Free cash flow merupakan dana internal yang penggunaannya tergantung pada kebijakan manajer. Dengan demikian penggunaan free cash flow memiliki
dua kemungkinan, yaitu sesuai atau tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Jika sesuai dengan kepentingan pemegang saham tidak akan terjadi
masalah, tetapi jika tidak sesuai akan menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer, konflik kepentingan inilah yang dikenal sebagai
agency conflict. Salah satu solusi untuk mengurangi konflik tersebut adalah dengan menambah hutang, seperti yang dikemukakan oleh peneliti Moh’d et al
1998. Jensen 1986 menyatakan bahwa peningkatan hutang dapat mengurangi
free cash flow karena sebagian besar free cash flow dalam perusahaan digunakan oleh manajemen untuk membayar hutang, sehingga tidak ada free cash flow yang
dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan demi kepentingan manajemen yang merugikan pemegang saham. Penambahan hutang
memerlukan komitmen pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman yang mengurangi free cash flow dan mengurangi kemampuan manajer untuk
melakukan tindakan pemborosan, yang membuat manajer menjadi disiplin, sehingga penggunaan sumber daya perusahaan menjadi lebih produktif. Dengan
demikian, perusahaan dengan free cash flow tinggi cenderung akan mempunyai level hutang yang tinggi.
2.1.4 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial managerial ownership adalah tingkat
kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
Universitas Sumatera Utara
keputusan, misalnya direktur dan komisaris Wahidahwati, 2002. Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir
tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk
kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri Mahadwartha dan Hartono, 2002. Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya
managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan remunerasi untuk mengurangi masalah keagenan antara
manajemen dan pemegang saham. Smith dan Watts 1992 menjelaskan bagaimana paket kompensasi fixed gaji dan contingent bonus terbukti dapat
digunakan sebagai insentif untuk menyamakan kepentingan manajemen dan pemegang saham.
Wahidahwati 2002 menjelaskan peran struktur kepemilikan manajerial dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu: pendekatan keagenan agency
approach dan pendekatan informasi asimetri atau ketidakseimbangan informasi asymmetric information approach. Dimana pendekatan keagenan menganggap
struktur kepemilikan manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara berbagai klaim claim holder terhadap
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga
bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan adanya peningkatan presentase kepemilikan akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham maka manajer termotivasi meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham .
Sedangkan menurut pendekatan kedua, informasi asimetri menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai salah satu cara untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal. Menurut Siswandi 2011, dengan adanya
kepemilikan saham oleh pihak insiders, maka insiders akan ikut memperoleh manfaat langsung atas keputusan-keputusan yang diambilnya, selain itu para
manajer juga akan semakin hati-hati dalam menentukan hutang perusahaan karena mereka akan memeperoleh manfaat langsung dari keputusan yang mereka ambil
serta akan menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Sehingga kebangkrutan perusahaan bukan lagi menjadi
tanggung jawab pemilik utama Sofiana, 2009. Peneliti Damayanti 2006 mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial
dalam kaitannya dengan kebijakan hutang memiliki peran yang penting, yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan
pemegang saham. Semakin tinggi tingkat hutang, maka resiko keuangan juga akan semakin tinggi. Menurut peneliti Pithaloka 2009 dan Damayanti 2006,
kepemilikan manajerial akan membuat pihak manajemen lebih berhati-hati dalam keputusan pembentukan hutang. Pemegang saham akan berusaha untuk
menyamakan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham dengan mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
2.1.5 Set Kesempatan Investasi