mungkin terjadi pada perusahaan akan semakin tinggi. Debt to equity ratio juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.
2.1.3 Free Cash Flow
Jensen 1986 mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present
value NPV positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Free cash flow, menurut Penman yang dikutip oleh Mardiyah dan Nurwahyudi
2004:113, didefinisikan sebagai kas dari laba operasi setelah menahan laba tersebut sebagai aset dan merupakan kas bersih yang dihasilkan dari operasi yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar klaim atas hutang dan ekuitasnya. Pengertian free cash flow menurut Higgins 2007:22, “free cash flow
extends cash flow from operating activities by recognizing that some of the cash a business generates must be flowed back into the business, in the form of capital
expenditures, to support growth”. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa free cash flow merupakan aliran kas bebas yang diperoleh
setelah digunakan sebagai modal kerja atau investasi pada aset. Menurut Ross et.al 2000, free cash flow biasanya menimbulkan konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer menginginkan dana tersebut disalurkan dalam proyek-proyek yang dapat memberikan tambahan
keuntungan bagi perusahaan. Hal ini dapat menambah produktivitas manajemen dan insentif yang akan diterimanya. Namun di lain pihak, pemegang saham
menginginkan kelebihan dana tersebut dibagikan kepada mereka dalam bentuk dividen.
Universitas Sumatera Utara
Free cash flow merupakan dana internal yang penggunaannya tergantung pada kebijakan manajer. Dengan demikian penggunaan free cash flow memiliki
dua kemungkinan, yaitu sesuai atau tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Jika sesuai dengan kepentingan pemegang saham tidak akan terjadi
masalah, tetapi jika tidak sesuai akan menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer, konflik kepentingan inilah yang dikenal sebagai
agency conflict. Salah satu solusi untuk mengurangi konflik tersebut adalah dengan menambah hutang, seperti yang dikemukakan oleh peneliti Moh’d et al
1998. Jensen 1986 menyatakan bahwa peningkatan hutang dapat mengurangi
free cash flow karena sebagian besar free cash flow dalam perusahaan digunakan oleh manajemen untuk membayar hutang, sehingga tidak ada free cash flow yang
dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan demi kepentingan manajemen yang merugikan pemegang saham. Penambahan hutang
memerlukan komitmen pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman yang mengurangi free cash flow dan mengurangi kemampuan manajer untuk
melakukan tindakan pemborosan, yang membuat manajer menjadi disiplin, sehingga penggunaan sumber daya perusahaan menjadi lebih produktif. Dengan
demikian, perusahaan dengan free cash flow tinggi cenderung akan mempunyai level hutang yang tinggi.
2.1.4 Kepemilikan Manajerial