Efek Penggunaan Suplemen Extra Joss Terhadap Stamina Pada Atlet Sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu Tahun 2010

(1)

EFEK PENGGUNAAN SUPLEMEN EXTRA JOSS TERHADAP STAMINA PADA ATLET SEPAK BOLA DI DEVISI UTAMA PERSATUAN

SEPAK BOLA LANGKAT (PSL) BAPOR PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2010

Oleh :

ADE SHINTA DEWI NIM. 061000051

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

EFEK PENGGUNAAN SUPLEMEN EXTRA JOSS TERHADAP STAMINA PADA ATLET SEPAK BOLA DI DEVISI UTAMA PERSATUAN

SEPAKBOLA LANGKAT (PSL) BAPOR PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2010


(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ADE SHINTA DEWI NIM. 061000051

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul


(3)

EFEK PENGGUNAAN SUPLEMEN EXTRA JOSS TERHADAP STAMINA PADA ATLET SEPAK BOLA DI DEVISI UTAMA PERSATUAN

SEPAKBOLA LANGKAT (PSL) BAPOR PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

ADE SHINTA DEWI NIM. 061000051

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 08 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt., M.Kes Fitri Ardiani, SKM., MPH NIP.195803151988112001 NIP.198207292008122002

Penguji II Penguji III

Ferry,SH.,SSi.,AMG.,DC.Nutri.,M.Kes Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes NIP. 196905241993031001 NIP. 196205291989032001

Medan, Juli 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 195310181982032001


(4)

ABSTRAK

Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional seperti sepakbola demikian penting terutama dalam hal keseimbangan antara asupan dan penggunaan energy yang akan berpengaruh terhadap stamina atlet.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efek yang ditimbulkan dari penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. Sampel yang diambil berdasarkan tingkat keteraturan latihan yang sama berjumlah 40 orang, dengan

kelompok perlakuan sebanyak 20 orang dan kelompok control sebanyak 20 orang. Pengukuran stamina dilakukan dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) di Divisi Utama Persatuan SepakBola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. Tes ini terdiri dari lari 50 meter, gantung angkat tubuh, baring duduk, loncat tegak dan lari 1000 meter.

Tingkat konsumsi pesepakbola Divisi Utama PSL Bapor Pangkalan Susu tergolong normal dengan persentase rata-rata sebesar 97,2% setelah dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) atlet sepakbola.

Berdasarkan uji statistik menggunakan paired sample t test, dengan α=0,05

diperoleh adanya perbedaan stamina atlet sepakbola sebelum dan sesudah

penggunaan suplemen extra joss. Namun, peningkatan stamina ini tidak memiliki pengaruh yang banyak. Hal ini menunjukkan peranan suplemen sangat sedikit dalam hal peningkatan stamina atlet.


(5)

ABSTRACT

The role of nutrient in sport especially professional sport like football was very important especially in ballance between intake and output energy which

influential with athlete’s endurance.

The purpose of this research is to see the effect of extra joss supplement about

football athlete’s endurance at Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor

Pertamina Pangkalan Susu. Sample which was taken base on their same regulary trainining that 40 people, with experiment group was 20 people and control group was 20 people. Measuring of endurance done with Indonesian Physichal Fitness Test at Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. This test instead of run 50 meter, pull up, sit up, standing jump, and run 1000 meter.

Consumption level of food’s football athlete at Divisi Utama PSL Bapor

Pertamina Pangkalan Susu with average level 97,2% after compared with adequate consumption of energy football athlete before measuring of physical test were done. Base on a significan manner use paired sample t test with α = 0,05 getting

existence difference football athlete’s endurance before and after consumed

supplement extra joss. This pointed out that supplement role was little in increase of athlete endurance.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ade Shinta Dewi

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 01 Desember 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : belum kawin Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang

Alamat Rumah : jl. Tunas No. 244 Bukit Kunci Pangkalan Susu Alamat Kos : jl.Jamin Ginting gag.sederhana no. 7A Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Tunas Harapan Bukit Kunci Pangkalan Susu 1993-1994 2. SD Dharma Patra Pangkalan Susu 1994-2000

3. SMP Dharma Patra Pangkalan Susu 2000-2003

4. SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan 2003-2006


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan umur panjang dan kesehatan lahir dan bathin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Efek P enggunaan Suplemen Extra Joss Terhadap Stamina Pada Atlet Sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu Tahun

2010” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Buah karya ini dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Drs. Khairuddin sebagai pelatih tim Persatuan Sepak Bola Langkat yang telah memudahkan jalannya penelitian penulis dan juga

ibunda tersayang Rilma Aida yang selalu memberikan dukungan dan do’a restunya

selama penellitian ini. Dan juga curahan rasa sayang yang tak terhingga pada adik-adikku M. Bagus Rizky Arsyaddin, M. Wahyu Khairnanda dan Dinda Sahara Rani, beserta seluruh sanak keluarga.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dra. Jumirah, Apt, M.Kes sebagai Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan juga sebagai dosen pembimbing skripsi penulis, dan kepada Fitri Ardiani, SKM, MPH yang telah memberikan ide-idennya dalam penemuan judul skripsi penulis. Dan tak lupa juga ucapan terima kasih kepada penasehat akademik penulis Eka Lestari Mahyuni, SKM, MKes. selama penulis menimba ilmu di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Drs. Syarifah, MS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya staf dan dosen pengajar pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

6. Seluruh temen-temen di peminatan gizi kesehatan masyarakat atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

7. Ilham Rizki Marpaung, Spd yang telah setia menemani penulis selama penyelesaian karya ini.

8. Para sahabat penulis (Tika, Dian, Dedek, Sari, Aswin) yang selalu memberikan koreksian dan semangat pada penulis.

9. Anak-anak kos Dodol (kak sa, tika, heny, meika, kak put, nita) yang setia menemani penulis menyelesaikan karya ini.

10. Pihak Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.


(9)

11. Sahabat-sahabat PBL (aswin, sari, anta, pujita dan lidya situngkir) yang telah menemani dan memberikan semangat dalam penyelesaian proposal dan skripsi penulis.

12. Teman-teman stambuk 2006 (Elvi, Nia, Ummi, Bang Harry, Bang ifan, Kak ami dan teman-teman lainnya) yang selama ini memberikan semangat pada penulis.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada kita semua. Amin.

Medan, Juli 2010

Ade Shinta Dewi


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan

Abstrak ... i

Abstrack ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Sepakbola dan Pencapaian Prestasi Sepakbola ... 7

2.2. Kebutuhan Gizi Atlet ... 9

2.2.1. Energi ... 9

2.2.2. Karbohidrat ... 14

2.2.3. Protein ... 16

2.2.4. Lemak ... 17

2.2.5. Vitamin ... 18

2.2.6. Mineral ... 19

2.2.7. Air dan Elektrolit ... 20

2.2.8. Serat ... 21

2.3. Suplemen ... 21

2.3.1. Pertimbangan Penggunaan Suplemen ... 22

2.3.2. Extra Joss ... 23

2.4. Stamina Atlet Sepakbola ... 32

2.4.1. Indikator Pengukuran Stamina atlet ... 33

2.5. Kerangka Konsep ... 34

2.6. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.1.1. Desain Rancangan Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37


(11)

3.3.1. Populas ... 37

3.3.2. Sampel ... 37

3.4. Metode Pengambilan Data ... 37

3.4.1. Data Primer ... 37

3.4.2. Data Sekunder ... 37

3.5. Defenisi Operasional ... 38

3.5.1. Variabel Dependen ... 38

A. Stamina Atlet ... 38

3.5.2. Variabel Independen ... 38

A. Tingkat Konsumsi Energi ... 38

B. Keteraturan latihan ... 38

C. Suplemen ... 38

3.6. Aspek Pengukuran ... 39

3.6.1. Stamina ... 39

3.6.2. Tingkat Konsumsi Energi ... 39

3.6.3. Suplemen ... 39

3.7. Instrumen Penelitian ... 40

3.7.1. Alat ... 40

3.7.2. Bahan ... 40

3.7.3. Pelaksanaan Penelitian ... 40

3.7.4. Pelaksanaan Tes Stamina ... 41

3.8. Analisa Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu ... 44

4.2. Gambaran Para Atlet Sepakbola Divisi Utama PSL ... 44

4.3. Gambaran Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola ... 45

4.4. Hasil Pengukuran Stamina ... 46

4.4.1. Lari 50 meter ... 47

4.4.2. Gantung Angkat Tubuh ... 47

4.4.3. Baring Duduk ... 48

4.4.4. Loncat Tegak ... 48

4.4.5. Lari 1000 meter ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1. Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola ... 51

5.2. Stamina Atlet Sepakbola Sebelum Pemberian Suplemen ... 53

5.3. Stamina Atlet sepakbola Sesudah Pemberian Suplemen ... 54

5.4. Efek Penggunaan Suplemen Extra Joss Terhadap Stamina Atlet Sepakbola ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1. Kesimpulan ... 57


(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 59 Lampiran-Lampiran ... 62


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Basal Metabolisme Rate (BMR) Untuk Laki-Laki Berdasarkan Berat

Badan ... 10

Tabel 2.2. Kebutuhan Energi Aktivitas Olahraga Berdasarkan Berat Badan (Kal/menit) ... 11

Tabel 2.3. Faktor Aktifitas Fisik (Perkalian Dengan BMR) ... 12

Tabel 2.4. Kebutuhan Energi Untuk Pertumbuhan (Kalori/hari) ... 13

Tabel 2.5. Proporsi Kebutuhan Protein Berdasarkan Keluaran Energi Sehari ... 17

Tabel 2.6. Komposisi Extra Joss Active B7 Dalam Setiap Sachet (4 gram) ... 24

Tabel 2.7. Tabel Nilai TKJI Untuk Putera ... 34

Tabel 2.8. Kategori Nilai Untuk Stamina Atlet Sepakbola ... 34

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Rata-Rata Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola Per Hari ... 45

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola Per Hari (kal) ... 46


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Recall 24 jam

Lampiran 2. Hasil Recall 24 jam Atlet Sepakbola

Lampiran 3. Cara Perhitungan Tingkat Kecukupan Energi Atlet Per Hari Lampiran 4. Pengukuran Kebutuhan Energi Atlet Sepakbola Per Hari

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Tingkat Konsumsi Atlet Sepakbola Per Hari (kal) Lampiran 6. Hasil Tes Lari 50 Meter Atlet Sepakbola

Lampiran 7. Hasil Tes Gantung Angkat Tubuh Atlet Sepakbola Lampiran 8. Hasil Tes Baring Duduk Atlet Sepakbola

Lampiran 9. Hasil Tes Loncat Tegak Atlet Sepakbola Lampiran 10. Hasil Tes Lari 1000 Meter Atlet Sepakbola Lampiran 11. Hasil Pengukuran Stamina Atlet Sepakbola

Lampiran 12. Hasil Uji t (Beda) Tingkat Konsumsi Energi Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Lampiran 13. Hasil Uji t (Beda) Stamina Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Lampiran 14. Foto-Foto Kegiatan

Lampiran 15. Master Data Tes Pengukuran Stamina Atlet Sepakbola

Lampiran 16. Master Data Pengkuran Tingkat Konsumsi Energi Atlet Sepakbola Lampiran 17. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Lampiran 18. Surat Izin Penelitian Dari Bapor Pertamina Pangkalan Susu


(15)

ABSTRAK

Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional seperti sepakbola demikian penting terutama dalam hal keseimbangan antara asupan dan penggunaan energy yang akan berpengaruh terhadap stamina atlet.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efek yang ditimbulkan dari penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. Sampel yang diambil berdasarkan tingkat keteraturan latihan yang sama berjumlah 40 orang, dengan

kelompok perlakuan sebanyak 20 orang dan kelompok control sebanyak 20 orang. Pengukuran stamina dilakukan dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) di Divisi Utama Persatuan SepakBola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. Tes ini terdiri dari lari 50 meter, gantung angkat tubuh, baring duduk, loncat tegak dan lari 1000 meter.

Tingkat konsumsi pesepakbola Divisi Utama PSL Bapor Pangkalan Susu tergolong normal dengan persentase rata-rata sebesar 97,2% setelah dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) atlet sepakbola.

Berdasarkan uji statistik menggunakan paired sample t test, dengan α=0,05

diperoleh adanya perbedaan stamina atlet sepakbola sebelum dan sesudah

penggunaan suplemen extra joss. Namun, peningkatan stamina ini tidak memiliki pengaruh yang banyak. Hal ini menunjukkan peranan suplemen sangat sedikit dalam hal peningkatan stamina atlet.


(16)

ABSTRACT

The role of nutrient in sport especially professional sport like football was very important especially in ballance between intake and output energy which

influential with athlete’s endurance.

The purpose of this research is to see the effect of extra joss supplement about

football athlete’s endurance at Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor

Pertamina Pangkalan Susu. Sample which was taken base on their same regulary trainining that 40 people, with experiment group was 20 people and control group was 20 people. Measuring of endurance done with Indonesian Physichal Fitness Test at Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat Bapor Pertamina Pangkalan Susu. This test instead of run 50 meter, pull up, sit up, standing jump, and run 1000 meter.

Consumption level of food’s football athlete at Divisi Utama PSL Bapor

Pertamina Pangkalan Susu with average level 97,2% after compared with adequate consumption of energy football athlete before measuring of physical test were done. Base on a significan manner use paired sample t test with α = 0,05 getting

existence difference football athlete’s endurance before and after consumed

supplement extra joss. This pointed out that supplement role was little in increase of athlete endurance.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang atlet yang berprestasi memang diperlukan suatu sistem yang melingkupi atlet, pelatih, sarana latihan, dan kondisi kesehatan yang optimum. Menangani suatu tim memang lebih sulit daripada sebuah olahraga individu, karena di dalamnya melibatkan banyak orang yang memiliki berbagai tingkat kesadaran dan kedisiplinan baik dalam kesehatan maupun latihan. Untuk itu perlu sekali penanganan dan pengembangan dari pakar kesehatan agar olahraga tersebut dapat berhasil (Hapsari, 2009).

Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet olahraga. Hasil pengamatan pada beberapa atlet dengan latar belakang berbagai cabang olahraga menunjukkan bahwa gizi dan latihan fisik secara bersama-sama menghasilkan prestasi yang baik. Namun demikian, saat ini perhatian terhadap pengaturan gizi atlet masih sangat kurang, apalagi di tingkat daerah. Diperhatikan lebih dalam, persoalan gizi ini tidak kalah penting dalam pencapaian prestasi olahraga. Jika asupan gizi kurang, latihan berat pun akan menjadi kurang bermanfaat. Hal ini bukan saja disebabkan rendahnya gizi makanan atlet, melainkan buruknya kebiasaan atlet dalam pengaturan makanan. Makanan yang sesuai dengan selera belum tentu memenuhi


(18)

kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan prestasi dan stamina yang maksimal (Widiastuti. dkk, 2008).

Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional seperti sepakbola menuntut tenaga ahli yang terampil untuk menjaga secara khusus dan intensif kebutuhan zat gizi dari para pemainnya. Peranan ahli gizi dalam kegiatan olahraga telah dikembangkan sejak lima tahun yang lalu di Inggris dan semakin dibutuhkan untuk mengatur karbohidrat, protein, lemak, serat, cairan dan asupan zat gizi mikro dalam rangka menjaga kesehatan, adaptasi latihan, dan meningkatkan performa selama sesi latihan dan perlombaan. Bahkan Federasi Sepakbola Dunia telah mengeluarkan pernyataan bahwasannya gizi sangat berperan dalam keberhasilan suatu tim. Survei yang dilakukan di beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa rekomendasi asupan gizi yang diberikan untuk para pemain sepakbola masih kurang tepat. Sebagian dari masalah ini dikarenakan asupan zat gizi tambahan (suplemen) yang berlebihan. Seorang atlet yang baik harus makan makanan tinggi karbohidrat, cukup protein, rendah lemak, dan cukup vitamin dan mineral serta cairan (Hapsari, 2009).

Secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500 Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif sama. Permainan sepakbola ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat, dalam waktu yang relatif lama. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa lari, tendang, loncat dan sprint-sprint pendek yang prestasinya cukup besar (Depkes RI, 2002).


(19)

Kebutuhan gizi atlet meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Kebutuhan akan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi yang zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih aman dibandingkan gula sebab diserap perlahan dalam sistem pencernaan, mengeluarkan energi besar ke pembuluh darah dan hanya sedikit gula darah meningkat. Ini lebih bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina tubuh (Khomsan, 2008). Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati (Depkes RI, 2002).

Secara umum kebutuhan protein adalah 0,8 sampai 1,0 gram/Kg BB/hari, tetapi bagi mereka yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Penelitian membuktikan bahwa kegiatan olahraga yang teratur meningkatkan kebutuhan protein. Atlet dari olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengonsumsi 1,2-1,7 gram protein/Kg BB/hari (kurang lebih 100-212% dari yang dianjurkan) dan atlet endurance memerlukan protein 1,2-1,4 gram/Kg/BB/hari (100-175% dari anjuran). Jumlah protein tersebut dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15% protein (Irianto, 2007).

Lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi. Walaupun begitu, para atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak tidak dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun bertanding. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu melakukan kegiatan olahraga


(20)

effect) dan memperbaiki kapasitas ketahanan fisik (endurance capacity) (Irianto, 2007).

Untuk memenuhi akan kecukupan zat gizi mikro, sebagian atlet mengkonsumsi suplemen makanan. Kebutuhan pemakaian suplemen berkembang seiring dengan banyaknya gangguan kesehatan yang terjadi karena terganggunya keseimbangan fungsi tubuh. Akibatnya seperti mudahnya terjadi infeksi, alergi dan gangguan lain yang akhirnya muncul sebagai gejala penyakit. Pada awalnya penggunaan suplemen masih terbatas untuk mengembalikan fungsi metabolik dimana seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh yang membuat sel-sel bekerja secara optimal (Yuliarti, 2008).

Banyak masyarakat umum termasuk para atlet memiliki keyakinan bahwa untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar mampu bekerja atau berprestasi optimal, diperlukan makanan/minuman tertentu termasuk suplemen, yang sering dikenal dengan nama minuman kesehatan. Sebetulnya hingga saat ini belum ada bukti faktual yang menyatakan bahwa penggunaan suplemen dapat meningkatkan prestasi secara nyata, karena pemakaian suplemen lebih banyak disebabkan, karena atlet tersebut menderita defisiensi zat gizi tertentu dan adanya efek pikologis atau sugesti dengan memakan suplemen tertentu atlet merasa lebih siap dan kuat sehingga memacu stamina dan prestasinya (Irianto, 2007). Menurut pakar kesehatan gizi klinis Fakultas Kedokteran UI, Dr Samuel Oetoro yang disadur oleh Lefina (2009) minuman energi atau suplemen bila dikonsumsi sesuai takaran atau aturan, dapat membantu meningkatkan stamina dan meningkatkan konsentrasi.


(21)

Dengan stamina yang baik, prestasi atlet nasional akan lebih berpeluang untuk ditingkatkan, dan mungkin saja impian kita untuk menyaksikan tim sepakbola nasional berlaga di ajang World Cup empat atau delapan tahun mendatang dapat menjadi suatu kenyataan (Hidayat, 2007). Untuk mencapai prestasi yang optimal, para pemain sepakbola memiliki beberapa karakteristik seperti bentuk tubuh yang ideal yaitu, sehat, kuat, tinggi dan tangkas. Seorang pemain sepakbola harus mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas rata-rata. Komposisi tubuh harus proporsional antara massa otot dan lemak (Depkes RI, 2002). Hal inilah yang menjadi dasar pemilihan pemain sepakbola di Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) di samping teknik permainan dan daya tahan tubuh para pemain.

Survei awal menunjukkan adanya konsumsi suplemen dari setiap pemain Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina di Kecamatan Pangkalan Susu dengan presentase 48% dari pemain yang berjumlah 56 orang yang berumur lebih dari 15 tahun. Jenis suplemen yang biasa yang dikonsumsi berupa minuman antara lain Hemaviton, Extra Joss dan M 150.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efek penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina pada atlet sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu Tahun 2010.


(22)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat efek yang ditimbulkan dari penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola yang dikonsumsi di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan lain dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi atlet sepakbola.

2. Untuk mengetahui stamina atlet sepakbola sesaat sebelum pemberian suplemen.

3. Untuk mengetahui stamina atlet sepakbola sesaat setelah pemberian suplemen.

4. Untuk mengetahui perbedaan tingkat konsumsi energi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

5. Untuk mengetahui efek suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola. 1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi institusi terkait agar lebih memperhatikan kebutuhan gizi atlet sepakbola.

2. Sebagai informasi bagi tempat latihan dan atlet sepakbola tentang tingkat konsumsi makanan yang baik agar tercapai prestasi yang optimal.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sepakbola dan Pencapaian Pretasi Atlet Sepakbola

Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut, agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan (Wigianto, 2009). Program latihan yang baik akan merefleksikan kemampuan pemain dalam bertanding. Seorang pemain sepakbola

harus mampu menunjukkan kekuatan, kecepatan dan daya tahan selama 90 menit

permainan (Huldani, 2008).

Sepakbola merupakan permainan yang sederhana. Kendati demikian sepakbola mebutuhkan teknik, fisik, taktik, dan strategi untuk memenangkan suatu pertandingan yang mana semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan (Zainurid, 2001).

Sepakbola dinamis mempunyai ciri-ciri bergerak tanpa bola, memberi dan menempel lawan.Untuk mencapai permaianan yang demikian diperlukan teknik dan taktik yang dimiliki setiap pemain. Namun betapapun baiknya kemampuan teknik dan kemampuan taktik yang dimiliki jika tidak didukung ketahanan jasmaninya, permainan tersebut tidak akan bertahan lama. Sebab pada tingkat ketahanan jasmani


(24)

yang rendah akan lekas mengurangi kecepatan dan keterampilan bermain bola (Wibowo, 2007).

Berdasarkan kenyataan di atas dimungkinkan besar atlet sepakbola sejak awal berlatih tidak mendapat latihan ketahanan jasmani yang memadai. Di samping itu kemungkinan juga disebabkan adanya kesalahan pelatih dalam membentuk daya tahanya, yang sebenarnya daya tahan tersebut dapat berguna sekali untuk pembinaan berikutnya. Kemungkinan juga disebabkan oleh pelatih atau pemain yang kurang menguasai tentang cara melatih daya tahan aerobik yang benar. Sehingga tujuan latihan untuk meningkatkan daya tahannya tidak tercapai. Pada sepakbola semua gerakan sebagian besar anaerobik baik pemain depan, tengah ataupun belakang (Wibowo, 2007).

Dikarenakan latihan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan kelentukan merupakan suatu komponen latihan fisik yang tidak dapat dipisahkan di dalam sepakbola, maka pelatih diharapkan dalam memberikan latihan fisik, harus memperhatikan beban latihan untuk kelima komponen tersebut dengan berpedoman pada teori-teori tentang beban latihan fisik yang ada di buku-buku kepelatihan. Selain itu pelatih dalam memberikan latihan fisik diharapkan memberikan variasi-variasi latihan, agar pemain tidak merasa bosan sehingga seberat apapun beban latihan yang diberikan tidak membebani pemain dalam melakukan latihan fisik. Begitu juga bagi pemain diharapkan hadir dalam setiap latihan fisik, karena kondisi fisik sangat berpengaruh untuk mencapai prestasi yang maksimal (Zainurid, 2001).

Untuk mencapai prestasi yang optimal diperlukan daya tahan jantung-paru yang baik pada atlet sepakbola. Daya tahan jantung paru pemain sepakbola dapat


(25)

ditingkatkan dengan latihan yang memerlukan energi yang banyak. Olahraga sepakbola merupakan gerakan tubuh yang memerlukan banyak energi yang diperoleh dari zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein). Metabolisme yang optimal dari makronutrien tergantung dari mikronutrien (Margaretha, 2004)

2.2. Kebutuhan Gizi Atlet

Setiap orang memerlukan jumlah makanan (zat gizi) berbeda-beda, tergantung usia. Berat badan, jenis kelamin, aktivitas, kondisi lingkungan (misalnya suhu), keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit, ibu hamil atau menyusui). Seorang olahragawan pada umumnya, memerlukan makanan lebih banyak dari orang pada umumnya, seorang anak dalam masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak dibanding orang dewasa.

Proporsi makanan sehat berimbang terdiri dari atas 60-65% kabohidrat, 20% lemak dan 15-20% protein dari total kebutuhan atau keluaran energi per hari, misalnya seseorang dalam sehari memerlukan 3000 kalori, maka kebutuhan karbohidrat 1800-1950 kalori, lemak 600 kalori dan protein 450-600 kalori (Irianto. 2007).

Sesuai prinsip dasar "Gizi Seimbang" yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat, maka kebutuhan gizi atlet sepakbola adalah sebagai berikut :

2.2.1. Energi

Secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500 Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif


(26)

sama, karena pemain sepakbola dikategorikan dengan seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat.

Kebutuhan energi dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi yaitu : Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), Aktivitas Fisik dan Faktor Pertumbuhan

a. Basal Metabolic Rate (BMR)

BMR merupakan jumlah energi yang dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh seperti denyut jantung, bernafas, transmisi elektrik pada otot dan lain-lain.

Tabel 2.1. Basal Metbolisme Rate (BMR) Untuk Laki-Laki Berdasarkan Berat Badan Jenis

Kelamin

Berat Badan (Kg)

Energi (Kal)

10-18 th 18-30 th 30-60 th

Laki-laki 55 1625 1514 1499

60 1713 1589 1556

65 1801 1664 1613

70 1889 1739 1670

75 1977 1814 1727

80 2065 1889 1785

85 2154 1964 1842

90 2242 2039 1899

(Sumber : Burke, 1992)

b. Specific Dynamic Action (SDA)

SDA merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengolah makanan dalam tubuh, antara lain untuk proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi oleh usus. Besarnya SDA kurang lebih 10 % dari Basal Metabolic Rate (BMR).

c. Aktivitas Fisik

Pengeluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis, intensitas dan lamanya aktivitas fisik dan olahraga.


(27)

Tabel 2.2. Kebutuhan Energi Aktivitas Olahraga Berdasarkan Berat Badan (Kal/menit)

Aktivitas Berat Badan (Kg)

50 60 70 80 90

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Sepakbola 7 8 9 10 12

Lari :

• 5,5 menit/km 10 12 14 15 17

- 5 menit/km 10 12 15 17 19

- 4,5 menit/km 11 13 15 18 20

- 4 menit/km 13 15 18 21 23

Jalan Kaki :

- 10 menit/km 5 6 7 8 9

- 8 menit/km 6 7 8 10 11

- 5 menit/km 10 12 15 17 19

(Sumber : Burke, 1992) d. Perhitugan Energi Atlet

Kebutuhan energi menurut Depkes RI (2000) dapat dihitung berdasarkan komponen-komponen penggunaan energi. Berdasarkan komponen-komponen tersebut, terdapat 6 langkah dalam menghitung kebutuhan energi untuk setiap atlet. Langkah 1

Tentukan status gizi atlet dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan presentase lemak tubuh. Indeks massa tubuh merupakan pembagian berat badan dalam kg oleh tinggi badan dalam satuan meter dikwadratkan. Sedangkan presentase lemak tubuh yaitu perbandingan antara lemak tubuh dengan masa tubuh tanpa lemak.

Langkah 2

Tentukan basal metabolic rate (BMR) yang sesuai dengan jenis kelamin, umur dan berat badan. Caranya menentukan BMR dengan melihat tabel 2.1

Tambahkan BMR dengan Specifict Dynamic Action (SDA) yang besarnya 10% BMR, BMR + SDA (10%BMR)


(28)

Langkah 3

Aktifitas fisik setiap hari ditentukan tingkatnya. Kemudian, hitung besarnya energi untuk aktifitas fisik tersebut (tanpa kegiatan olahraga). Pilihlah tingkat aktifitas fisik yang sesuai, baik untuk perhitungan aktifitas total maupun perhitungan aktifitas fisik yang terpisah dan jumlahkan. Gunakan tabel di bawah ini untuk menentukan tingkat aktifitas total.

Tabel 2.3 Faktor Aktifitas Fisik (Perkalian Dengan BMR)

Tingkat aktifitas Laki-laki Perempuan

Istirahat di tempat tidur 1,2 1,2

Kerja sangat ringan 1,4 1,4

Kerja ringan 1,5 1,5

Kerja ringan – sedang 1,7 1,6

Kerja sedang 1,8 1,7

Kerja berat 2,1 1,8

Kerja berat sekali 2,3 2,0

Langkah 4

Kalikan faktor aktifitas fisik dengan BMR yang telah ditambah SDA Langkah 5

Tentukan penggunaan energi sesuai dengan latihan atau pertandingan olahraga dengan menggunakan tabel 2.2 Kalikan jumlah jam yang digunakan untuk latihan per minggu dengan besar energi yang dikeluarkan untuk aktifitas olahraga. Total energi yang didapatkan dari perhitungan energi dalam seminggu, kemudian dibagi dengan 7 untuk mendapatkan penggunaan energi yang dikeluarkan per hari. Tambahkan besarnya penggunaan energi ini dengan besarnya energi yang didapatkan dari perhitungan langkah 4.


(29)

Langkah 6

Apabila atlet tersebut masih dalam usia pertumbuhan, maka tambahkan kebutuhan energi sesuai dengan tabel 2.4

Tabel 2.4 Kebutuhan Energi Untuk Pertumbuhan (kalori/hari)

Jenis kelamin anak Umur (Tahun) Tambahan energi Anak laki-laki 10 – 14 2 kalori/kg berat badan

dan perempuan 15 1 kalori/kg berat badan

16 – 18 0,5 kalori/kg berat badan Contoh Perhitungan Kebutuhan Energi Seorang Atlet

Mary seorang mahasiswi berumur 20 tahun mempunyai tinggi badan 160 cm dan berat badan 60 kg. Dia seorang atlet bolabasket dalam tim nasional. Dia berlatih berupa lari 3 hari seminggu dengan kecepatan 5 menit per km selama satu jam. Selain itu, Mary berlatih bolabasket 2 kali seminggu selama 20 menit. Aktifitas sehari-hari berupa aktifitas ringan sedang, misalnya pergi ke kampus, belajar.

Cara menghitung kebutuhan energi

Langkah 1

Tentukan status gizi atlet dengan menggunakan indeks massa tubuh dan presentase lemak.

IMT = 60 : (1,6)2 = 23,4

Artinya atlet ini IMT dalam keadaan normal Langkah 2

Tentukan BMR untuk wanita dengan berat badan 60 kg yaitu 1491 kalori (tabel 2.1) Tentukan SDA yaitu 10% x 1491 = 149


(30)

Langkah 3 dan langkah 4

Tentukan faktor aktifitas fisik kerja ringan sedang yaitu 1,6 (tabel 2.3) 1,6 x 1640 = 2624

Langkah 5

Latihan lari setiap minggu yaitu : 3 x 60 x 10 = 1800 kal/mg Latihan bolabasket setiap minggu yaitu : 2 x 30 x 7 = 420 kal/mg Gunakan tabel 2.2 pada perhitungan aktifitas olahraga.

Kebutuhan energi untuk aktifitas olahraga (lari dan latihan bolabasket) adalah 1800 + 420 = 2220 kalori/minggu.

Kebutuhan energi untuk aktifitas olahraga per hari adalah : 2220 : 7 = 317 kalori

Jadi total kebutuhan energi perhari adalah 2624 + 317 = 2941 kalori

Mary membutuhkan energi setiap hari yang berasal dari makanan yang dia konsumsi adalah 2941 kalori.

2.2.2. Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat gizi berupa senyawa organik yang terdiri dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen yang digunakan sebagai bahan pembentuk energi. Energi yang terbentuk digunakan tubuh untuk melakukan gerakan tubuh, baik gerakan sadar maupun tidak, seperti gerakan otot jantung, paru, usus, dan organ tubuh lainnya. Umumnya menu makanan Indonesia mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai makanan pokok yaitu sekitar 70-80 persen (Sandjaja.dkk, 2009).

Karbohidrat dapat berbentuk sederhana dan kompleks. Karbohidrat sederhana hanya terdiri dari satu molekul (monosakarida), misalnya beberapa gula seperti


(31)

glukosa, fruktosa, galaktosa. Di dalam tubuh, gula jenis tersebut tidak mengalami pemecahan lagi dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Sebaliknya karbohidrat kompleks (polisakarida) merupakan rangkaian beberapa gula sederhana, dan di dalam tubuh masih harus dipecah menjadi karbohidrat sederhana. Selain sebagai sumber energi utama, konsumsi karbohidrat yang cukup akan mencegah terjadinya pemecahan protein yang berlebihan, membantu metabolisme lemak dan protein, serta mencegah kehilangan mineral (Sandjaja,dkk. 2009).

Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi yang zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih aman dibandingkan gula sebab diserap perlahan dalam sistem pencernaan, mengeluarkan energi besar ke pembuluh darah dan hanya sedikit gula darah meningkat. Ini lebih bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina tubuh. Pelepasan energi yang lebih, perlahan mampu menghasilkan energi yang lebih besar (Khomsan, 2008).

Selain karbohidrat sedehana dan karbohidrat kompleks, karbohidrat juga terdiri dari karbohidrat lain dan karbohidrat total. Karbohidrat merupakan sumber utama energi untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi atlet sepakbola. Jenis makanan sumber karbohidrat antara lain: biji-bijian (beras, ketan, jagung), umbi-umbian (ubi, singkong) dan tepung-tepungan (roti, mie, pasta, makaroni, bihun) (Depkes RI, 2002).

Sekarang ahli psikologi menyatakan bahwa cara paling efektif untuk mempersiapkan daya tahan pada saat pertandingan adalah makan dengan diet 60 sampai 70 persen karbohidrat, ketika istirahat otot-otot mempunyai kesempatan


(32)

menyimpan karbohidrat. Untuk para atlet yang makan tinggi karbohidrat setiap hari, akan mengalami perubahan besar dalam kecukupan energinya (Clark, 1996).

2.2.3. Protein

Protein adalah komponen dasar dan utama makanan yang diperlukan oleh semua mahluk hidup sebagai bahan dari daging, jaringan kulit, otot, otak, sel darah merah, rambut dan organ tubuh lainnya yang dibangun dari protein (Sandjaja.dkk, 2009).

Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh guna mencapai tinggi badan yang optimal. Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak). Ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Depkes RI, 2002).

Secara umum kebutuhan protein adalah 0,8 sampai 1,0 gram/Kg/BB/hari, tetapi bagi mereka yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Penelitian membuktikan bahwa kegiatan olahraga yang teratur meningkatkan kebutuhan protein. Atlet dari olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengonsumsi 1,2-1,7 gram protein/Kg BB/hari (kurang lebih 100-212% dari yang dianjurkan) dan atlet endurance memerlukan protein 1,2-1,4 gram/Kg BB/hari (100-175% dari anjuran). Jumlah protein tersebut dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15% protein (Irianto, 2007).


(33)

Tabel 2.5. Proporsi Kebutuhan Protein Berdasarkan Keluaran Energi Sehari Jumlah energi/hari (kalori) % Protein dari jumlah total energi/hari

2.500 15%

3.000 - 4.000 13-14%

4.500 – 5.000 10-12%

(Sumber: Suryodibroto, 1989;28) 2.2.4. Lemak

Kita memerlukan lemak dalam makanan kita. Lemak adalah satu-satunya sumber asam lemak penting yang dapat membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Terdapat tiga jenis lemak dalam makanan, yakni jenuh, tak jenuh tunggal, dan tak jenuh ganda. Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang paling berbahaya. Lemak jenis ini dapat meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, dan peningkatan berat badan. Lemak jenuh terdapat pada daging hewan ternak dan produk susu, terutama mentega dan keju keras (Khomsan, 2008)

Walaupun lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi, tapi para atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak tidak dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun bertanding. Lemak terdapat dalam makanan asal hewan sebagai lemak hewani dan asal tumbuhan sebagai lemak nabati. Lemak hewani contohnya adalah: keju, mentega, lemak daging (sapi/kambing). Contohnya lemak nabati adalah minyak sawit, minyak kelapa, margarin, minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak jagung (Depkes RI, 2002).

Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh memerlukan lemak 0,5 s.d 1 gr/Kg BB/hari. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu

melakukan kegiatan olahraga yang lama mempunyai efek ”melindungi” pemakaian


(34)

(endurance capacity). Walaupun demikian, konsumsi energi dari lemak dianjurkan tidak lebih dari 30% total energi per hari. Bagi mereka yang memerlukan lebih banyak karbohidrat perlu menurunkan lemak untuk mengimbanginya (Irianto, 2007). 2.2.5. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik dengan jumlah sedikit dalam tubuh, tetapi penting untuk mengontrol proses metabolisme. Sebagian besar vitamin tidak dapat disintesis oleh tubuh (Sandjaja.dkk, 2009).

Vitamin B1 dan vitamin B lainnya yang tergolong ke dalam vitamin B kompleks berperan penting dalam proses pembentukan energi. Vitamin-vitamin lainnya dibutuhkan dalam jumlah besar seperti vitamin A, C dan E untuk kebutuhan metabolisme lainnya. Vitamin D dibutuhkan untuk pembentukan tulang bagi atlet sepak bola yang masih remaja.

Sumber vitamin A adalah sayur dan buah-buahan berwarna hijau tua/merah seperti wortel, tomat, daun singkong, daun katuk, pepaya, mangga, sumber vitamin C adalah jambu biji, pepaya, jeruk, belimbing dan sumber vitamin E adalah daging, ikan, sayuran hijau, minyak jagung, minyak kedelai. Atlet sepakbola terutama remaja dianjurkan untuk berjemur setiap pagi untuk memperkuat pembentukan tulang.

Vitamin banyak terdapat dalam makanan sumber asal hewani seperti daging, telur, ikan dan ayam. Selain itu, vitamin juga bisa didapatkan dari sumber asal nabati, seperti sayuran dan buah-buahan segar (Depkes RI, 2002).


(35)

2.2.6. Mineral

Mineral merupakan faktor penting yang diperlukan oleh tubuh untuk komponen enzim yang banyak berperan dalam reaksi metabolisme tubuh dan otak. Magnesium dan mangan dibutuhkan untuk memberikan energi pada otak. Natrium, kalium, dan kalsium sangat penting untuk komunikasi sel saraf serta memudahkan dalam pengiriman pesan dari otak ke seluruh tubuh, demikian pula sebaliknya (Khomsan, 2008).

Atlet sepakbola memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk pembakaran karbohidrat yang menghasilkan energi terutama pada saat bermain. Untuk mengangkut oksigen (O2) ke otot diperlukan Hemoglobin (Hb) atau sel darah merah yang cukup. Untuk membentuk zat besi (Fe) yang bersumber dari daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), sayuran hijau dan kacang-kacangan. Oleh karena itu, atlet sepakbola tidak boleh menderita anemia, agar dapat berpretasi.

Atlet sepak bola yang masih remaja memerlukan kalsium yang relatif lebih tinggi untuk pertumbuhan tulangnya. Sumber kalsium ini relatif lebih tinggi untuk pertumbuhan tulangnya. Sumber kalsium bisa didapatkan dari susu (rendah lemak). Karena itu atlet sepakbola yang masih remaja sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi susu setiap hari agar mencapai tinggi badan optimal. Ikan juga merupakan sumber kalsium terutama ikan yang dikonsumsi dengan tulangnya (contoh: ikan teri). Selain itu tulang ikan juga mengadung fluor untuk melindungi gigi agar tidak berlubang.

Zat-zat mineral lainnya seperti seng (Zn) dan selenium (Se) berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menghambat terbentuknya radikal bebas yang berlebihan sehingga dapat mencegah kerusakan sel tubuh. Mineral bisa didapatkan dari makanan


(36)

sumber hewani maupun sumber nabati. Sumber Zn dan Se antara lain adalah: sea food, daging dan lain-lain (Depkes RI, 2002).

2.2.7. Air dan Elektrolit

Air merupakan koponen utama dalam darah, dimana komposisinya dalam darah mencapai 83 persen. Air bertugas sebagai sistem transpor yang mengedarkan zat gizi ke otak dan bagian tubuh lainnya serta membuang sampah tubuh. Pasokan air bersih sangat penting bagi keseimbangan tubuh kita (Khomsan, 2008).

Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata memerlukan 2500 ml air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan tubuh baik berupa keringat, uap air maupun cairan yang keluar bersama tinja. Dalam keadaan sehari-hari tubuh akan selalu berusaha mempertahankan keseimbangan cairan normal (euhydration), sehingga bila keadaan cairan berlebihan (hyperhidration) maka akan terjadi proses pengurangan cairan (dehydration). Sebaliknya, bila tubuh kekurangan cairan (hypohidration), akan terjadi proses pemulihan cairan (rehydration) untuk kembali pada kondisi euhydration (Irianto, 2007).

Saat berlatih maupun bertanding, atlet sepakbola akan mengeluarkan keringat dalam jumlah yang sangat banyak. Keringat akan lebih banyak lagi dikeluarkan apabila berolahraga di tempat panas. Air keringat yang keluar dari tubuh dapat mencapai satu liter per jam. Apabila tubuh kehilangan air melebihi 2% dari total berat badan, maka akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) dan dapat terganggu kesehatannya. Untuk mencegah dehidrasi, ada baiknya atlet sepakbola minum sebelum merasa haus. Minum air yang teratur dengan tambahan sedikit elektrolit dan


(37)

teratur dengan tambahan sedikit elektrolit dan karbohidrat sangat baik untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Air minum yang diminum dianjurkan berupa jus dari buah-buahan karena selain mengandung air juga mengandung elaktrolit yang dibutuhkan untuk mengganti cairan maupun elektrolit yang hilang selama latihan atau pertandingan.

Suplemen zat gizi yang berupa obat, makanan atau minuman yang banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk hanya diperuntukan untuk atlet pada kondisi tertentu. Hati-hati dalam mengkonsumsi suplemen secara berlebihan, lebih baik konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu (Depkes RI, 2002).

2.2.8. Serat

Hal ini juga tidak boleh diabaikan oleh atlet sepakbola adalah konsumsi serat (fiber) dari makanan. Konsumsi serat yang cukup dapat membantu buang air besar menjadi teratur dan lancar. Serat juga sangat penting dalam pencegahan berbagai penyakit misalnya penyakit kanker usus, dan juga penyakit jantung. Serat dan buah-buahan seperti: bayam, kangkung, daun singkong, daun labu, apel, bengkuang (Depkes RI, 2002).

2.3 Suplemen

Suplemen adalah suatu zat/ unsur atau lebih yang dikemas untuk menambah zat/ unsur yang sudah ada (Sandjaja.dkk, 2009). Kesadaran akan hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan sehat pada masyarakat Indonesia tampaknya mulai meningkat. Demikian pula kesadaran untuk mengkonsumi vitamin dan mineral sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, konsumen sering tergiur untuk membeli produk yang lengkap kandungan gizinya diperkaya berbagai macam vitamin dan


(38)

mineral dan salah satunya adalah klaim label diperkaya vitamin A, C. dan E (Khomsan, 2008).

Suplemen, sesuai dengan namanya hanya bersifat menambahkan atau melengkapi. Jelas suplemen dirancang bukan untuk menggantikan makanan. Bagaimanapun sebutir pil tidak akan dapat memberikan semua nutrien yang kita perlukan untuk hidup sehat. Sebagai contoh, dalam buahan dan sayuran terdapat antioksidan yang berkhasiat melindungi tubuh terhadap penyakit, namun antioksidan tersebut termasuk ke dalam jenis yang belum berhasil diidentifikasi. Karena itu antioksidan ini tidak terdapat dalam pil. Padahal berbagai studi menunjukkan bahwa makanan makanan yang kaya antioksidan terbukti sangat baik untuk mencegah penyakit tertentu (Yuliarti, 2008).

Namun, walaupun membutuhkan, kita harus selalu waspada agar tidak over dosis. Semua vitamin dan mineral adalah penting bagi proses metabolisme, proses perbaikan sel, dan mengurangi penuaan dini, tapi suplemen berbeda dengan obat yang dapat memberikan kesembuhan dalam sekejap. Hasil perbaikan dari mengkonsumsi suplemen kemungkinan terlihat setelah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan (Yuliarti, 2008).

2.3.1. Pertimbangan Penggunaan Suplemen

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% penduduk di kota besar mengkonsumsi suplemen. Dan tampaknya, konsumsi suplemen dalam berbagai bentuknya telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat pekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Padang, Makasar dan Banjarmasin.


(39)

Terkadang suplemen memang dibutuhkan dalam memenuhi gizi atlet. Hanya saja, hal ini membutuhkan beberapa pertimbangan mandasar yang perlu diperhatikan. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan apakah suplemen perlu diberikan kepada seorang atlet:

1. Suplemen dapat diberikan jika atlet menderita kekurangan zat-zat gizi tertentu yang mungkin terjadi pada saat;

a. Mengikuti program penurunan berat badan b. Menstruasi (atlet perempuan)

c. Variasi makanan kurang baik, misalnya pada vegetarian

2. Penggunaan suplemen harus dalam pengawasan dokter atau ahli gizi olahraga. 3. Dalam menggunakan suplemen vitamin perlu diingat tingkat toksisitas

vitamin dan mineral.

4. Dalam keadaan penyediaan menu makanan sehari-hari, cukup kandungan zat gizi (vitamin dan mineral) sehingga suplemen tidak diperlukan (Irianto, 2007).

2.3.2. Extra Joss

Extra joss merupakan salah satu dari merk suplemen makanan yang telah mendapat izin edaran dari Balai POM dengan nomor seri POM SD 051 219 991. Mi-numan ini dapat digunakan untuk penderita diabetes dan orang yang membutuhkan makanan berkalori rendah.

Produk ini tidak dianjurkan pada anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta penderita hipertensi. Produk ini mengandung fenilalanin, tidak boleh digunakan pada penderita phenylketonuria dan wanita hamil dengan kadar fenilalanin tinggi.


(40)

Tabel 2.6. Komposisi extra joss active B7 dalam setiap sachet (4 gram)

No Kandungan Mg

1 2 3 4 5 6 7 8 Taurine Ginseng Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B5 Vitamin B6

Vitamin B8 (Inositol) Vitamin B12 Royal jely

1,3,7 Trimethylxantine

Pemanis buatan seperti Aspartame, Acesulfame-K. Penguat rasa Sod Bicarbonat, Citric Acid.

Pewarna buatan Sunset Yellow (Cl 15985)

1000 mg 20 mg 1,2 mg 3 mg 16 mg 5 mg 1,5 mg 25 mg 50 mg 2 mg 50 mg A. Taurine

Salah satu derivat asam amino sitein. (Sandjaja.dkk, 2009). Taurine adalah asam amino detoksifikasi yang memberikan efek seperti glisin dalam menetralkan semua jenis toksin (xenobiotik) berbahaya. Manfaat lain taurine adalah sebagai pengendali neurotransmiter yang dapat mencegah kejang. Suplementasi taurine bersamaan dengan multivitamin dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan memulihkan stamina setelah sembuh dari sakit. Dalam produk minuman pembangkit tenaga (energy drink), taurine digunakan sebagai unsur utama (Yuliarti, 2008).

Termasuk asam amino nonesensial yang terdapat dalam sel darah putih, cairan otot rangka, otot jantung dan syaraf. Dalam makanan sehari-hari, taurine dapat ditemukan pada daging dan ikan. Taurine bermanfaat membantu penyerapan lemak, penyerapan vitamin A, D, E dan K, memelihara membran sel, menurunkan kecemasan, mengatasi hiperaktif, meningkatkan fungsi otak, bersama zink


(41)

memelihara kesehatan mata. Sampai saat ini, belum ada laporan mengenai dampak negatif pemakaian taurine (Irianto, 2007).

B. Ginseng

Ginseng merupakan bahan berupa akar-akaran dari korea yang mengandung

dametrene triol glikosida, mempunyai efek merangsang sekresi adrenalin dalam tubuh sehingga membuat orang lebih aktif.

Ginseng biasanya dikonsumsi dalam bentuk cairan, kapsul, obat-obatan maupun jamu. Sampai saai ini belum ada larangan penggunaan ginseng bagi olahragawan (Irianto, 2007).

C. Vitamin B1 (Thiamine)

Merupakan salah satu bagian dari vitamin B kom-pleks yang mempunyai peran utama dalam okidasi lemak, karbohidrat, dan asam amino, terutama karbohidrat. Setiap sel dalam tubuh membutuhkan vitamin B1 untuk membentuk

adenosine triphosphate (ATP). Vitamin B1 juga penting untuk sel-sel saraf agar dapat berfungi dengan baik (Sandjaja.dkk, 2009). Sumber vitamin B1 adalah padi-padian utuh (seperti beras pecah kulit), daging, hati, limpa, jantung, ragi.

D. Vitamin B2 (Riboflavin)

Merupakan komponen penting dari dua enzim utama dalam produksi energi pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, menjaga fungsi reproduksi, kesehatan mata, kesehatan kulit, kuku, rambut, mulut, bibir dan tenggorokan (Yuliarti, 2008). Kekurangan vitamin B2 menyebabkan angular stomatis, cheilosis

(sariawan), glositis (radang lidah). Sumber utama vitamin B2 adalah susu, ragi, telur, keju, hati, kacang-kacangan.


(42)

E. Vitamin B3 (Niasin)

Merupakan vitamin penurun lemak yang mencegah penyakit jantung dengan menurunkan kadar kolesterol, memperbaiki aliran darah, mencegah penyakit jantung (Yuliarti, 2008). Disebut juga asam nikotinat merupakan salah satu bagian dari vitamin B kompleks yang berperan untuk melakukan respirasi sel dan membantu melepaskan energi dalam karbohidrat, lemak dan protein. Hal ini terjadi karena perannya dalam pembentukan koenzim NAD (nikotinamid adenin dinukleotida fosfat) sebagai bawaan hidrogen dalam reaksi oksidasi dan reduksi dalam sel. Selain itu juga vitamin B3 berperan dalam sirkulasi darah, kesehatan kulit, membantu fungsi sistem saraf, sekresi getah empedu dan asam lambung, meningkatkan kemampuan memori, sintesis hormon seks, pengobatan shcizophrenia dan penyakit-penyakit mental lainnya (Sandjaja.dkk, 2009).

F. Vitamin B5 (Asam Pantotenat)

Berfungsi sebagai koenzim A yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein (Yuliarti, 2008). Vitamin B5 berperan dalam sintesis neurotranmitter, yaitu asetilkolin, memicu kelenjar adrenalin, sintesis kolesterol, vitamin D, dan hormon steroid. Jarang ditemukan penyakit defisiensi vitamin B5, tetapi penelitian eksperimen yang dibuat kekurangan vitamin B5 dalam makanannya menunjukkan tanda cepat lelah, sakit kepala, kelemahan otot, dan gangguan pencernaan. Sumber utama vitamin B5 dalam makanan adalah hati, limpa, sayuran segar (Sandjaja.dkk, 2009).


(43)

G. Vitamin B6 (Piridoksin)

Salah satu vitamin larut air dan merupakan salah satu bagian dari vitamin B kompleks, mempunyai 3 bentuk yaitu piridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Vitamin B6 mempunyai fungsi penting sebagai koenzim pada reaksi yang melibatkan asam amino, pada sintesis antibodi dalam sitem kekebalan tubuh, sintesis sistein dan metionoin, sintesis porfirin (bagian heme yang mengandung zat besi), sintesis niasin dari triptofan membantu mempertahankan fungsi saraf dan juga berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin B6 juga dibutuhkan dalam reaksi kimia yang diperlukan untuk mencerna protein. Semakin tinggi asupan protein semakin tinggi kebutuhan vitamin B6. Kekurangan vitamin B6 ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam amino, sariawan mulut dan lidah, iritasi dan depresi (Sandjaja.dkk, 2009).

H. Vitamin B8 (Inositol)

Merupakan isomer alkohol, terdapat pada tanaman dan jaringan binatang (Irianto, 2007). Inositol berperan penting dalam kesehatan membran sel terutama sel-sel khusus di otak, sumsum tulang, mata dan usus. Konsentrasi yang adil inositol ditemukan dalam lensa mata manusia serta hati. Fungsi membran sel adalah untuk mengatur isi sel, yang membuat berfungsi efektif. Inositol mempengaruhi transmisi saraf dan membantu dalam pengangkutan lemak dalam tubuh. Karena dapat disentesis oleh tubuh, inositol tidak dianggap sebagai vitamin (Sandjaja.dkk, 2009). I. Vitamin B12 (Ciano Kobalamin)

Salah satu vitamin larut air yang berfungsi dalam menjaga aktifitas sistem saraf pusat, sintesis DNA dan asam lemak, pembelahan sel, metabolisme sel dalam


(44)

pelepasan energi, dan pembentukan darah. Selain itu, berperan dalam metabolisme asam folat dan vitamin B6 untuk mengontrol kadar homosisteine. Bahan makanan sumber vitamin B12 adalah makanan hewani seperti produk susu, daging, ikan, unggas, dan telur (Sandjaja.dkk, 2009).

J. Royal Jely

Cairan kental yang dihasilkan lebah muda sebagai bahan makanan larva lebah dan makanan khusus ratu lebah ini telah terbukti mampu membunuh bakteri dalam tes laboratorium. Zat ini juga mengandung protein dan vitamin C dan diklaim mampu meningkatkan kekebalan tubuh meski belum ada bukti yang solid.

K. 1,3,7 Trimethylxantine

Adalah inhibitor kompetitif AMP siklik. Ia memblok enzim tertentu yang mencegah dari peningkatan dalam sel. Hal inilah, memberikan jalan bagi c-AMP dan memungkinkan untuk melakukan tugasnya. Nafsu makan menjadi meningkat dan penambahan energi (Anonim, 2008).

L. Aspartame

Adalah pemanis buatan. Meskipun telah kira-kira sama jumlah kalori per gram sebagai gula meja (sukrosa), adalah sekitar 200 kali lebih manis. Penggunaannya dalam minuman berkarbonasi akhirnya disetujui pada tahun 1983, setelah selama satu dekade pertempuran melawan keberatan Dr. John Olney (a neuroscience peneliti), James Turner (konsumen pengacara) dan penyelidikan terhadap praktek-praktek penelitian GD Searle. Dua dari komponen-komponen aspartam (fenilalanin dan asam aspartat) yang kiral, yang berarti bahwa mereka memiliki dua isomer yang non-superimposable bayangan cermin. Ini berarti bahwa


(45)

molekul aspartam akhir akan memiliki dua pusat stereogenik. Jika salah enantiomer digunakan, molekul aspartam tidak akan memiliki bentuk yang benar agar sesuai dengan situs pengikatan 'manis' reseptor pada lidah (Harrison, 2001).

Aspartame tersusun oleh asam amino sehingga di dalam tubuh akan mengalami metabolisme seperti halnya asam amino pada umumnya. Bagi penderita penyakit keturunan yang berhubungan dengan kelemahan mental (phenil keton urea / PKU) dilarang untuk mengkonsumsi aspartam karena adanya fenilalanin yang tidak dapat dimetabolisme oleh penyakit tersebut. Kelebihan fenilalanin di dalam tubuh penderita PKU diduga dapat menyebabkan kerusakan otak dan pada akhirnya akan mengakibatkan cacat (Cahyadi, 2006).

Konsumsi harian yang aman untuk orang dewasa adalah 40 mg/kg berat badan. Peraturan Menkes No. 722 tahun 1988 tidak menyebutkan jumlah aspartam yang boleh ditambahkan ke dalam bahan pangan. Hal ini berarti aspartam masih dianggap aman untuk dikonsumsi (Cahyadi, 2006).

Mengacu pada asam amino pembentuk aspartam maka aspartam bukanlah termasuk suatu bahan pemanis nonkalori karena seperti protein, aspartam dimetabolisme menjadi asam amino-asam amino penyusunnya dan memiliki nilai energi 4 kkal/g. Tetapi karena dalam penggunaannya 100 g sukrosa dapat diganti dengan 1 g aspartam maka dapat dikatakan bahwa aspartam bukan merupakan bahan pemanis nonkalori (Cahyadi, 2006).

M. Acesulfame-K

Ditemukan pada tahun 1967 oleh Hoechst AG, Acesulfame kalium (juga dikenal sebagai Acesulfame K) adalah intensitas tinggi, pemanis non-kalori. Ini


(46)

adalah kira-kira 200 kali lebih manis daripada sukrosa. Acesulfame K telah bersih, cepat dimengerti, rasa manis yang tidak berlama-lama atau meninggalkan aftertaste. Acesulfame K tidak dimetabolisme oleh tubuh dan diekskresikan tidak berubah. Acesulfame K saat ini digunakan di ribuan makanan, minuman, kesehatan gigi dan produk farmasi di sekitar 90 negara. Di antaranya adalah meja pemanis, makanan penutup, puding, dipanggang, minuman ringan, permen dan makanan kaleng. Minuman yang mengandung acesulfame-K dapat dipasteurisasi dibawah kondisi normal tanpa kehilangan rasa manis. Pencampuran dengan pemanis lain, khususnya aspartam dan siklamat dapat meningkatkan intensitas kemanisannya. Tetapi bila dicampurkan dengan akarin malah sebaliknya. Acefulfame-K tidak meninggalkan

rasa manis di mulut terlalu lama dan tidak meninggalkan ’lingering aftertaste’. Aturan pemakaian 15 mg/kg berat badan (WHO). Biasa digunakan pada produk permen rendah gula, minuman ringan, yogurt, sirup, dan lain-lain (Riandini, 2008). Meskipun pemanis buatan ini banyak digunakan dan telah mengantungi izin dari FDA (Food and Drug Asociation), tetapi kecaman terhadap acesulfame-K sama kerasnya seperti pada sakarin. Karena acesulfame-K ini memiliki bahan yang serupa dengan sakarin (Khomsan, 2008).

N. Sodium Bicarbonat

Dikenal juga sebagai soda kue atau NaHCO3. Ion bikarbonat dari soda kue ini bereaksi dengan asam, yang menghasilkan asam karbonat, H2CO3. Dalam larutan, asam karbonat akan terdekomposisi menghasilkan air dan gas karbon dioksida (CO2), gas yang sama seperti dalam minuman bersoda coca cola dan fanta. Buih yang muncul ketika tablet dimasukkan dalam air merupakan gelembung gas CO2 yang


(47)

keluar dari larutan. Sodium bikarbonat dalam air akan larut sempurna menghasilkan ion sodium dan ion bikarbonat. Dalam air ion bikarbonat berkeseimbangan dengan asam karbonat dengan harga Ka yang relatif kecil (4,7 x 10-11). Ini menunjukkan bahwa pembentukan asam karbonat tidak terlalu banyak dalam medium air netral (Hidayat, 2009).

Berbeda kalau dalam suasana asam, seperti dalam larutan tablet yang juga mengandung asam itu, pembentukan asam karbonat menjadi dominan, Ka= 4,4 x 107, serta langsung terurai menjadi gas CO2 dan air. Gas CO2 inilah yang tampak sebagai buih ketika tablet dimasukkan ke dalam air minum (Hidayat, 2009).

O. Citric Acid (Asam Sitrat)

Dengan rumus molekul C6H8O7 sering disebut juga sebagai asam jeruk. Buah jeruk yang biasa digunakan untuk memberi rasa asam dan segar pada makanan dan minuman ini contohnya jeruk nipis, jeruk lemon dan jeruk purut (Riandini. 2008). Asam sitrat merupakan asam organik yang merupakan hasil dari metabolisme antara, terdapat pada tanaman dan daging. Asam sitrat diproduksi secara komersial dari fermentasi gula oleh Aspergillus niger yang didapat dari buah itrus, digunakan sebagai pengasam dan Bahan Tambahan Pangan (BTP) perisa/ penyedap (Sandjaja. dkk, 2009). Penambahan asam sitrat pada makanan atau minuman menjadikannya beraroma dan memiliki rasa sari jeruk. Asam sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan nasional dan internasional. Karena senyawa ini secara alami terdapat pada semua jenis mahluk hidup, dan kelebihan asam sitrat pun dengan mudah dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh melalui urin (Riandini, 2008).


(48)

P. Sunset Yellow (Cl 15985)

Dikenal dengan Orange Yellow S, atau FD&C yellow 6, merupakan turunan dari coal tar. Kode pewarna E 110 ( Riandini, 2008).

2.4 Stamina Altet Sepakbola

Stamina atau daya tahan, berarti kemampuan tubuh untuk melanjutkan aktivitas kebugaran untuk waktu yang lama (Anomin, 2009). Pengaturan sumber karbohidrat yang merupakan salah satu zat gizi utama bagi tubuh, secara alamiah akan mempertahankan stamina atlet selama pertandingan (Hidayat, 2007).

Stamina (kesegaran jasmani) atau disebut juga dengan daya tahan tubuh dapat dibagikan menjadi 3 kategori, yaitu kesegaran jasmani statis (static), dinamis (dynamice), dan keterampilan motorik (motor skills). Kesegaran jasmani statis artinya ketidakadaan atau keadaan terbebas dari kecacatan atau penyakit. Kesegaran jasmani dinamis atau fungional artinya kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik yang berat. Sementara itu kesegaran jasmani keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan koordinasi yang kompleks.

Kesegaran jasmani dipengaruhi beberapa variabel, antara lain : 1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Tingkat konsumsi makanan 4. Keteraturan latihan

Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang, semakin besar kemampuan fisiknya dan produktivitas kerjanya. Salah satu cara untuk mencapai derajat kesegaran jasmani yang prima adalah dengan cara melakukan latihan –latihan


(49)

fisik. Latihan-latihan fisik dapat dipilih dan disenangi, digemari dan syukur bila dapat menimbulkan kepuasan diri (Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007).

2.4.1 Indikator Pengukuran Stamina Atlet

Menurunnya stamina atlet ditandai dengan mulai timbulnya gejala-gejala kelelahan, seperti otot yang seolah-olah menjadi tidak bertenaga, jantung berdegup kencang, serta napas yang naik turun secara tidak teratur. Secara umum, timbulnya gejala-gejala kelelahan tersebut disebabkan oleh pengeluaran cairan (keringat) dan penurunan cadangan glikogen pada tubuh. Gejala-gejala kelelahan akan lebih sering terjadi terutama jika aktivitas berolahraga tersebut dilakukan pada selang waktu yang panjang, atau jenis olahraganya mengharuskan tubuh melakukan aktivitas lebih besar.

Cara yang dapat digunakan untuk mengukur stamina atlet adalah menggunakan tes kesegaran jasmani yaitu tes yang dilakukan untuk melihat kondisi jasmani dengan melihat kemampuan dan kesanggupan untuk bekerja secara optimal dan efisien. Tes kesegaran jasmani (TKJI) ini dapat diterapkan pada anak yang berumur >16 tahun. Ada beberapa tes yang dilakukan antara lain lari 50 m, gantung angkat tubuh, baring duduk, loncat tegak, dan lari 1000 m. Adapun penilaian yang dilakukan yaitu mengukuran waktu lari 50 m dalam hitungan detik, gantung angkat tubuh dalam hitungan banyak, baring duduk dalam hitungan hitungan, loncat tegak dalam hitungan banyak dan lari 1000 m dalam hitungan menit. Dapat dinilai dengan tabel sebagai berikut :


(50)

Tabel 2.7. Tabel nilai TKJI untuk Putera Nilai Lari 50 m

(detik) Gantung Angkat Tubuh Baring Duduk Loncat Tegak Lari

1000 m (menit) 5 4 3 2 1 <7,2 7,3 – 8,3 8,4 – 9,6 9,7 – 11

> 11,1

> 19 14 – 18

9 – 13 5 – 8 0 – 4

> 41 30 – 40 21 – 29 10 – 20 0 – 9

> 73 60 – 72 50 – 59 39 – 49 < 38

< 3, 14 3,15 – 4,25 4,26 – 5,12 5, 13 – 6,33

> 6,34 Sumber : Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007.

Dari tabel di atas dapat dikategorikan nilai untuk melihat stamina dari para atlet antara lain :

Tabel 2.8. Ketegori Nilai Untuk Stamina Atlet Sepakbola

Nilai Jumlah Nilai Kategori

5 4 3 2 1

22 – 25 18 – 21 14 – 17 10 – 13 5 – 9

Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali Sumber : Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007.

2.5. Kerangka Konsep

Keterangan : Tinggi rendahnya stamina dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi dan keteraturan latihan dari atlet itu sendiri. Di samping kedua hal tersebut terkadang seorang atlet juga mengkonsumsi suplemen, hal inilah yang ingin dilihat oleh peneliti apakah suplemen bisa

Stamina Suplemen Tingkat konsumsi energi Keteraturan latihan


(51)

memberikan pengaruh terhadap stamina atlet di samping tingkat konsumsi makanan dan keteraturan latihan.

2.6. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian extra joss terhadap stamina atlet sepakbola Ha : Ada pengaruh pemberian extra joss terhadap stamina atlet sepakbola


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian pre-post control design memakai kelompok pembanding, untuk melihat efek penggunaan suplemen terhadap atlet sepakbola di Devisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu.

3.1.1. Desain Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini sampel dibagi dalam dua kelompok yaitu sebagai kelompok 1 (yang diberi suplemen) dan kelompok 2 (tidak diberi suplemen).

Pretest post test

Kelompok 1 diberikan suplemen stamina

Kelompok 2 tidak diberikan suplemen stamina

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepakbola Kecamatan Pangkalan Susu Desa Alur Cempedak, dengan alasan :

1. Bibit para pemain Sepakbola Langkat (PSL) kebanyakan di ambil dari pelajar-pelajar di Kota Pangkalan Susu dan pelatih tetap Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) berdomisili di Kota Pangkalan Susu.


(53)

2. Adanya latihan rutin dan latihan tanding yang dilakukan setiap minggunya. 3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari bulan Desember 2009-Mei 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu angkatan 2009 sejumlah 56 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu yang berumur >15 tahun angkatan 2009 sejumlah 40 orang.

3.4. Metode Pengambilan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden yaitu meliputi pola makan responden dengan me-recall 24 jam makanan responden sebanyak 2 kali, pengukuran stamina dengan menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) dengan menjumlahkan nilai sesuai dengan kategori setelah melakukan 5 tes yang telah ditetapkan.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari buku tahunan anggota klub Persatuan Sepak Bola Langkat (PSL) angkatan 2009 dan pada buku peraturan pertandingan khusus kompetisi divisi utama PSL tahun 2004.


(54)

3.5. Defenisi Operasional 3.5.1. Variabel Dependen A. Stamina Atlet

Stamina adalah kemampuan tubuh untuk melanjutkan aktivitas kebugaran untuk waktu yang lama. Pengukuran stamina dapat dilakukan dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).

3.5.2. Variabel Independen A. Tingkat Konsumsi Energi

Tingkat konsumsi energi merupakan tingkatan jumlah energi yang dibutuhkan individu dalam menjalankan aktivitas dan kebutuhan metabolik tubuh.

B. Keteraturan Latihan

Keteraturan latihan adalah frekuensi atau intensitas kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok tertentu. Latihan yang benar yang dapat membina dan meningkatkan stamina harus disesuaikan dengan dosis latihan. Dalam penelitian ini, pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diambil berdasarkan tingkat keteraturan latihan yang sama.

C. Suplemen

Suplemen adalah suatu zat/ unsur atau lebih yang dikemas untuk membantu mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas, detokifikasi, meredakan radang (inflamotorik), dan menyeimbangkan sistem hormonal dan endokrin.


(55)

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1. Stamina

Kategori nilai pengukuran stamina sebagai berikut (Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007):

a. Baik sekali : 22 -25 b. Baik : 18 – 21 c. Sedang : 14 – 17 d. Kurang : 10 – 13 e. Kurang sekali : 5 - 9 3.6.2. Tingkat Konsumsi energi

Tingkat konsumsi energi dihitung berdasarkan konsumsi energi dibandingkan angka kecukupan energi yang dihitung dengan cara seperti pada halaman (13-14). Hasilnya dibedakan dalam kriteria sebagai berikut :

a. Sangat rendah : <85%

b. Rendah : 85-94%

c. Normal : 95-105%

d. Tinggi : 106-115%

e. Sangat tinggi : >115% (Karyadi, 1985) 3.6.3. Suplemen

Pemberian suplemen dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu : 1. Kelompok 1 : diberikan suplemen


(56)

3.7 Instrumen Penelitian 3.7.1. Alat

Adapun alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Lintas lari atau lapangan

2. Stopwatch 3. Bendera start 4. Palang tunggal

5. Tiang skala untuk lompat tegak 6. Serbuk kapur

7. Penghapus 8. Peluit 9. Formulir tes

10.Formulir Recall 24 jam 11.Alat tulis.

3.7.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suplemen Extra Joss 1 sachet (4 g) dilarutkan dalam 200 ml air dingin.

3.7.3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, dengan menyesuaikan waktu latihan dan dosis latihan para atlet sepakbola. Pengukuran stamina dan pemberian suplemen dilakukan selama 4 hari dengan 2 kali pengukuran.

Pengukuran pre-test dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 dengan pengontrolan pemberian sarapan pagi yang sama berupa nasi gurih, telur dadar,


(57)

sambal teri dan mie hun goreng. Kemudian tahap post-test dilakukan pada sore hari sekitar pukul 16.00 setelah diberikan suplemen pada kelompok perlakuan sekitar 5 – 10 menit setelah konsumsi suplemen. Selang waktu antara pre- test dan post-test para atlet diizinkan untuk pulang ke rumah masing-masing dengan arahan tidak melakukan kegiatan berat dan latihan apapun serta dianjurkan makan siang sebelum dilakukan tahap post-test pada sore hari.

Recall yang diambil merupakan recall makanan selama 24 jam sehari sebelum dilaksanakannya pre-test dan post-test.

3.7.4. Pelaksanaan Tes Stamina

Adapun tata laksana pengukuran stamina sebagai berikut :

1. Pada tahap lari 50 m, para atlet bersiap untuk berlari dengan berdiri di belakang garis start dan mulai berlari setelah mendengar aba-aba menggunakan peluit.

2. Pada tahap gantung angkat tubuh para atlet bersiap berada di bawah palang tunggal yang telah terpasang. Para atlet meletakkan tangan pada palang gantung dengan cara menggenggam palang tersebut, kemudian atlet tersebut mengangkat badan ke atas dengan tetap berpegangan dengan palang tunggal, naik turun sampai berapa hitungan atlet tersebut sanggup melakukannya berulang-ulang dalam waktu 1 menit.

3. Pada tahap baring duduk, para atlet mengambil posisi telentang kemudian mulai naik turun dengan posisi kaki yang ditekuk, dengan dibantu teman di depanya yang memegang kaki, persis seperti melakukan sit up dalam waktu 1 menit.


(58)

4. Pada tahap loncat tegak, atlet mengambil ancang-ancang dalam keadaan berdiri melakukan loncat tepat berada di sebelah papan skala lompat tegak. Atlet tersebut bersedia mengangkat sebelah tangannya setinggi-tingginya sebelum melakukan lompat. Kemudian atlet tersebut melompat setinggi-tinggi untuk meraih seberapa setinggi-tinggi jarak yang dapat diraihnya dalam satu kali lompatan stinggi-tingginya. Kemudian jarak yang diraih dikurangi dengan seberapa tinggi tangan atlet tersebut diangkat ke atas sebelum melakukan lompat.

5. Pada tahap lari 1000 m, para atlet bersiap di belakang garis start dengan posisi siap mendengar aba-aba memakai nomor dada dan mulai berlari setelah mendengar aba-aba lari dari pelatih. Pada tahap ini start yang digunakan adalah start berdiri.

3.8. Analisa Data

Data yang dikumpulkan mulai dari data para pemain sepakbola, tingkat konsumsi makanan dan keteraturan latihan, menggunakan uji statistik yaitu two sample independent t test dengan membandingkan stamina atlet sepakbola sebelum dan sesudah konsumsi suplemen extra josss pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Menggunakan rumus (Sundjana, 1992) :

tH =

n S d B/ d = 2 1 2 1 n n d d  

 

SB =

( ) 1

)

( 1 2 1 2

2 2 1 2 2 2 1      

 

n n n n d d d d n


(59)

Dan untuk uji beda tingkat konsumsi energi atlet digunakan rumus :

tH =

2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S x x   S1 2 =

 

1 1

1 2 1 2 1 1  

n n x x n

tc = t(α/2) ; dk dk =

1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1                           n n S n n S n S n S


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu

Dalam peraturan pertandingan khusus kompetisi divisi utama PSL Langkat tahun 2004, sesuai dengan pasal 3 pengertian dari divisi utama PSL Langkat adalah kesebelasan-kesebelasan yang ada di wilayah Kabupaten Langkat, yang telah mendaftarkan diri serta memenuhi persyaratan, dan telah mengikuti pertandingan Non divisi, dari putaran I dan II diwilayahnya masing-masing serta untuk mencapai terbentuknya tim PSL Langkat.

Pertandingan non divisi putaran I dan II antara lain diambil dari beberapa divisi, yang terbagi dalam 4 bagian diantaranya POOL A (Tanti Putra, Porsabi, Sewangi Putra, Bapor Pertamina Pangkalan Berandan), POOL B (Serdang United, Brimo Utama, Bina Tama, Bapor Pertamina Pangkalan Susu), POOL C (Perseisam, Putra Bima, BVC Besitang, Gabsi sei Bilah), POOL D (Putra Buana, Cokro FC, Debar Gelora, Putra Bahari).

4.2. Gambaran Para Atlet Sepakbola Divisi Utama PSL

Pemilihan atlet pada setiap divisi utama PSL harus memenuhi syarat antara lain :

1. Berkedudukan/ berstatus di luar Kabupaten Langkat tidak dibenarkan masuk anggota divisi.

2. Anggota tim merupakan hasil seleksi yang telah ditunjuk oleh pelatih PSL. 3. Setiap tim yang bertanding diwajibkan tampil rapi dengan baju dimasukkan.


(1)

Lampiran 10. Hasil Tes Lari 1000 Meter Atlet Sepakbola

No Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Pre-test Post-test Pre-test Post -test Waktu Nilai Waktu Nilai Waktu Nilai Waktu Nilai

1 3.45 4 3.15 4 4.57 3 4.57 3

2 3.50 4 3.30 4 4.05 4 4.05 4

3 4.05 4 3.50 4 4.00 4 4.00 4

4 4.20 4 3.80 4 4.12 4 4.12 4

5 3.40 4 4.00 4 3.57 4 3.57 4

6 3.20 4 3.40 4 3.40 4 3.40 4

7 3.25 4 3.00 5 4.40 3 4.40 3

8 3.15 4 3.15 4 5.20 2 5.20 2

9 3.47 4 3.20 4 5.04 3 5.04 3

10 3.25 4 3.50 4 3.50 4 3.50 4

11 3.10 5 3.30 4 4.25 4 4.30 3

12 3.50 4 3.20 4 3.47 4 3.15 4

13 3.45 4 3.50 4 3.45 4 3.50 4

14 3.30 4 3.30 4 4.00 4 4.00 4

15 4.45 3 4.00 4 3.45 4 3.15 4

16 3.20 4 2.80 5 3.14 5 3.14 5

17 3.40 4 2.90 5 4.30 3 4.30 3

18 4.50 3 4.00 4 3.47 4 3.47 4

19 4.54 3 4.30 3 3.43 3 3.50 4

20 4.56 3 4.35 3 4.53 3 4.30 3

Rata-rata

3.65 menit

4 3.48 menit

4 3.96 menit

4 3.93 menit

4 Keterangan :

1 : kurang sekali 2 : kurang 3 : sedang 4 : baik 5 : sangat baik


(2)

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Stamina Atlet Sepakbola

No Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Pre-test Post-test Pre-test Post test

Nilai Stamina Nilai Stamina Nilai Stamina Nilai Stamina

1 19 Baik 22 Baik sekali 17 Sedang 18 Baik

2 21 Baik 22 Baik sekali 20 Baik 20 Baik

3 17 Sedang 21 Baik 18 Baik 17 Sedang

4 16 Sedang 20 Baik 17 Sedang 18 Baik

5 21 Baik 21 Baik 20 Baik 19 Baik

6 20 Baik 21 Baik 20 Baik 20 Baik

7 18 Baik 20 Baik 18 Baik 17 Sedang

8 18 Baik 22 Baik sekali 17 Sedang 15 Sedang

9 15 Sedang 20 Baik 16 Sedang 14 Sedang

10 21 Baik 20 Baik 19 Baik 19 Baik

11 20 Baik 20 Baik 20 Baik 18 Baik

12 20 Baik 22 Baik sekali 21 Baik 21 Baik

13 21 Baik 21 Baik 19 Baik 20 Baik

14 20 Baik 21 Baik 20 Baik 20 Baik

15 18 Sedang 18 Baik 17 Sedang 19 Baik

16 21 Baik 22 Baik sekali 23 Baik

sekali

23 Baik

sekali 17 17 Sedang 22 Baik sekali 18 Sedang 17 Sedang

18 16 Sedang 19 Baik 17 Sedang 18 Baik

19 18 Baik 17 Sedang 17 Sedang 20 Baik

20 16 Sedang 16 Sedang 15 Sedang 16 Sedang

Rata-rata

18,65 Baik 20,20 Baik 18,45 Baik 18,45 Baik


(3)

Lampiran 12. Hasil Uji t (Beda) Tingkat Konsumsi Energi Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan (x1)

96,1 94,2 93 105,1 101,5 101,6 97,5 95,4 93,9 101,7 94,5 96,3 102,9 101,8 88,4 91,7 96,6 102,3 103.6 97.9 Kontrol

(x2)

89,7 99,5 105,1 86,9 99,0 95 105,2 93 90 98,1 99,6 98,3 95,3 97,4 105,2 92,3 93,7 95,1 96,3 96,6 n1= 20, ∑x1= 1956, ∑x12 = 191689,44 x1 = 97,8

n2 = 20, ∑x2= 1932, ∑x22 = 187229,64 x2 = 96,6

S12 =

 

1 1

1 2 1 2 1 1  

n n x x n S1 2 =

  

20 1

20 1956 44 , 191689 20 2  =

 

19 20 3825936 8 , 3833788  = 380 8 , 7852 = 20,66 S2 2 =

 

2 1

2 2 2 2 2 2  

n n x x n S2 2 =

  

1 20 20 1932 64 , 187229 20 2  =

 

19 20 8 , 3734924 8 , 3744592  = 380 8 , 7852 = 25,39 dk = 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1                           n n S n n S n S n S dk = 1 20 20 39 , 25 1 20 20 66 , 20 20 39 , 25 20 66 , 20 2 2 2                                =

 

19 283 , 1 19 033 , 1 3025 , 2 2 2 2 

  

19 65 , 1 19 067 , 1 302 , 5  = 143 , 0 302 , 5

=37,08 40

tH =

2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S x x   = 20 39 , 25 20 66 , 20 6 , 96 8 , 97   = 3025 , 2 2 , 1 = 517 , 1 2 , 1 = 0,79

tc = t(α/2) ; dk

= t(0,05/2) ; 40

= t(0,025); 40

= 2,021

Tolak Ho jika tH > tc, tH(=0,79)< tc(=2,021), Ho diterima maka tidak ada perbedaan tingkat


(4)

Lampiran 13. Hasil Uji t (Beda) Stamina Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan n1 = 20 Kelompok Kontrol n2 = 20

Pre-test

Post-test

d1 d12

Pre-test

Post-test

d2 d22

19 22 3 9 17 18 1 1

21 22 1 1 20 20 0 0

17 21 4 16 18 17 -1 1

16 20 4 16 17 17 0 0

21 21 0 0 20 19 -1 1

20 21 1 1 20 20 0 0

18 20 2 4 18 17 -1 1

19 22 3 9 17 15 -2 4

16 20 4 16 16 14 -2 4

21 20 -1 1 19 19 0 0

20 20 0 0 21 18 -3 9

20 22 2 4 21 21 0 0

21 21 0 0 19 20 1 1

20 21 1 1 20 20 0 0

18 18 0 0 17 20 3 9

21 22 1 1 23 23 0 0

17 22 5 25 18 17 -1 1

16 19 3 9 17 18 1 1

18 17 -1 1 17 20 3 9

16 16 0 0 15 16 1 1

Total ∑d1=32 ∑d22=144 Total ∑d2=-1 ∑d22=43

2 1 2 1 n n d d d   

 

= 40 ) 1 ( 32 

= 0,825

SB =

( ) 1

)

( 1 2 1 2

2 2 1 2 2 2 1      

 

n n n n d d d d n = ) 39 ( 40 )) 1 ( 32 ( ) 43 144 (

40     2

1560 ) 33 ( ) 101 (

40  2

= 1560 1089 4040 = 1560 2480

= 1,5897436=1,261 tH=

n S d B/ = 40 / 261 , 1 825 , 0 = 325 , 6 / 261 , 1 825 , 0 = 199 , 0 825 , 0 =4,146 tc = t(α/2) ; dk

= t(0,05/2); (n-1)

= t(0,025); 39 2,021

Tolak Ho jika tH > tc , tH(=4,146) > tc(=2,021)

Jadi Ho ditolak artinya ada perbedaan sebelum dan sesudah penggunaan suplemen extra joss antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.


(5)

Lampiran 14. Foto-Foto Kegiatan

Gambar 1. Alat – Alat Penelitian Gambar 2. Tempat Pelaksanaan Tes

Gambar 3. Sebelum Lari 50 meter Gambar 4. Tes Lari 50 meter


(6)

Gambar 7. Tes Gantung Angkat Bahu Gambar 8. Tiang Skala

Gambar 9. Aba-Aba Sebelum Loncat Tegak Gambar 10. Tes Loncat Tegak

Gambar 11. Pengarahan Sebelum Tes lari 1000 meter Gambar 12. Start Tes lari 1000 meter