Aktivitas Antimikroba Berbagai Jenis Ekstrak

58 kurang efektif menghambat pada temperatur 30ºC dan 35ºC.Perlakuan lainnya seperti benomyl 500 ppm, pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n- heksana dengan tween 80, tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Tabel 6. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. S13E pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15 25 30 35 1 PDA - - - - 2 S13E - +++++ +++++ +++++ 3 Air Dingin - +++++ ++++ ++++ 4 Air Panas - +++++ ++++ ++++ 5 Etil Asetat - +++++ +++ 2 34 mm +++ 2 33 mm 6 N-Heksana - +++++ ++++ ++++ 7 Benomyl 500 ppm - +++++ +++++ +++++ 8 Tween 80 + Etil Asetat - +++++ +++++ +++++ 9 Tween 80 + N-Heksana - +++++ +++++ +++++ Keterangan: 2 = Zona hambat parsial - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 1. Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Aspergillus sp. S13F dapat dilihat pada Tabel 7. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC. Hal ini ditandai 59 dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S13Fsama-sama memiliki nilai +++++. Sedangkan ekstrak air dingin pada temperatur 30ºC dan 35ºC tidak dapat menekan pertumbuhan kapang. Perlakuan lainnya seperti ekstrak air panas, ekstrak etil asetat, ekstrak n-heksana dan benomyl 500 ppm cukup efektif dan dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Tabel 7. Pertumbuhan kapangAspergillus sp. S13F pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15 25 30 35 1 PDA - - - - 2 S13F - +++++ ++++ ++++ 3 Air Dingin - +++++ ++++ ++++ 4 Air Panas - +++++ +++ +++ 5 Etil Asetat - +++++ +++ +++ 6 N-Heksana - +++++ +++ +++ 7 Benomyl 500 ppm - +++++ +++ +++ 8 Tween 80 + Etil Asetat - +++++ ++++ ++++ 9 Tween 80 + N-Heksana - +++++ +++ ++++ Keterangan: - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 2. Perlakuan pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 35ºC. Sedangkan pada temperatur 30ºC, pelarut etil asetat dengan tween 80 cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang sedangkan pelarut n- 60 heksana dengan tween 80, kurang efektif. Hal ini diduga bahwa tween 80 merupakan bahan pembantu pendispersian komponen galangal asetat yang dapat meningkatkan daya hambat komponen dari ekstrak tersebut. Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Aspergillus sp. S13G dapat dilihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC, kecuali pada ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat dapat menekan pertumbuhan kapang ini, meskipun kurang efektif menghambat. Sedangkan ekstrak air dingin, ekstrak n- heksana dan ekstrak etil asetat lengkuas pada temperatur 30ºC dan 35ºC dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang. Tetapi yang membedakan dari ketiga ekstrak ini adalah, ekstrak etil asetat lengkuas menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur pada kedua temperatur tersebut dan memiliki zona hambat total sebesar 12 mm pada temperatur 25ºC. Sedangkan pada ekstrak n-heksana lengkuas dihasilkan adanya zona hambat yang tidak dapat terukur pada temperatur 35ºC. Perlakuan ekstrak air panas dan benomyl 500 ppm kurang efektif dan tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Hal ini ditandai dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S113G sama-sama memiliki nilai ++++. Perlakuan lainnya seperti pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, tidak dapat menekan dan tdak efektif menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. 61 Tabel 8. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. S13G pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15 25 30 35 1 PDA - - - - 2 S13G - +++++ +++++ +++++ 3 Air Dingin - +++++ +++++ +++++ 4 Air Panas - +++++ ++++ ++++ 5 Etil Asetat - ++++ 1 12 mm +++ 3 +++ 3 6 N-Heksana - ++++ +++ +++ 3 7 Benomyl 500 ppm - +++++ +++++ +++++ 8 Tween 80 + Etil Asetat - +++++ +++++ ++++ 9 Tween 80 + N-Heksana - +++++ +++++ ++++ Keterangan: 1 = Zona hambat total 3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir.  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 3. Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Aspergillus sp. S11D dapat dilihat pada Tabel 9. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC. Hal ini ditandai dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S11D sama-sama memiliki nilai +++++. Sedangkan ekstrak air dingin, ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat lengkuas pada temperatur 30ºC dan 35ºC dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang. Tetapi yang membedakan dari ketiga ekstrak 62 ini adalah, ekstrak etil asetat lengkuas menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur pada kedua temperatur tersebut. Tabel 9. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. S11D pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15 25 30 35 1 PDA - - - - 2 S11D - +++++ ++++ ++++ 3 Air Dingin - +++++ +++ +++ 4 Air Panas - +++++ ++++ ++++ 5 Etil Asetat - +++++ +++ 3 +++ 3 6 N-Heksana - +++++ +++ +++ 7 Benomyl 500 ppm - +++++ ++++ ++++ 8 Tween 80 + Etil Asetat - +++++ +++ +++ 9 Tween 80 + N-Heksana - +++++ +++ +++ Keterangan: 3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 4. Perlakuan ekstrak air panas dan benomyl 500 ppm kurang efektif dan tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Hal ini ditandai dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S11D sama-sama memiliki nilai ++++. Perlakuan lainnya seperti pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Hal ini diduga 63 bahwa tween 80 merupakan bahan pembantu pendispersian komponen galangal asetat yang dapat meningkatkan daya hambat komponen dari ekstrak tersebut. Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Thielaviopsis sp. S8A1 dapat dilihat pada Tabel 10. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak air dingin dan ekstrak air panas lengkuas tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC. Hal ini ditandai dengan perlakuan kontrol negatif S8A1 dengan ekstrak air dingin dan ekstrak air panas sama-sama memiliki nilai +++++. Berbeda dengan perlakuan ekstrak etil asetat dan ekstrak n- heksana lengkuas dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC. Sedangkan pada temperatur 30ºC dan 35ºC, ekstrak air dingin lebih dapat menekan dan efektif dalam menghambat pertumbuhan kapang ini. Lain halnya dengan perlakuan ekstrak air panas yang lebih dapat menekan dan efektif menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 35ºC, namun cukup efektif menghambat pada temperatur 30ºC. Pada temperatur 30ºC dan 35ºC, perlakuan ekstrak n-heksana lebih dapat menekan dan efektif dalam menghambat pertumbuhan kapang ini, dibandingkan ekstrak etil asetat yang cukup efektif dalam menghambat. 64 Tabel 10. Pertumbuhan kapang Thielaviopsis sp. S8A1 pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15 25 30 35 1 PDA - - - - 2 S8A1 - +++++ ++++ ++++ 3 Air Dingin - +++++ ++ ++ 4 Air Panas - +++++ +++ ++ 5 Etil Asetat - ++++ +++ +++ 6 N-Heksana - ++++ ++ ++ 7 Benomyl 500 ppm - ++++ +++ 3 +++ 3 8 Tween 80 + Etil Asetat - ++++ ++++ +++ 9 Tween 80 + N-Heksana - +++ 2 20 mm ++++ ++++ 3 Keterangan: 2 = Zona hambat parsial 3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir ++ = Ekstrak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 5. Pada temperatur 25ºC, perlakuan lainnya yaitu benomyl 500 ppm dapat menekan pertumbuhan kapang ini, meskipun kurang efektif menghambat. Sedangkan pada temperatur 30ºC dan 35ºC, dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang ini, serta menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur. Selain itu, perlakuan pelarut etil asetat dengan tween 80, dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC, sedangkan pada temperatur 30ºC tidak dapat menekan pertumbuhan kapang ini, meskipun 65 keduanya kurang efektif dalam menghambat. Tetapi pada temperatur 35ºC, pelarut etil asetat dengan tween 80 dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang ini. Sedangkan pada temperatur 25ºC, pelarut n-heksana dengan tween 80 dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang ini, dengan menghasilkan zona hambat parsial sebesar 20 mm. Berbeda dengan temperatur 30ºC dan 35ºC, pelarut n-heksana dengan tween 80 sama-sama tidak dapat menekan pertumbuhan kapang ini, tetapi menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur pada temperatur 35ºC. Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Penicillium sp. S11B dapat dilihat pada Tabel 11. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak air dingin, ekstrak air panas, ekstrak n-heksana lengkuas dan benlate 500 ppm tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC, meskipun kurang efektif menghambat. Hal ini ditandai dengan perlakuan kontrol negatif S11B dengan ekstrak air dingin dan ekstrak air panas dan ekstrak n- heksana sama-sama memiliki nilai ++++. Pada temperatur 25ºC, ekstrak air panas, ekstrak n-heksana lengkuas, benomyl 500 ppm mampu menekan pertumbuhan kapang ini walaupun kurang efektif menghambat, tetapi tidak pada ekstrak air dingin lengkuas, pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80. Berbeda dengan perlakuan ekstrak etil asetat lengkuas mampu menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC. 66 Tabel 11. Pertumbuhan kapang Penicillium sp. S11B pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15ºC 25ºC 30ºC 35ºC 1 PDA - - - - 2 S11B - +++++ ++++ ++++ 3 Air Dingin - +++++ ++++ ++++ 4 Air Panas - ++++ ++++ ++++ 5 Etil Asetat - +++ +++ +++ 6 N-Heksana - ++++ ++++ ++++ 7 Benomyl 500 ppm - ++++ ++++ ++++ 8 Tween 80 + Etil Asetat - +++++ +++++ + 9 Tween 80 + N-Heksana - +++++ +++++ 2 24 mm ++++ 3 Keterangan: 2 = Zona hambat parsial 3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir + = Ekstrak sangat efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 6. Pada temperatur 30ºC perlakuan lainnya yaitu pelarut etil asetat dengan tween 80 tidak dapat menekan pertumbuhan kapang ini, meskipun kurang efektif menghambat. Berbeda pada temperatur 35ºC, pelarut etil asetat dengan tween 80 lebih dapat menekan dan sangat efektif menghambat pertumbuhan kapang ini. Selain itu, perlakuan pelarut n-heksana dengan tween 80, tidak dapat menekan pertumbuhan kapang, tetapi memiliki zona hambat parsial sebesar 24 mm pada temperatur 30ºC. Sedangkan pada temperatur 35ºC, pelarut n-heksana dengan 67 tween 80 juga tidak dapat menekan dan kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang ini, dengan menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur. Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap khamir Saccharomyces sp. S10B dapat dilihat pada Tabel 12. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak air dingin dan ekstrak air panas lengkuas tidak dapat menekan pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC. Hal ini ditandai dengan perlakuan kontrol negatif S10B dengan ekstrak air dingin dan ekstrak air panas sama-sama memiliki nilai ++++. Masing-masing pemberian pelarut etil asetat dan n-heksana pada ekstrak lengkuas dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºCdan 35ºC. Sedangkan pada suhu 30ºC, ekstrak etil asetat cukup efektif dan ekstrak n-heksana sangat efektif menghambat pertumbuhan khamir. Perlakuan lainnya yaitu benomyl 500 ppm cukup efektif menghambat pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC, serta menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur pada temperatur 30ºC. Selain itu, perlakuan pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, kurang efektif pada temperatur 25ºC dan 30ºC. Pada temperatur 35ºC, pelarut n- heksana dengan tween 80 menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur tetapi kurang efektif menghambat. Sedangkan pada pelarut etil asetat dengan tween 80 cukup efektif menghambat pertumbuhan khamir. 68 Tabel 12. Pertumbuhan khamir Saccharomyces sp. S10B pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15 25 30 35 1 PDA - - - - 2 S10B - ++++ ++++ ++++ 3 Air Dingin - ++++ ++++ ++++ 4 Air Panas - ++++ ++++ ++++ 5 Etil Asetat - +++ +++ +++ 6 N-Heksana - +++ ++ +++ 7 Benomyl 500 ppm - ++++ +++ 3 +++ 8 Tween 80 + Etil Asetat - ++++ ++++ +++ 9 Tween 80 + N-Heksana - ++++ ++++ ++++3 Keterangan: 3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur. - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir ++ = Ekstrak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 7. Perlakuan lainnya yaitu benomyl 500 ppm cukup efektif menghambat pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC, serta menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur pada temperatur 30ºC. Selain itu, perlakuan pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, kurang efektif pada temperatur 25ºC dan 30ºC. Pada temperatur 35ºC, pelarut n- heksana dengan tween 80 menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur 69 tetapi kurang efektif menghambat. Sedangkan pada pelarut etil asetat dengan tween 80 cukup efektif menghambat pertumbuhan khamir. Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap khamir Rhodotorula sp. S11A1 dapat dilihat pada Tabel 13. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak air dingin lengkuas mampu menekan pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC, meskipun kurang efektif. Hal ini ditandai dengan perlakuan kontrol negatif S11AI nilainya +++++ , sedangkan ekstrak air dingin memiliki nilai ++++. Perlakuan ekstrak air panas dapat menekan pertumbuhan khamir pada temperatur 30ºC dan 35ºC, meskipun kurang efektif. Kurang efektifnya dalam menekan pertumbuhan khamir ini, diduga karena konsentrasi ekstrak lengkuas rendah. Masing-masing pemberian pelarut etil asetat dan n-heksana pada lengkuas dapat lebih menekan pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC. Pada perlakuan lainnya yaitu benomyl 500 ppm, pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, kurang efektif. Namun perlakuan benomyl 500 ppm menghasilkan zona hambat total pada temperatur 30ºC dan 35ºC sebesar 22 mm dan 16 mm. Sedangkan perlakuan pelarut n- heksana dengan tween 80 terbentuk adanya zona hambat parsial pada temperatur 30ºC sebesar 13 mm. Hal ini diduga bahwa tween 80 merupakan bahan pembantu pendispersian komponen galangal asetat yang dapat meningkatkan daya hambat komponen dari ekstrak tersebut. 70 Tabel 13. Pertumbuhan khamir Rhodotorula sp. S11A1 pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15 25 30 35 1 PDA - - - - 2 S11A1 - +++++ +++++ +++++ 3 Air Dingin - ++++ ++++ ++++ 4 Air Panas - +++++ ++++ ++++ 5 Etil Asetat - + + + 6 N-Heksana - +++ + - 7 Benomyl 500 ppm - ++++ +++ 1 22 mm +++ 1 16 mm 8 Tween 80 + Etil Asetat - ++++ ++++ ++++ 9 Tween 80 + N-Heksana - ++++ ++++ 2 13 mm ++++ Keterangan: 1 = Zona hambat total 2 = Zona hambat parsial - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir + = Ekstrak sangat efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 8. Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Streptomyces sp. S11A3 dapat dilihat pada Tabel 14. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC, kecuali pada ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat dapat menekan pertumbuhan kapang ini, meskipun kurang efektif menghambat. Sedangkan ekstrak air panas, ekstrak n- heksana dan ekstrak etil asetat lengkuas pada temperatur 30ºC dan 35ºC dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang. Tetapi yang 71 membedakan dari ketiga ekstrak ini adalah, ekstrak etil asetat lengkuas menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur pada temperatur 25ºC. Tabel 14. Pertumbuhan kapang Streptomyces sp. S11A3 pada berbagai perlakuan No. Perlakuan Temperatur ºC 15 25 30 35 1 PDA - - - - 2 S11A3 - +++++ +++++ +++++ 3 Air Dingin - +++++ +++++ +++++ 4 Air Panas - +++++ +++ +++ 5 Etil Asetat - ++++ 3 +++ +++ 6 N-Heksana - ++++ +++ +++ 7 Benomyl 500 ppm - +++++ +++++ +++++ 8 Tween 80 + Etil Asetat - +++++ ++++ ++++ 9 Tween 80 + N-Heksana - +++++ ++++ ++++ Keterangan: 3 = Zona hambat parsial - = Tidak adanya pertumbuhan kapang khamir +++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir ++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir +++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang khamir  Pembentukan zona hambat Lihat lampiran 9. Perlakuan lainnya seperti benomyl 500 ppm tidak efektif dan tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Hal ini ditandai dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S11A3 sama-sama memiliki nilai +++++. Perlakuan lainnya seperti pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, mampu menekan tetapi kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. 72

4.4. Hubungan Antara Bahan Aktif dan Daya Hambat

Tabel 15. Hubungan antara daya hambat dengan konsentrasi ACA Keterangan : : Rusmarilin, 2003 : Hernani, et al. 2007 . Dari hasil penelitian Rusmalin 2003 dan Hernani et al., 2007, bila dihubungkan dengan hasil penelitian ini dengan metode yang sama, maka meningkatnya ACA juga berpotensi meningkatkan daya hambat mikroba. Hasil analisis senyawa aktif dengan GC-MS Rusmarilin 2003 dan Hernani et al., 2007, menunjukkan bahwa kandungan 1’-asetoksikhavikol asetat ACA dari rimpang lengkuas merah yang tertinggi adalah ekstrak etil asetat sebesar 1,62 dan ekstrak n-heksana sebesar 0,88. ACA mudah larut dalam pelarut semipolar seperti etil asetat, yang ditunjukkan bahwa s enyawa 1’-asetoksikhavikol asetat lebih mudah larut dalam pelarut organik yang polaritasnya rendah dibandingkan dalam pelarut polar Winarti et al., 2007. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terdeteksinya adanya No. Sampel Ʃ Daya Hambat ACA 1 Ekstrak Air Dingin Lengkuas 4 - 2 Ekstrak Air Panas Lengkuas 6 - 3 Ekstrak Etil Asetat Lengkuas 21 1,62 4 Ekstrak N-Heksana Lengkuas 15 0,88 5 Benomyl 500 ppm 8 73 senyawa 1’-asetoksikhavikol asetat didalam ekstrak air lengkuas merah Mahae dan Siree, 2009. Hasil kandungan ACA pada Tabel 14 dihubungkan dengan Tabel 4 mengenai total fenol, maka ada kaitan diantara kedua senyawa tersebut. Hal ini ditunjukkan bahwa meningkatnya total fenol sejalan dengan meningkatnya konsentrasi 1’-asetoksikhavikol asetat ACA, yaitu keduanya mampu meningkatkan daya hambat mikroba. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak rimpang lengkuas mampu menghambat pertumbuhan mikroba indigenous pada buah salak. Mikroba yang dihasilkan dari isolasi buah salak busuk adalah Aspergillus sp, Thielaviopsis sp, Penicillium sp, Saccharomyces sp, Rhodotorula sp, dan Streptomyces sp. 2. Jenis ekstrak dan suhu inkubasi mempengaruhi pertumbuhan kapangkhamir perusak buah salak. Ekstrak terbaik dalam menghambat pertumbuhan kapang khamir adalah ekstrak etil asetat. 3. Kandungan senyawa fenol paling tinggi yaitu 1110,3 ppm GAE pada ekstrak air panas, lalu ekstrak etil asetat sebesar 746, 3 ppm GAE, ekstrak air dingin sebesar 733,6 ppm GAE dan ekstrak n-heksana sebesar 293, 4 ppm GAE.

5.2. Saran

1. Pemurnian ekstrak dengan metode kromatografi.

2. Identifikasi senyawa aktif dalam ekstrak terbaik dengan menggunakan GC-MS. 3. Uji genotif mikroba untuk mengkarakterisasi melalui identifikasi suatu gen 16 SRNA.