3.3 Jenis dan Sumber Data
Data merupakan keterangan yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaaan. Data yang diperoleh perlu diolah untuk dapat menjawab
persoalan penelitian yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang
informasinya diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
telah dipubllikasikan kepada masyarakat pengguna data Kuncoro, 2003:127. Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang
rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten yang terdapat di dalam Indonesian Capital Market Directory ICMD atau dapat didownload
melalui situs www.idx.co.id. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah informasi mengenai posisi keuangan dan rasio keungan perusahaan, informasi
mengenai perdagangan saham, dan informasi mengenai arus kas perusahaan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal. Metode pengunmpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan, yaitu dengan melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacaan lain
yang berhubungan dengan pokok pembahasan dalam penelitian ini. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara
memperoleh data, dan gambaran cara mengolah data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian pokok yang digunakan untuk mengumpulkan keseluruhan data yang
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan guna menjawab persoalan penelitian dan memperkaya literatur untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory ICMD 2009 dan dari situs www.idx.co.id.
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.5.1 Variabel Dependen Y
Variabel dependen sering disebut juga variabel terikat atau variabel tidak bebas, merupakan tipe variabel yang dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel
independen Erlina, 2008:42. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio DER sebagai proksi dari kebijakan hutang perusahaan.
DER merupakan pebandingan antara total hutang perusahaan dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Ratio ini dapat
dihitung dengan persamaan: Total Liabilities Total Hutang
DER = Total Shareholder’s Equity Total Ekuitas
3.5.2 Variabel Independen X
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen. Penelitian ini menggunakan free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independennya.
3.5.2.1 Free Cach Flow FCF
Menurut Ross et al. 2003 “Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham atau kreditor, yang tidak
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk modal kerja atau untuk diinvestasikan pada aset tetap”. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:
CFO – NCE + Change in Working Capital FCF =
x 100 Total Asset
Dimana: a. FCF adalah free cash flow perusahaan
b. CFO Cash Flow from Operation merupakan nilai bersih kenaikanpenurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan.
c. NCE Net Capital Expenditure merupakan nilai perolehan aktiva tetap akhir dikurangi nilai perolehan aktiva tetap awal.
d. Change in working capital dihitung dengan cara modal kerja akhir tahun dikurangi dengan modal kerja awal tahun. Modal kerja adalah selisih antara
jumlah asset lancar dengan hutang lancer.
3.5.2.2 Kepemilikan Manajerial MOWNSP
Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial. Menurut Wahidawati 2002 kepemilikan
manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaaan komisaris dan direktur.
Kepemilikan manajerial ini dapat dilihat di Indonesian Capital Market Directory ICMD atau dapat juga dilihat pada catatan atas laporan keuangan perusahaan.
Variabel ini juga dapat diukur dengan menggunakan skala ratio, yaitu: Total Kepemilikan Saham Manajemen
MOWNSP = x 100
Total Saham yang Beredar
Universitas Sumatera Utara
3.5.2.3 Set Kesempatan Investasi Investment Oppurtunity Set IOS
Set Kesempatan Investasi Investment Oppurtunity Set IOS adalah suatu variabel yang tidak dapat diobservasi, sehingga diperlukan suatu proksi untuk bisa
dilakukan suatu analisis Gul, 1999 dalam Tarjo, 2005. Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan adalah rasio Market to Book Value of Equity MVEBVE
yang mencerminkan bahwa pasar menilai return dari ekuitasnya. Adanya perberdaan antara nilai pasar dengan nilai buku ekuitas menunjukkan investasi
perusahaan. Rasio MVEBVE dipilih dalam penelitian ini kerena merupakan rasio yang
paling valid dan paling banyak digunakan oleh peneliti di bidang keuangan. Selain itu, ratio ini diyakini memiliki hubungan yang konsisten dengan pertumbuhan
perusahaan yang nyata dari perusahaan Kallapur dan Trombley, 2001. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:
Share Outstanding x Share Closing Price MVEBVE =
Total Common Equity
3.5.2.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yang diberi symbol SIZE, diukur dengan menggunakan total aktiva. Ukuran perusahaan digunakan untuk membedakan
antara prusahaan besar dan perusahaan kecil dengan menggunakan logaritma dari total asset. Data ini diperoleh langsung dari Indonesian Capital Market Directory
ICMD tahun 2010. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:
SIZE: LnTA = Ln Total Aset
Universitas Sumatera Utara
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, maksimum dan minimum.
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan atau yang mendekripsikan data yang menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah
untuk dipahami.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 18. Peneliti melakukan
terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis, pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi
regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolonieritas, dan gejala autokorelasi.
Model regrsi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE Best Linear Unbiasedestimator yakni tidak
terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolonieritas, dan tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standart error. Jika terdapat
multikolonieritas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi
rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi
Universitas Sumatera Utara
klasik perlu dilakukan. Uji asumsi klasik yang dilakukan peneliti meliputi uji normalitas, uji multikoloniertas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.6.2.1 Uji Normalitas Data
Menurut Erlina 2008:102, “tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal”. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal Ghozali, 2005:110. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan pengujian berikut:
1. Uji Kolmogrov Smirnov 1 Jika nilai signifikan 0.05 maka distribusi normal, dan
2 Jika nilai signifikan 0.05 maka distribusi tidak normal Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:
Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
2. Histogram Pengujian dengan model histogram memiliki ketentuan bahwa data normal
berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Jika data melenceng ke kanan atau melenceng ke kiri berarti data tidak
terdistribusi secara normal. 3. Grafik Normality Probability Plot
Universitas Sumatera Utara
1 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2 Jika data menyebar jauh dari diagonal danatau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Syafrizal 2008:62 yaitu: 1 lakukan transformasi data,
misalnya mengubah data menjadi bentuk logaritma Log atau natural ln, 2 menambah jumlah data, 3 menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab
tidak normalnya data, dan 4 menerima data apa adanya.
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar variabel independen. Menurut Umar 2003:132
”multikolinearitas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya”. Pengujian
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF antar variabel independen. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel
independen. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
1. Koefisien - koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, dan 2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Menurut Ghozali 2005:91, untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Nilai R
2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel independennya banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya
korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel independen. 3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a nilai tolerance dan lawannya b
variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam
pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen terikat dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi karena VIF=1Tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
0.10 atau sama dengan nilai VIF 10.
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali 2005:105, uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensinya adanya
Universitas Sumatera Utara
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistic
mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005:69.
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan periode t-1
sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi Ghozali, 2005:95. Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat
dideteksi dengan uji Durbin-Waston DW test. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2. angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,
3. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.5 Uji Regresi Berganda
Regresi berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Pada regresi berganda terdapat satu variabel
terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kebijakan hutang DER, sedangkan yang menjadi variabel
bebas adalah FCF, KM, SKI, dan UP. Model hubungan debt of equity ratio DER dengan variabel-variabel
tersebut dapat disusun dalam fungsi atau persamaan adalah sebagai berikut : Y = β
+ β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
+ e
Y =
Kebijakan Hutang DER β
= konstanta
X
1
= Free Cash Flow FCF
X
2
= Kepemilikan Manajerial KM
X
3
= Set kesempatan Investasi SKI X
3
= Ukuran Perusahaan UP β
1
, β
2
, β
3,
β
4
= koefisien regresi e
= variabel pengganggu error
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Dalam uji asumsi klasik dapat dilakukan analisis hasil regresi atau uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan meliputi : uji parsial t-test, uji pengaruh
simultan F-test, uji koefisien determinasi R
2
.
Universitas Sumatera Utara
3.6.3.1 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya
koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi.
3.6.3.2 Uji Signifikansi Simultan Uji F
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F. Menurut Ghozali 2005:84 “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependenterikat”.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F
hitung
dengan ketentuan:
1. jika F
hitung
F
tabel
pada α 0.05, maka H
1
ditolak, dan 2. jika F
hitung
F
tabel
pada α 0.05, maka H
1
diterima. 3.6.3.3
Uji Signifikansi Parsial Uji t
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Menurut Ghozali 2005:84 “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t
hitung
dengan ketentuan: 1. jika t
hitung
t
tabel
pada α 0.05, maka H
1
ditolak, dan 2. jika t
hitung
t
tabel
pada α 0.05, maka H
1
diterima
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi dalam penelitian ini, maka diperlukan data dari perusahaan-perusahaan yang diteliti agar dapat diketahui
bagaimana pengaruh yang terjadi antara free cash flow, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang.
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 146 populasi. Setelah dilakukan
pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 57 sampel perusahaan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan analisis data diperoleh jumlah sampel secara keseluruhan yang diteliti adalah sebanyak 57 perusahaan untuk periode tahun 2010.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adayanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono, 2007. Satatistik deskriptif ini memberikan
gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, mean, serta standar deviasi. Statistik deskriptif adalah proses data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga
mudah dipahami. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation FCF
35 .35
126.60 16.8858
20.59379 KM
35 .00
70.00 5.2112
10.90508 SKI
35 .30
31.09 2.1274
4.30506 UP
35 24.77
32.36 27.7178
1.75022 DER
35 .04
27.06 1.6983
3.78634 Valid N listwise
35 Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012
Dari table 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Rata – rata dari FCF adalah 16,8858 dengan standar deviasi 20,59379 dan
jumlah data yang ada adalah 35. Nilai FCF tertinggi adalah 126,60 sedangkan nilai terendah adalah 0,35.
2. Rata – rata dari KM adalah 5,2112 dengan standar deviasi 10,90508 dan jumlah data yang ada adalah 35. Nilai KM tertinggi adalah 70,00 sedangkan
nilai terendah adalah 0,00. 3. Rata – rata dari SKI adalah 2,1274 dengan standar deviasi 4,30506 dan jumlah
data yang ada adalah 35. Nilai SKI tertinggi adalah 31.09 sedangkan nilai terendah adalah 0,30.
4. Rata – rata dari UP adalah 27,7178 dengan standar deviasi 1,75022 dan jumlah data yang ada adalah 35. Nilai UP tertinggi adalah 32,36 sedangkan nilai
terendah adalah 24,77.
Universitas Sumatera Utara
5. Rata – rata dari DER adalah 1,6983 dengan standar deviasi 3,78634 dan jumlah data yang ada adalah 35. Nilai DER tertinggi adalah 27,06 sedangkan nilai
terendah adalah 0,04.
4.3 Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan prasyaratan analisis regresi berganda. Dari hasil perhitungan sampel, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian
asumsi klasik terlebih dahulu yang meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedasitisitas, dan uji autokolerasi.
Menurut Ghozali 2005:123, asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah : 1. Berdistribusi normal,
2. Non-multikolinearitas yaitu antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati
sempurna, 3. Non-autokorelasi yaitu kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling
berkorelasi, 4. Non-heteroskedastisitas yaitu variance variabel independen dari satu
pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.
4.3.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data sudah
terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali 2005:115, memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal
berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov, dapat dilihat dari: 1. Jika nilai signifikan 0,05 maka distribusi data tidak normal, dan
2. Jika nilai signifikan 0,05 maka distribusi data normal. Hipotesis yang digunakan adalah :
H : Data residual berdistribusi normal, dan
Universitas Sumatera Utara
H
a
: Data residual tidak berdistribusi normal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 35
Normal Parameters
a,b
Mean 1.0122326
Std. Deviation .37356412
Most Extreme Differences Absolute
.106 Positive
.087 Negative
-.106 Kolmogorov-Smirnov Z
.629 Asymp. Sig. 2-tailed
.824 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012
Dari hasil uji normalitas data diatas, maka nilai Kolmogrov – Smirnov menjadi 0,629 dan signifikansi lebih 0,05 karena Asymp. Sig. 2-tailed 0,824
dari 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H diterima atau H
1
ditolak yang berarti data residual telah berdistribusi normal. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik
histogram dan plot data yang terdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012 Gambar 4.1
Histogram
Grafik histogram diatas menunjukkan pola distribusi normal karena grafik tidak melenceng skeweness kiri maupun melenceng kanan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik normal p-plot.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012 Gambar 4.2
Grafik Normal P-plot
Berdasarkan grafik normal p-plot di atas terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah
memenuhi asumsi normalitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ghozali 2005:112, dimana pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat
penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini
menunjukkan data yang telah terdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi
multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat tolerance value dan VIF. Menurut Ghozali 2005 “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
tolerance value atau nilai variance inflation factor VIF. Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila tolerance value 0,1 atau VIF 10
= terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value 0,1 atau VIF 10 = tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant FCF
.973 1.027
KM .891
1.122 SKI
.691 1.447
UP .710
1.408 a. Dependent Variable: DER
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012
Hasil uji multikolinieritas terdapat pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari
0,10 yang berarti bahwa tidak ada kolerasi antar variabel independen yang nilainya lebih besar dari 95.
Universitas Sumatera Utara
Hasil perhitungan untuk VIF juga menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas yang terjadi antar variabel independen dalam model regresi.
4.3.3 Uji Heteroskedastisita
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homokedastisitas apabila titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur. Menurut Ghozali 2005:105, terdapat dua dasar pengambilan keputusan
penentuan uji heteroskedastisitas yaitu :
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah
terjadi heterokedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar 4.3 dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Dari gambar 4.3 grafik scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, serta
titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga
model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini t
dengan kesalahan pengganggu sebelumnya t-1. Jika terjadi korelasi, maka terdapat autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Jika
terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang
bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam
autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokeralsi adalah sebagai berikut:
1. Angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif, 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, dan
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Untuk lebih jelas tingkat autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah
ini:
Tabel 4.4 Tingkat Autokorelasi Durbin Watson
DW Kesimpulan
Kurang dari 1,10 Ada autokorelasi
1,10 – 1,54 Tidak ada kesimpulan
1,55 – 2,46 Tidak ada autokorelasi
2,47 – 2,90 Tidak ada kesimpulan
Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 .409
a
.167
.056 .88734
1.902
a. Predictors: Constant, UP, FCF, KM, SKI b. Dependent Variable: DER
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012 Nilai D-W menurut tabel di atas dengan signifikansi 5 dan nilai n = 35
serta k = 4 diperoleh angka dl = 1,2221 dan du = 1,7259. Oleh karena itu, nilai D- W lebih besar dari du 1,7529 dan kurang dari 4 – 1,7529 = 2,2741, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif antar residual.
4.3.5 Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik, disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang
Best Linear Unbiased Estimator BLUE. Analisis statistik selanjutnya adalah análisis regresi dengan SPSS 18.0. Analisis regresinya yaitu analisis koefisien
regresi, analisis koefisien korelasi dan determinasi, dan melakukan pengujian hipótesis.
Universitas Sumatera Utara
4.3.5.1 Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, melalui pengaruh Free Cash Flow X
1
, Kepemilikan Manajerial X
2
, Set Kesempatan Investasi X
3
dan Ukuran Perusahaan X
4
terhadap Kebijakan Hutang Y. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Analisis Hasil Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -3.210
2.745 -1.169
.251 FCF
-.009 .018
-.083 2.491
.027 KM
-.012 .013
-.163 -.925
.362 SKI
-.295 .147
-.401 -2.000
.055 UP
.176 .102
.342 1.728
.004 a. Dependent Variable: DER
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012 Model regresi berdasarkan hasil analisis regresi diatas adalah sebagai
berikut:
Y = -3,210 – 0,009 X
1
– 0,012 X
2
– 0,295 X
3
+ 0,176 X
4
+ e
1. Konstanta a sebesar -3,210 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan X
1
=X
2
=X
3
=X
4
=X
5
=0, maka DER sebesar -3,210. 2. Koefisien X
1
= -0,009, ini menunjukkan apabila terjadi perubahan variabel FCF sebesar 1 satuan akan meningkatkan DER sebesar -0,009 atau -0,9
dengan asumsi variabel independen lainnya tetap atau sama dengan nol.
Universitas Sumatera Utara
3. Koefisien X
2
= -0,012, ini menunjukkan apabila terjadi perubahan variabel KM sebesar 1 satuan akan meningkatkan DER sebesar -0,012 atau -1,2 dengan
asumsi variabel independen lainnya tetap atau sama dengan nol. 4. Koefisien X
3
= 0,295, ini menunjukkan apabila terjadi perubahan variabel SKI sebesar 1 satuan akan meningkatkan DER sebesar -0,295 atau -29,5 dengan
asumsi variabel independen lainnya tetap atau sama dengan nol. 5. Koefisien X
4
= 0,176, ini menunjukkan apabila terjadi perubahan variabel UP sebesar 1 satuan akan meningkatkan DER sebesar 0,176 atau 17,6 dengan
asumsi variabel independen lainnya tetap atau sama dengan nol.
4.4 Uji Hipotesis
4.4.1 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Nilai koefisien korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Koefisien korelasi dikatakan kuat jika nilai R berada diatas 0,5 dan mendekati 1. Koefisien determinasi R square menunjukkan seberapa besar variabel
independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai
dengan satu.
Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen semakin terbatas. Oleh karena itu, digunakan nilai adjusted R square
untuk mengevaluasi mana model regresi terbaik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
d
e s
o 1
.409
a
.167 .056
.88734
Pada model summary di atas, angka R sebesar 0,409 menunjukkan bahwa
terdapat korelasi atau hubungan yang lemah antara DER dengan FCF, KM, SKI dan UP yaitu sebesar 40,9 yang berada dibawah 0,5 50. Angka adjusted R
atau koefisien determinasi adalah 0,056. Angka ini menunjukkan bahwa 40,9 variasi atau perubahan dalam model DER dapat dijelaskan oleh variasi FCF, KM,
SKI, dan UP. Sedangkan sisanya 100 - 40,9 = 59,1 dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Strandar Error of the Estimate SEE adalah 0,88734, semakin besar SEE akan membuat model regresi
kurang tepat dalam memprediksi variabel dependen.
a. Predictors: Constant, FCF, KM, SKI, UP b. Dependent Variabel : DER
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Uji Signifikansi Simultan Uji F
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F F
test
. Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis untuk uji F adalah : H
1
: Free Cash Flow FCF, Kepemilikan Manajerial KM, Set Kesempatan Investas SKI. Dan Ukuran Perusahaan UP berpengaruh signifikan
terhadap Kebijakan Hutang DER. Uji ini membandingkan signifikansi F
hitung
dengan ketentuan: 1. Jika F
hitung
F
tabel
pada α 0,05, maka H
1
ditolak, dan 2. Jika F
hitung
F
tabel
pada α 0,05, maka H
1
diterima. Setelah uji F dilakukan, maka diperoleh nilai F
hitung
dan nilai signifikansi seperti dibawah ini.
Tabel 4.8 Hasil Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
4.745 4
1.186 1.507
.225
a
Residual 23.621
30 .787
Total 28.366
34 a. Predictors: Constant, UP, FCF, KM, SKI
b. Dependent Variable: DER
Dari hasil uji ANOVA atau F
test
, diperoleh F
hitung
sebesar 1,507 dengan derajat kebebasan tingkat df
1
ialah 4 dan derajat kebebasan df
2
ialah 30. Jika dibandingkan dengan F
tabel
dengan tingkat signifikansi 0,05 diperoleh F
tabel
ialah 1,697. Dengan demikian F
hitung
F
tabel
yang berarti H
1
ditolak dan H diterima.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa FCF, KM, SKI, dan UP secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap DER perusahaan,
karena F
hitung
F
tabel
1,507 1,697 dan signifikansi penelitian 0,05 yaitu 0,225 0,05.
4.4.3 Uji Signifikansi Parsial Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Dalam uji t digunakan
hipotesis seperti yang terlihat berikut ini. H
: b
1
,b
2
,b
3,
b
4
= 0, artinya FCF, KM, SKI dan UP tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang DER secara parsial pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H
a
: b
1
,b
2
,b
3
,b
4
≠ 0, artinya FCF, KM, SKI dan UP berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang DER secara parsial pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
independennya dengan kriteria sebagai berikut : 1. H
diterima dan H
a
ditolak jika t
hitung
t
tabel
untuk α = 5, dan 2. H
a
diterima dan H ditolak jika t
hitung
t
tabel
untuk α = 5. Setelah uji parsial t dilakukan, maka diperoleh nilai t hitung dan nilai
signifikansi seperti pada table 4.9 dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Hasil Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -3.210
2.745 -1.169
.251 FCF
-.009 .018
-.083 2.491
.027 KM
-.012 .013
-.163 -.925
.362 SKI
-.295 .147
-.401 -2.000
.055 UP
.176 .102
.342 1.728
.004 a. Dependent Variable: DER
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2012 Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk meneliti lebih lanjut manakah
diantara empat variabel independen dalam penelitian ini yang berpengaruh signifikan terhadap DER.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari empat variabel independen yang dimasukkan mempunyai nilai signifikansi melebihi 5 yaitu KM dan SKI
sedangkan terdapat dua variabel independen yaitu FCF dan UP yang mempunyai nilai signifikansi yang lebih kecil dari 5.
Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai signifikansi variabel FCF adalah sebesar 0,027, variabel KM sebesar 0,362, variabel SKI sebesar 0,55 dan
variabel UP sebesar 0,004. Berdasarkan tabel uji t di atas, maka uji signifikansi parsial uji-t dapat
dijelaskan sebagai berikut; 1. Pengujian terhadap variabel FCF
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel FCF mempunyai koefisien regresi sebesar -0,009 dengan probabilitas tingkat kesalahan 2,7
Universitas Sumatera Utara
lebih kecil dari tingkat signifikansi 5. Nilai t
hitung
diperoleh sebesar 2,491 yang bermakna nilai t
hitung
lebih besar dari nilai t
tabel
sebesar 1,697. Dengan demikian, maka H
a
diterima dan H ditolak, hal ini berarti variabel FCF secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DER. 2. Pengujian terhadap variabel KM
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel KM mempunyai koefisien regresi sebesar -0,012 dengan probabilitas tingkat kesalahan 36,2 lebih besar
dari tingkat signifikansi 5. Nilai t
hitung
diperoleh sebesar -0,925 yang bermakna nilai t
hitung
lebih kecil dari nilai t
tabel
sebesar 1,697. Dengan demikian, maka H
a
ditolak dan H diterima, hal ini berarti variabel KM secara parsial
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DER. 3. Pengujian terhadap variabel SKI
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel SKI mempunyai koefisien regresi sebesar -0,295 dengan probabilitas tingkat kesalahan 5,5 lebih besar
dari tingkat signifikansi 5. Nilai t
hitung
diperoleh sebesar -2,000 yang bermakna nilai t
hitung
lebih kecil dari nilai t
tabel
sebesar 1,697. Dengan demikian, maka H
a
ditolak dan H diterima, hal ini berarti variabel SKI secara parsial
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DER. 4. Pengujian terhadap variabel UP
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel UP mempunyai koefisien regresi sebesar 0,176 dengan probabilitas tingkat kesalahan 4 lebih kecil dari
tingkat signifikansi 5. Nilai t
hitung
diperoleh sebesar 1,728 yang bermakna nilai t
hitung
lebih besar dari nilai t
tabel
sebesar 1,697. Dengan demikian, maka H
a
Universitas Sumatera Utara
diterima dan H ditolak, hal ini berarti variabel UP secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap DER.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan secara statistik dengan menggunakan program SPSS Versi 18.0 maka dapat disimpulkan bahwa Free
Cash Flow FCF dan Ukuran Perusahaan UP secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yang diukur dengan Debt to Eguity Ratio
DER. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis nilai t
hitung
t
tabel
dimana untuk FCF 2,491 1,697
dan untuk UP 1,728 1,697
yang memiliki makna bahwa H
a
diterima dan H ditolak yang berarti FCF dan UP memiliki pengaruh
signifikan terhadap DER secara parsial. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahidawati 2002, Damayanti 2006,
Bachtiar 2007, namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati 2007 dan penelitian Jaggi dan Gul 1999.
Sedangkan Kepemilikan Manajerial KM dan Set Kesempatan Investasi SKI secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yang
diukur dengan Debt to Equity Ratio DER. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil anaisis nilai t
hitung
t
tabel
dimana untuk KM -0,925 1,697 dan SKI -2,000 1,697 yang memiliki makna bahwa semua H
diterima dan H
a
ditolak. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Moh’d et Al 1998, Jones dan
Sharma 2001, Kurniati 2007, namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahidawati 2002 dan Damayanti 2006. Selain pembuktian
diatas, hal tersebut juga turut didasarkan pada hasil analisis koefisien korelasi
Universitas Sumatera Utara
antara variabel independen dan dependen tersebut diperoleh standardized coefficients untuk KM sebesar -0,012 dan SKI sebesar -0,295 yang bermakna
bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen dan independen adalah hubungan yang negatif atau berbanding terbalik lemah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang memiliki KM dan SKI tidak dapat digunakan untuk menentukan kebijakan
hutang perusahaan DER. Penjelasan secara rinci keempat variabel independen dan hubungannya
dengan incosistency peneliti terdahulu sebagai berikut: 1. FCF setelah melalui tahap uji-t mempunyai nilai signifikansi 0,027 yang berarti
nilai ini lebih kecil dari 0,05. Nilai t
hitung
diperoleh sebesar 2,491 yang bermakna nilai t
hitung
lebih besar dari nilai t
tabel
sebesar 1,697. Berdasarkan nilai tersebut disimpulkan bahwa H
a
diterima dan H ditolak, artinya secara parsial
FCF berpengaruh signifikan terhadap DER. 2. KM melalui tahap uji-t mempunyai nilai signifikansi 0,362 yang berarti nilai
ini lebih besar dari 0,05. Nilai t
hitung
diperoleh sebesar -0,925 yang bermakna nilai t
hitung
lebih kecil dari nilai t
tabel
sebesar 1,697. Berdasarkan nilai tersebut disimpulkan bahwa H
diterima dan H
a
ditolak, artinya secara parsial KM tidak berpengaruh signifikan terhadap DER.
3. SKI melalui tahap uji-t mempunyai nilai signifikansi 0,055 yang berarti nilai ini lebih besar dari 0,05. Nilai t
hitung
diperoleh -2,000 yang bermakna nilai t
hitung
lebih kecil dari nilai t
tabel
sebesar 1,697. Berdasarkan nilai tersebut
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa H diterima dan H
a
ditolak, artinya secara parsial SKI tidak berpengaruh signifikan terhadap DER.
4. UP melalui tahap uji-t mempunyai nilai signifikansi 0,004 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0,05. Nilai t
hitung
diperoleh 1,728 yang bermakna nilai t
hitung
lebih besar dari nilai t
tabel
sebesar 1,697. Berdasarkan nilai tersebut disimpulkan bahwa H
a
diterima dan H ditolak, artinya secara parsial UP berpengaruh
signifikan terhadap DER. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FCF, KM, SKI, dan UP secara
simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penentuan kebijakan hutang perusahaan yang diukur dengan DER. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil
anailisis F
hitung
F
tabel
1,507 1,697 dan signifikansi penelitian 0,05 0,225 0,05 dengan demikian H
1
diterima. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anafoni 2011 namun tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Siswandi 2011. Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya nilai pengaruh variabel independen
yang ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,056 yaitu persentase pengaruh FCF, KM, SKI, dan UP terhadap kebijakan hutang pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI adalah sebesar 5,6, sehingga variabel lain di luar variable-variabel independen tersebut faktor eksternal yang menjelaskan
kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara menyeluruh adalah 94,4. Dengan demikian pengaruh dari semua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini kecil sekali.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan