Visi Perbandingan Sistem ANALISA DAN PERANCANGAN

2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. 3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional. SK Nomor : 17KptsDir2009 tanggal 9 Januari 2009.

4.1.2 Maksud dan Tujuan Perum Perhutani

1

4.1.2.1 Maksud

a. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan memupuk keuntungan. b. Menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari aspek ekologi, sosial, budaya, dan ekonomi, bagi perusahaan dan masyarakat, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional dengan 1 http:www.perumperhutani.comindex.php?option=com_contenttask=viewid=12Itemid=2 9 [ 29 September 2009, Pukul 09.33 ] . 87 berpedoman kepada rencana pengelolaan hutan yang disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang kehutanan.

4.1.2.2 Tujuan

Turut serta membangun ekonomi nasional khususnya dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang kehutanan.

4.1.2.3 SUSUNAN DIREKSI

DAN DEWAS PENGAWAS Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN nomor KEP-75MBU2008 tanggal 28 April 2008 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perum Perhutani, maka susunan Direksi Perum Perhutani sebagai berikut : Plt. Direktur Utama • Dr. Ir. Upik Rosalina Wasrin, DEA Direktur Perencanaan Pengelolaan Hutan • Ir. Haryono Kusumo Direktur Pemasaran Industri • Ir. Achmad Fachrodji, MM Direktur Keuangan • ANS Kosasih, SE MM 88 Direktur SDM Umum • Dr. Ir. Upik Rosalina Wasrin, DEA Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia nomor KEP-31MBU2004 tanggal 16 Maret 2004, nomor KEP-119MBU2006 tanggal 29 Nopember 2006, nomor KEP-69MBU2007 tanggal 30 April 2007 dan nomor KEP-151MBU2007 tanggal 19 Juli 2007, susunan Dewan Pengawas Perum Perhutani adalah : Ketua • DR. Ir. Muslimin Nasution, APU Anggota • DR. Ir. Harianto • DR. Maurin Sitorus, SH • Dr. Ir. Boni Siahaan • Dr. Ir. Boen M. Purnama • Ir. Lex Laksamana Zainal, LAN • Dr. H. Soekarwo • Ir. Sri Puryono, KS, MS Sekretaris • Drs. Hendradi Gunarso, M 89

4.2 Analisis Requirement Planning

4.2.1 Kegiatan Inventarisasi Hutan

Kegiatan inventarisasi hutan merupakan salah satu kegiatan dari kegiatan tata hutan yang dilakukan oleh pihak Perum Perhutani. inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang potensi hutan dan lingkungan sekitarnya secara lengkap. Risalah hutan atau inventarisasi hutan dilakukan oleh pertugas yang mampu melaksanakan risalah hutan berdasarkan SK Kepala Biro Renbang Perusahaan. Adapun bagan dari kegiatan Tata Hutan adalah sebagai berikut Gambar 4.1 : Bagan Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani Panduan Praktis Inventarisasi Hutan dan RPKH 90

4.2.1 Analisis Alur Kerja Sistem Berjalan

Analisis sistem yang sudah berjalan dan dilakukan oleh Perum Perhutani adalah sebagai berikut; Gambar 4.2 : Bagan Sistem berjalan Data Diolah Penulis 91 Keterangan: 1. Proses yang pertama kali dilakukan adalah BKPH bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan melakukan Ground Checking yang pelaksanaannya bekerja sama dengan RPH Resort Pemangkuan Hutan untuk setiap wilayah kerjanya masing-masing. 2. Hasil Ground Checking diberikan kepada KPH Kesatuan Pemangkuan Hutan oleh BKPH, setelah itu dilakukan pengarsipan dokumen oleh KPH, dokumen pertama 1 di simpan oleh KPH dan dokumen kedua 2 diberikan kepada SPH Satuan Perencanaan Hutan. 3. Data yang diperoleh oleh SPH kemudian diolah untuk mendapatkan dan menentukan peta batas wilayah. Hasil peta batas wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah mendapatkan data peta batas wilayah memberikan data peta wilayah terserbut kepada BKPH, hal ini dimaksudkan agar BKPH dapat melanjutkan proses selanjutnya yaitu pembuatan dokumen narasi dari peta batas wilayah. 4. Dokumen narasi yang telah dibuat dilakukan pengarsipan dokumen untuk BKPH itu sendiri, dan melakukan pendistribusian kepada RPH. 5. Pihak RPH yang telah mendapatkan dokumen narasi melakukan proses pembuatan peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang dibuat oleh pihak RPH merupakan acuan untuk melakukan 92 inventarisasi hutan atau risalah hutan terhadap area kerja masing- masing RPH. 6. Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan pencatatan melalui form tally sheet secara manual yang kemudian dikirimkankan kepada BKPH. BKPH kemudian memberikan kepada KPH. Dan KPH memberikannya kepad SPH. 7. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah dan dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi SISDH-PDE. Hasil data pengolahan inventarisasi hutan diperlukan sebagai bahan acuan untuk membuat dan menyusun RPKH Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan. 8. Data hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH ditambahkan dengan peta yang kemudian di distribusikan kepada masing KPH, BKPH dan RPH.

4.2.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian singkat serta flowchart sistem yang sedang berjalan di Perum Perhutani unit III, maka dapat diidentifikasikan kelemahan-kelemahan dari sistem yang sedang berjalan ini, yaitu : 1. Informasi mengenai data risalah hutan dan data hasil ground checking yang diarsipkan sangat rentan terhadap resiko kehilangan data yang dapat disebabkan oleh print-out yang hilang, rusak, basah, maupun robek. 93 2. Dari sisi ke-praktisannya, para pekerja KPH,BKPH dan RPH harus selalu membawa dokumen hasil risalah untuk melihat hasil inventarisasi hutan yang dimiliki masing-masing bagian. 3. SPH harus membagikan data-data ke seluruh bagian berupa hardcopy. Dari sisi ekonomi, hal ini dinilai lebih boros dibandingkan dengan sistem yang terkomputerisasi. 4. Untuk mencari data-data daerah tertentu, baik KPH, BKPH maupun RPH harus mencari dan meminta kepada SPH dokumen yang telah diarsipkan. Hal ini tentu saja dapat menyulitkan semua pihak. 5. Pihak KPH akan kerepotan dalam mengumpulkan serta mengorganisir data dari BKPH dan RPH. 6. Adanya kemungkinan BKPH dan RPH tidak mendapatkan data peta batas wilayah yang sesuai, dan mereka memakai data yang lama untuk melakukan risalah. Dengan begitu data yang di dapatkan tidaklah sinkron dengan data yang ada di SPH.

4.2.3 Uraian Singkat Alur Kerja Sistem yang Diusulkan

Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengimplementasian sistem yang telah berjalan tersebut, penulis bermaksud mengusulkan sebuah sistem alternatif untuk pengorganisasian dan pensinkronasisasian data atribut dan data spasial dari hasil risalah yang berbasis komputer. Pada 94 pengembangannya, penulis melakukan studi kasus pada Perum Perhutani Unit III, SPH I Bogor, dengan kelas perusahaan Acacia Mangium namun pada kenyataannya sistem yang diusulkan ini nantinya dapat juga diimplementasikan pada Perum Perhutani di unit dan kelas perusahaan yang berbeda. Usulan sistem yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Bagian SPH di dalam sistem ini berperan sebagai admin yang bertugas untuk menetapkan format siapa saja yang berhak melakukan akses ke dalam sistem, dalam hal ini adalah para user di BKPH dan KPH. Admin juga dapat melakukan pemasukan data atribut dan data spasial. 2. User di KPH dan BKPH merupakan user yang memiliki user account di dalam sistem, yang ditentukan oleh admin di SPH. User di KPH dan BKPH memiliki kewenangan untuk mengisi dan mengubah data atribut dan data spasial masing-masing daerah. 3. RPH berada pada tingkatan terbawah di dalam sistem. Setelah data dimasukkan, maka RPH dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan. 4. Data-data yang telah berada di dalam sistem juga dapat dibuat reportnya dalam format PDF, DOC maupun di cetak langsung. 5. Format pelaporan sudah diseragamkan dengan memakai format dari departemen kehutanan. 95 Gambar flowchart dari sistem yang penulis usulkan ini adalah sebagai berikut : Gambar 4.3 : Bagan Sistem Usulan Gambar diolah penulis 96 Keterangan : 1. Ground checking dilakukan oleh BKPH dan RPH, hasil dokumen ground checking diberikan kepada pihak KPH untuk dilakukan pengarsipan. 2. Setelah dilakukan pengarsipan. Dokumen tersebut di berikan kepada pihak SPH. Dokumen tersebut merupakan data yang akan diproses untuk menentukan dan membuat peta batas wilayah. 3. Peta batas wilayah yang sudah dibuat di distribusikan kepada KPH, BKPH, RPH. Dengan begitu kesalahan data di karenakan ridak adanya keseragaman peta dapat diminimalisir. 4. Pada proses penentuan dan pembuatan data peta batas wilayah, data tersebut juga diinputkan kedalam database inventarisasi hutan oleh pihak SPH. 5. Peta batas wilayah yang didapatkan oleh RPH merupakan bahan acuan bagi mereka untuk melakukan kegiatan inventarisasi hutan. Hasil pencatatan inventarisasi hutan dibuat atau dimasukan kepada form standard Perum Perhutani yang dinamakan tally sheet. 6. Setelah hasil risalah tersebut di dapatkan. Data tersebut kemudian diberikan kepada BKPH yang kemudian memberikannya kepada KPH. 97 7. Pihak KPH kemudian melakukan penginputan ke dalam database inventarisasi hutan sesuai dengan wilayah kerjanya masing- masing. 8. Data yang telah diinputkan kemudian diolah sebagai data penunjang penyusunan RPKH. RPKH yang telah jadi kemudian didistribusikan kepada KPH, BKPH, RPH. Pada sistem yang diusulkan ini, penulis menggunakan Unified Modelling Language UML dalam perancangannya. Diagram- diagram UML yang digunakan yaitu Use Case Diagram, Class Diagram, Activity Diagram, dan Sequence diagram.

4.3 Perbandingan Sistem

Tabel 4.1 : Perbandingan sistem berjalan, penelitian sebelumnya dan sistem usulan Sistem Berjalan Peneltian Sebelumnya Sistem Usulan Kelemahan - Tidak terintegrasi dengan data spasial - Belum client server - Tidak terintegrasi dengan data spasial Belum terintegrasi dengan aplikasi PDE hutan yang dimiliki oleh perum perhutani Kelebihan - Sudah terintegrasi dengan aplikasi PDE hutan lainnya yang dimiliki oleh perum perhutani - Adanya data customer sebagai bagian aplikasi pemasaran hasil hutan - Sudah terintegrasi dengan data spasial - Client server sehingga dapat mempercepat proses penginputan data 98

4.4 Studi Feasibilitas

a. Feasibilitas Ekonomi

Jika ditinjau dari studi kelayakan sistem pada sisi ekonomi, sistem yang penulis kembangkan merupakan alternatif dari sistem yang telah berjalan, kelebihan sistem ini adalah mampu mensinkronisasikan data atribut dengan data spasial yang dimiliki oleh Perum Perhutani. Dengan mengimplementasikan sistem ini maka perubahan proses pekerjaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani akan mampu menghemat kebutuhan dana operasional, Dari sisi ekonomis, hal ini menjadi salah satu faktor penghematan biaya.

4.2.2 Feasibilitas Teknis

Dari sisi teknis, kinerja sistem yang penulis kembangkan telah dapat dibuktikan kestabilannya dalam menangani banyak data, yang dapat dilihat pada lampiran pengujian lapangan. Dengan memakai sistem ini pula maka

4.4.1 Feasibilitas Legal

Pada pengembangan sistem ini, penulis melakukan penelitian pada Perum Perhutani Unit III, SPH I Bogor, BKPH Parung Panjang. Oleh karena itu, legalitas sistem ini sendiri telah teruji di instansi yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran pengujian. 99

4.5 Perancangan Sistem yang Diusulkan

4.5.1 Perancangan aplikasi

a. Penentuan Actor

Pada sistem yang diusulkan ini, penulis memisahkan Actor menjadi 3 tiga tingkatan, yaitu admin SPH, forester, dan user. Wewenang masing-masing aktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Admin Admin merupakan aktor yang menempati tingkatan tertinggi pada sistem. Admin memiliki wewenang yaitu : 1. Memasukkan data atribut dan data spasial. 2. Melakukan perubahan data atribut dan data spasial. 3. Melakukan penghapusan data atribut dan data spasial yang tidak diperlukan. 4. Melihat survey data atribut dan data spasial yang telah tersimpan. 5. Melakukan penambahan user account. Melakukan perubahan terhadap user account tertentu. Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan status aktif tidaknya user account tersebut. 6. Melakukan penghapusan terhadap user account tertentu. 7. Melakukan export atau menyimpan laporan yang berisikan informasi data atribut dan data spasial wilayah tertentu. 100