatan obstetri patologis, 3 Peralatan Resutasi, 4 Peralatan
vasektomi dan tubektomi, 5 Tempat tidur dengan kelengkapannya, 6 Perlengkapan perawatan Depkes RI, 1991.
Universitas Sumatera Utara
3. Tambahan tenaga yang terdiri dari : 1 1 satu orang dokter yang telah mendapatkan pelatihan klinis di rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang kebidanan
dan kandungan, bedah, anak dan penyakit dalam, 2 2 dua orang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang kebidanan dan kandungan, bedah, anak dan
penyakit dalam, 3 3 tiga orang perawat kesehatan perawatbidan yang diberi tugas secara bergiliran, 4 1 satu orang prakarya kesehatan untuk melaksanakan
administrasi di ruang rawat inap puskesmas terutama pencatatan dan pelaporan Depkes RI, 1991.
2.1.8 Jenis Kasus di Puskesmas Rawat Inap
Berbagai jenis kasus mungkin ditemui di puskesmas dengan ruang rawat inap dengan tingkat kegawat daruratan yang masih mampu ditangani oleh sumber
daya yang tersedia di puskesmas tersebut. Beberapa contoh kasus yang bisa di temui di puskesmas dengan ruang rawat inap adalah kasus ibu martenal yang meliputi:
kelainan karena komplikasi kehamilan seperti hiperemisi gravidarum,pendarahan pervaginam, keracunan kehamilan, kelainan dan komplikasi pada persalinan seperti
keluarnya air ketuban pada pemeriksaan inspekulo osteum uteri pembukaan kecil, kontraksi rahim lemah, persalinan lama, gawat janin, uri tidak lahir, dan lainya.
Selain kasus ibu martenal kasus neonatal dan kasus lainnya juga bisa saja ditemui di puskesmas dengan ruang rawat inap. Kasus lainnya yang mungkin di temui meliputi:
diare, pneumonia, malaria, demam berdarah, pendarahan, luka bakar, keracunan makanan, syok, dan lainnya Depkes RI, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan tujuan puskesmas menjadi puskesmas dengan rawat inap sebagai tempat rujukan antara, maka pasien yang dirawat terutama adalah pasien
gawat darurat yang dapat ditangani di puskesmas dengan fasilitas yang ada atau yang memerlukan observasi untuk kemudian dirujuk ke institusi lebih mampu, atau dapat
dipulangkan dan dilakukan perawatan dan pengobatan di rumah pasien. Kasus-kasus yang sejak awal kedatangan tidak mungkin ditangani di puskesmas misalnya kasus-
kasus yang perlu tindakan spesialistis serta kasus lain yang perlu perawatan dan pengobatan lama, harus segera dirujuk ke institusi yang lebih mampu atau rumah
sakit setelah sebelumnya dilakukan tindakan atau pertolongan pertama terhadap keadaan kedaruratannya Depkes RI, 1991.
2.2 Hukum Permintaan 2.2.1 Definisi
Demand
Masyarakat harus selalu membuat keputusan dalam mengelolah sumber- sumber dayanya yang terbatas atau langka dalam upaya pemenuhan kebutuhan
maupun keinginannya Mankiw, 2000 atas dasar keinginan dan kebutuhan maka timbulah demand permintaan dari pernyataan tersebut menunjukan bahwa
keinginan dengan permintaan adalah dua hal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Namun tidak dapat diingkari bahwa keduanya berhubungan erat Rosyidi, 2002.
Demand Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan ketersediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan Rosyidi, 2002.
Kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan mengartikan pada harga yang
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan untuk barang atau jasa yang ditawarkan dalam pasar dan ini akan memengaruhi jumlah permintaan sesuai dengan hukum dari permintaan dimana
apabila hal lainnya sama, harga meningkat maka jumlah demand akan turun dan sebaliknya apabila harga turun maka jumlah demand akan meningkat hukum ini
sering di kenal dengan sebutan ceteris paribus Mankiw, 2000. Hubungan antara harga barang atau jasa dengan kuantitas yang diminta di
perlihatkan dalam sebuah tabel yang di sebut skedul permintaan atau demand schedul Mankiw, 2000. Selanjutnya apa yang digambarkan dalam demand skedul dapat
dilukiskan dalam sebuah grafik yang disebut kurva demand Rosyidi, 2002. Kurva demand bisa saja berubah miring ke kiri atau ke kanan ketika terjadi
perubahan harga yang mengakibatkan perubahan kuantitas demand atau jumlah yang diminta. Ada satu hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu perbedaan antara istilah
demand dengan istilah kuantitas demand. Hal ini sering sekali menimbulkan kesalahpahaman, sebab kebanyakan orang menggangapnya sama. Sampai saat ini
masih sering terdengar orang yang mengatakan, bahwa naiknya harga sesuatu barang atau jasa akan menurunkan demand orang akan barang atau jasa tersebut. Pernyataan
tersebut salah, sebab dalam persoalan seperti itu bukanlah demand yang berubah namun kuantitas demand Rosyidi, 2002.
Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap
perubahan permintaan suatu komoditas. Secara umum elastisitas permintaan dapat
Universitas Sumatera Utara
dibedakan menjadi elastisitas permintaan terhadap harga price elasticity of demand, elastisitas permintaan terhadap pendapatan income elasticity of demand, dan
elastisitas permintaan silang cross price elasticity of demand. Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta
apabila harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga
komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai yang
diperoleh tersebut merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besar-kah perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan
perubahan harga Sugiarto, 2005. Ada beberapa faktor yang memengaruhi elastisitas demand yaitu 1 ada
tidaknya barang pegganti. Semakin banyak serta baik suatu barang memiliki barang pegganti maka semakin elasti permintaannya dan sebaliknya. 2 Luas atau
sempitnya kemungkinan penggunaan barang yang bersangkutan. Apabila suatu barang mampu memenuhi banyak kebutuhan yang bermacam- macam atau memiliki
kemungkinan banyak pengguna maka barang tersebut akan semakin elastis dan sebaliknya. 3 Pentingnya bagi kehidupan. Jika suatu barang memiliki arti yang
penting bagi kehidupan maka akan semakin inelastislah demand-nya. 4 sifat tahan lamanya suatu barang, barang yang tahan lama durable goods dan barang yang
tidak tahan lama non- durable goods atau perishable goods. Semakin tahan lama
Universitas Sumatera Utara
suatu barang maka akan semakin elastislah permintaan terhadapnya dan sebaliknya. Kemudian 5 harga barang dibandingkan dengan pendapatan konsumen. Semakin
mahal harga suatu barang makan akan semakin elastislah demand-nya dan sebaliknya. Rosyidi, 2002
2.2.2 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan
Menurut Santerre dan Neun 2000 dalam Murti bahwa Pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi lainya. Pelayanan
kesehatan atau pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan
fissik dan jiwa seorang. Karena sifat yang sangaat heterogen, pelayaanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan
sebagai berikut : 1. Intangibility. Tidak seperti mobil atau makanan, pelayanan kesehatan tidak
bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen pasien tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan kesehatan.
2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan bersama. Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian.
Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien.
3. Inventory. Pelayanan kesehataan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya.
Universitas Sumatera Utara
4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan
yang digunakan antar pasien, bervariasi. Jadi pelayanaan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya pelayanan
kesehatan diukur berdasarkan ketersediaaan atau penggunaan. Adanya demand terhadap pelayanan kesehatan menurut Grossman 1972
karena kesehatan merupakan komoditas yang harus dibeli consumption commodity sebab dapat membuat pembelinya merasa dirinya lebih baik dan nyaman. Kesehatan
dianggap sebagai barang yang tidak habis dalam sekejap durable good dan merupakan suatu investasi investment commodity artinya bila keadaan sehat maka
semua waktu yang tersedia dapat digunakan secara produktif sehingga secara tidak langsung merupakan investasi sedangkan menurut Amran Razak 2000 dalam
Haeruddin 2007, Demand terhadap pelayanan kesehatan timbul akibat adanya permintaan kesehatan yang baik, dimana meningkatnya umur seseorang bisa
merupakan mulai menurunnya kondisi kesehatan yang lebih baik. Secara umum keadaan demand dan need jasa pelayanan kesehatan dapat
dilukiskan dalam suatu konsep yang disebut fenomena gunung es atau ice-berg phenomenon. Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa demand yang benar
seharusnya merupakan bagian dari need. Secara konseptual, need akan jasa pelayanan kesehatan dapat berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat
sebagai demand Pallutturi, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mills dan Gilson 1990 dalam Andhika 2010 kesehatan merupakan suatu kebutuhan need yang diartikan secara umum yang merupakan
perbandingan antara situasi nyata dan standart teknis tertentu yang telah disepakati. Selain itu juga kesehatan merupakan kebutuhan yang dirasakan felt need yaitu
kebutuhan yang dirasakan sendiri oleh individu. Sehingga keputusan untuk memanfaatkan suatu jasa pelayanan kesehatan merupakan pencerminan kombinasi
normatif dan kebutuhan yang dirasakan. Bila ditelaah dari pernyataan tersebut, dapat dikategorikan maka kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis sesuai
dengan konsep kebutuhan Maslow. Menurut Kasali 2000 dalam Laij 2012 terdapat dua konsep yang sangat
mendasar yaitu kebutuhan needs dan keinginan wants. Kebutuhan adalah hal-hal yang mendasar yang dibutuhkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya.
Tanaman membutuhkan air, tanah, pupuk dan udara untuk hidup. Manusia tidak hanya membutuhkan makanan dan minuman, tetapi juga cinta, penghargaan,
persaudaraan, pengetahuan dan sebagainya. Kalau kebutuhan itu tidak terpenuhi, mereka akan merasa tidak bahagia, ada yang dirasakan kurang dalam kehidupannya.
Kebutuhan manusia amat bervariasi dan kompleks. Sedangkan keinginan adalah pernyataan manusia terhadap kebutuhan-kebutuhannya yang dipertajam oleh budaya
dan kepribadiannya. perbedaannya dengan kebutuhan terletak pada barang-barang yang dipilih untuk melangsungkan kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
Ada 3 situasi yang dapat diperhatikan atas tingkat persoalan kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh seorang individu. Permintaan
pelayanan kesehatan timbul melalui proses perubahan persoalan kesehatan menjadi persoalan kesehatan yang dirasakan, dilanjutkan dengan merasa dibutuhkannya
pelayanan kesehatan dan akhirnya dinyatakan dengan permintaan aktual. Dalam upayanya mengubah kebutuhan pelayanan yang dirasakan menjadi suatu bentuk
permintaan yang efektif, konsumen harus memiliki kesediaan willingness dan kemampuan ability untuk membeli atau membayar sejumlah jenis pelayanan
kesehatan yang diperlukan Andhika, 2010. Hubungan antara keinginan kesehatan permintaan akan pelayanan kesehatan
hanya kelihatannya saja yang sederhana, namun sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya karena persoalan kesenjangan informasi. Menerjemahkan
keinginan sehat menjadi konsumsi pelayanan kesehatan melibatkan berbagai informasi tentang berbagai hal, antara lain : aspek status kesehatan saat ini, informasi
status kesehatan yang lebih baik, informasi tentang macam pelayanan yang tersedia, tentang kesesuaian pelayanan tersebut, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan
karena permintaan pelayanan kesehatan mengandung masalah uncertainty ketidakpastian, sakit sebagai ciri-ciri persoalan kesehatan merupakan suatu
ketidakpastian. Keduanya, imperfect information dan uncertainty merupakan karakteristik umum dari permintaan pelayanan kesehatan dan kesehatan Laij, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Demand terhadap Pelayanan Kesehatan
Demand terhadap pelayanan kesehatan mempunyai faktor-faktor eksogen antara lain ketidaktahuan pasien-pasien sehingga penderita mendelegasikan
keputusannya kepada petugas kesehatan dokterparamedik, faktor penghasilan pemakai jasa pelayanan dan sebagainya; dan demand terhadap pelayanan kesehatan
melibatkan banyak hal, antara lain penyediaan dan tingkat keterampilan petugas kesehatan yang ada, dimana peran ganda yang dimilikinya penyedia layanan medis
dan wakil pasien dapat menciptakan motif ekonomi berupa pelayanan kesehatan yang berlebih-lebihan unnecessary procedure Amran Razak 2000 dalam
Haeruddin 2007. Beberapa faktor yang memengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu
faktor kebutuhan yang berbasis pada aspek fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti : tarif, ada tidaknya sistem asuransi,
dan penghasilan, serta variabel-variabel demografis dan organisasi. Disamping faktor-faktor tersebut masih ada faktor lain misalnya: pengiklanan, pengaruh jumlah
dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta pengaruh inflasi, Dunlop dan Zubkoff 1981 dalam Pallutturi 2005.
Menurut Santerre dan Neun 2000 dalam Andhika 2010, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap jumlah permintaan pemeliharaan pelayanan
kesehatan Quantity demanded seperti harga pembayaran secara langsung oleh rumah tangga, pendapatan bersih real income, biaya waktu time cost, termasuk di
Universitas Sumatera Utara
dalamnya adalah biaya uang untuk perjalanan termasuk muatan bis atau bensin di tambah biaya pengganti untuk waktu, harga barang substitusi dan komplementer,
selera dan preferensi, termasuk di dalamnya status pernikahan, pendidikan dan gaya hidup, phisik dan mental hidup, status kesehatan serta kualitas pelayanan quality of
care. Menurut Mills Gilson 1990 dalam Andhika 2010, hubungan antara
teori permintaan dengan pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang sangat dipengaruhi oleh pendapatan, sarana dan kualitas pelayanan kesehatan. Pendapatan
memiliki hubungan asosiasi dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Harga berperan dalam
menentukan permintaan terhadap pemeliharaan kesehatan. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan
rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi. Sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan. Kemanjuran
dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dan pemberi jasa tertentu.
Menurut teori laissez- faire demand didasarkan atas individual dan harapan masyarakat sehingga faktor-faktor yang memengaruhi demand menurut teori ini
adalah faktor individual seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat sosial, faktor lingkungan seperti ekonomi, masyarakat sekitar, faktor penyedia jasa
pelayanan kesehatan seperti akses, jarak, penawaran, pelayanan dan faktor
Universitas Sumatera Utara
pembayaran seperti asuransi kesehatan yang dimiliki, pajak dari asuransi, cara pembayaran dan sebagainya Tulchinsky and Elena Varavikova, 2009.
Menurut Grossman 1972 kerangka kerja dari proses produksi kesehatan terdiri dari 2 yaitu: input dan output, dimana output yang di hasilkan merupakan
kesehatan itu sendiri. Sedangkan untuk input atau masukan, kesehatan di pengaruhi oleh faktor individual, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Faktor individual
meliputi sosial ekonomi, pendidikan, faktor budaya, pendapatan, perbedaan usia, gender, dan status kesehatannya. Faktor pelayanan kesehatan akan meliputi
organisasi pelayanan kesehatan itu sendiri dimana penyedia pelayanan kesehatan harus mampu menawarkan pelayanan berkualitas sesuai dengan permintaan dan
tujuan pelayanan tersebut, kepuasan pelanggan akan menjadi tolak ukurnya. Faktor lingkungan yang memengaruhi permintaan kesehatan meliputi pengaruh-penggaruh
lingkungan yang mendukung seseorang dalam memutuskan permintaan akan pembelian pelayanan kesehatan baik berdasarkan sumber informasi yang diterima
maupun kelompok-kelompok yang menjadi referensi dalam menentukan keputusan pembelian Tulchinsky and Elena Varavikova, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Hubungan antara Jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan, Pengetahuan, Kebutuhan, Jarak, Sumber Informasi,
Kelompok Referensi dan Persepsi terhadap
Demand Pelayanan Rawat Inap
2.3.1 Pengaruh Jenis kelamin, Umur, Kebutuhan, Pekerjaan dan Pendapatan
Terhadap Permintaan pelayanan rawat inap
Menurut Scheiber 1990 dalam Laij 2012 menyebutkan bahwa permintaan untuk pelayanan kesehatan bergantung pada status usia, pendapatan,
pendidikan dan kesehatan itu sendiri. Pada status usia sesuai dengan bertambahnya usia maka vitalitas tubuh akan menurun yang mengakibatkan akan meningkatnya
kebutuhan pelayanan kesehatan dan menjadikan permintaan pelayanan kesehatan akan meningkat pula.
Perbedaan jenis kelamin juga memengaruhi perbedaan akan permintaan pelayanan kesehatan. Theodore schultz 1985 dalam Elfindri 2003 berhasil
menyebarluaskan pemikiran bahwa masalah gender akan menjadi bagian kajian dari masalah ekonomi dimana keterkaitan gender dengan reproduksi seperti fertility,
mortality dan family planning akan memengaruhi kebutuhan permintaan pelayanan kesehatan Selain itu kemampuan dan kemauan wanita yang terbatas untuk mencari
pelayanan, terutama jika sarana transportasi yang tersedia terbatas, komunikasi sulit dan di daerah tersebut tidak tersedia tempat pelayanan.
Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang dan pendapatan sangat tergantung dari
jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Perubahan pendapatan selalu
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang. Ada hubungan asosiasi antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan
pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Jika pendapatan meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga
jumlah barang dan jasa kesehatan meningkat. Pada masyarakat berpendapatan rendah, akan mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan
barang tercukupi akan mengkonsumsi kesehatan Andersen et al, 1975; Santerre Neun, 2000; Mills Gilson,1990 dalam Laij,2012.
2.3.2 Pengaruh Jarak terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan
Jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan berpengaruh negatif terhadap jumlah pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dipahami karena semakin
jauh tempat tinggal dari tempat pelayanan kesehatan akan semakin mahal. Ini telah sesuai dengan teori permintaan yaitu jika barang yang diminta semakin mahal, maka
jumlah barang yang dibeli akan semakin sedikit Andersen et al, 1975; Santerre Neun, 2000; Mills Gilson,1990 dalam Laij,2012.
2.3.3 Pengaruh Pendidikan, Pengetahuan, Sumber Informasi, Kelompok
Referensi dan Persepsi terhadap Pelayanan Rawat Inap
Faktor sosial dan budaya akan memengaruhi persepsi masyarakat terhadap pentingnya kesehatan. Sebagai contoh faktor tingkat pendidikan dan pengetahuan
memengaruhi nilai pentingnya kesehatan. Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
cenderung untuk meningkatkan kesadaran status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Masyarakat yang berpendidikan lebih
tinggi menganggap penting nilai kesehatan, sehingga akan mengkonsumsi jasa kesehatan lebih banyak dibandingkan masyarakat yang pendidikan dan
pengetahuannya lebih rendah. Faktor budaya setempat juga sangat menentukan konsumsi kesehatan Joko, 2005 dalam Laij, 2012.
Grossman mengembangkan model dimana kesehatan dipandang sebagai stok modal yang menghasilkan output kehidupan yang sehat. Individu dapat mengadakan
investasi pada kesehatan yang dikombinasikan dengan waktu kunjungan dokter dengan membeli input jasa medis. Status pendidikan seseorang berpengaruh
terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, karena status pendidikan memengaruhi kesadaran dan pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Hal yang
sering menjadi penghambat bagi pemanfaatan jasa pelayanan tersebut adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan seseorang tentang hal-hal yang berkaitan
dengan perilaku kesehatan. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan seseorang sangat bervariasi, mulai dari tidak mengetahui tempat jasa pelayanan kesehatan yang
tersedia hingga kurangnya pemahaman tentang manfaat pelayanan, tanda-tanda bahaya atau kegawatan yang memerlukan pelayanan Joko, 2005 dalam Laij, 2012.
Sumber informasi dan kelompok referensi akan memengaruhi keputusan pembelian seseorang akan permintaan pelayanan kesehatan dimana hal ini berkaitan
erat dengan peningkatan pengetahuan yang diterima oleh seseorang mengenai jasa
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan tertentu dan memengaruhi persepsi seseorang terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Semakin banyak sumber informasi dan kelompok
referensi yang bernilai positif akan semakin baik pula persepsi seseorang berkaitan dengan pelayanan kesehatan tersebut.
2.4 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian
Demand terhadap Pelayanan Rawat Inap
Faktor individual : Jenis kelamin
Umur Tingkat pendidikan
Pendapatan Pengetahuan
Kebutuhan
Faktor lingkungan : Jarak
Sumber informasi Kelompok referensi
Faktor sistem pelayanan kesehatan :
Persepsi terhadap pelayanan rawat inap
Universitas Sumatera Utara
2.5 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada dan kerangka konsep yang ada maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut : adanya pengaruh positif dari faktor individual
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pendapatan, pengetahuan, kebutuhan, faktor lingkungan jarak, sumber informasi, kelompok referensi dan faktor sistem
pelayanan kesehatan persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia terhadap demand masyarakat terhadap pelayanan rawat inap di wilayah
kerja Puskesmas Medan Deli, Puskesmas Bromo dan Puskesmas Kedai Durian.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian