ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan
prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan Depkes RI, 2004. Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik
tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan
kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional
puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota setempat Depkes RI, 2004.
2.1.7 Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas dengan tempat tidur atau ruang rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien - pasien gawat
darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitaas kurang lebih 10 tempat tidur. Puskesmas dengan ruang
rawat inap berfungsi sebagai pusat rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu atau dipulangkan kembali ke
rumahnya dan kemudian mendapat asuhan keperawatan tindak lanjut oleh petugas perawatan kesehatan masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien.
Universitas Sumatera Utara
Kebijaksanaan puskesmas dengan ruang rawat sebagai pusat rujukan antara dalam sistem rujukan, berfungsi untuk menunjang upaya penurunan kematian bayi dan ibu
maternal, keadaan-keadaan gawat daruratan serta pembatasan kemungkinan timbulnya kecacatan Depkes RI, 1991.
Strategi dalam meningkatkan kemampuan puskesmas dengan ruang rawat inap yakni puskesamas harus dapat menangani kasus-kasus yang potensial
menimbulkan kematian pada bayi, ibu martenal dan gawat darurat lainnya dengan pembatasan hari rawat 3- 7 hari. Dari jumlah puskesmas rawatan yang ada saat ini,
sebagian berasal dari rumah sakit pembantu sebelum ditetapkan klasifikasi rumah sakit yang statusnya diubah dan sebagian lainnya merupakan peningkatan puskesmas
menjadi puskesmas dengan ruang rawat inap Depkes RI, 1991. Puskesmas yang ditingkatkan dari puskesmas tanpa rawat inap menjadi
puskesmas dengan rawat inap diberi tambahan fasilitas berupa: 1. Ruang tambahan seluas 246m
2
diatas tanah seluas 600m
2
yang terdiri dari: 1 Ruang perawatan untuk 10 tempat tidur, 2 Ruang operasi sederhana, 3 Ruang
persalinan, 4 Ruang perawat jaga, 5 Ruang post operatif, 6 Kamar Linen, 7 Kamar cuci, 8 Dapur, 9 Laboratorium Depkes RI, 1991.
2. Peralatan medis dan perawatan yang terdiri dari : 1 Peralatan operasi terbatas, 2 Peralatan obstetri patologis, 3 Peralatan Resutasi, 4 Peralatan
vasektomi dan tubektomi, 5 Tempat tidur dengan kelengkapannya, 6 Perlengkapan perawatan Depkes RI, 1991.
Universitas Sumatera Utara
3. Tambahan tenaga yang terdiri dari : 1 1 satu orang dokter yang telah mendapatkan pelatihan klinis di rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang kebidanan
dan kandungan, bedah, anak dan penyakit dalam, 2 2 dua orang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang kebidanan dan kandungan, bedah, anak dan
penyakit dalam, 3 3 tiga orang perawat kesehatan perawatbidan yang diberi tugas secara bergiliran, 4 1 satu orang prakarya kesehatan untuk melaksanakan
administrasi di ruang rawat inap puskesmas terutama pencatatan dan pelaporan Depkes RI, 1991.
2.1.8 Jenis Kasus di Puskesmas Rawat Inap
Berbagai jenis kasus mungkin ditemui di puskesmas dengan ruang rawat inap dengan tingkat kegawat daruratan yang masih mampu ditangani oleh sumber
daya yang tersedia di puskesmas tersebut. Beberapa contoh kasus yang bisa di temui di puskesmas dengan ruang rawat inap adalah kasus ibu martenal yang meliputi:
kelainan karena komplikasi kehamilan seperti hiperemisi gravidarum,pendarahan pervaginam, keracunan kehamilan, kelainan dan komplikasi pada persalinan seperti
keluarnya air ketuban pada pemeriksaan inspekulo osteum uteri pembukaan kecil, kontraksi rahim lemah, persalinan lama, gawat janin, uri tidak lahir, dan lainya.
Selain kasus ibu martenal kasus neonatal dan kasus lainnya juga bisa saja ditemui di puskesmas dengan ruang rawat inap. Kasus lainnya yang mungkin di temui meliputi:
diare, pneumonia, malaria, demam berdarah, pendarahan, luka bakar, keracunan makanan, syok, dan lainnya Depkes RI, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan tujuan puskesmas menjadi puskesmas dengan rawat inap sebagai tempat rujukan antara, maka pasien yang dirawat terutama adalah pasien
gawat darurat yang dapat ditangani di puskesmas dengan fasilitas yang ada atau yang memerlukan observasi untuk kemudian dirujuk ke institusi lebih mampu, atau dapat
dipulangkan dan dilakukan perawatan dan pengobatan di rumah pasien. Kasus-kasus yang sejak awal kedatangan tidak mungkin ditangani di puskesmas misalnya kasus-
kasus yang perlu tindakan spesialistis serta kasus lain yang perlu perawatan dan pengobatan lama, harus segera dirujuk ke institusi yang lebih mampu atau rumah
sakit setelah sebelumnya dilakukan tindakan atau pertolongan pertama terhadap keadaan kedaruratannya Depkes RI, 1991.
2.2 Hukum Permintaan 2.2.1 Definisi