2. Kabupaten Tangerang : 1.351,66 Ha.
3. Kabupaten Bekasi : 10.481,15 Ha.
Penentuan Kelas Perusahaan KP di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Bogor di lakukan dengan pertimbangan
kesesuaian lahan dan jenis tanaman dominant yang terdiri dari: - Kelas Perusahaan Accacia Mangium : 5.397,24 Ha.
- Kelas Perusahaan Meranti : 8.822,33 Ha.
- Kelas Perusahaan Pinus : 9.438,80 Ha.
- Kelas Perusahaan Payau : 11.832,81 Ha.
- Lain-lainbelum ditanam : 18.260,73 Ha.
Jumlah : 53.751,91 Ha.
c. Keadaan Lapangan
1. Topografi
Kawasan hutan kelas perusahaan Acacia Mangium KPH Bogor memiliki konfigurasi lapangan yang sebagian
besar relatif datar sampai dengan landai, dengan kemiringan lapangan bervariasi mulai dari datar 0-8 dan kemiringan
curam 15-20 terutama pada beberapa lokasi dekat batas hutan dan sungai secara umum memenuhi kriteria kawasan
yang cocok untuk produksi kayu.
69
2. Iklim
Ditinjau dari banyak curah hujan maka wilayah hutan KPH Bogor berdasarkan tipe iklim Schimdt Ferguson
terbagi dalam beberapa tipe curah hujan, yaitu: a. Bagian utara termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan
tahunan rata-rata sebesar 1.000 mmtahun, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100
mmbulan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 300 mmbulan.
b. Bagian tengah termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan tahunan sebesar 3.000 mmtahun, dengan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100 mmbulan dan curah hujan tertinggi pada bulan Februari
sebesar 540 mmbulan. c. Bagian selatan termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan
tahunan sebesar 4.000 mmtahun, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 200 mmbulan
dan curah hujan tertinggi pada bulan Februari sebesar 550 mmbulan.
Menurut Schimdt Ferguson 1951, kriteria bulan basah, bulan lembab dan bulan adalah sebagai berikut;
a. Bulan basah, dengan curah hujan : 100 mmbulan 70
b. Bulan lembab, dengan curah hujan : 60-100 mmbulan c. Bulan kering, dengan curah hujan : 60 mmbulan
Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering, maka di tetapkan tipe iklim di Indonesia dengan
mempergunakan rumus nilai Q adalah sebagi berikut:
Jumlah rata-rata bulan kering Q =
x 100 Jumlah rata-rata bulan basah
Berdasarkan besarnya nilai Q tersebut maka tipe iklim terbagi menjadi:
a. Tipe iklim A, dengan nilai Q = 0.00 – 14.30
b. Tipe iklim B, dengan nilai Q = 14.30 – 33.30
c. Tipe iklim C, dengan nilai Q = 33.30 – 60.00
d. Tipe iklim D, dengan nilai Q = 60.00 – 100.00
e. Tipe iklim E, dengan nilai Q = 100.00 – 167.00
f. Tipe iklim F, dengan nilai Q = 167.00 – 300.00
g. Tipe iklim G, dengan nilai Q = 300.00 – 700.00
h. Tipe iklim H, dengan nilai Q = 700.00
3. Penentuan Kelas Hutan
Penentuan Kelas Hutan Tanaman Acacia Mangium berpedoman kepada petunjuk teknis yang baku, yaitu SK
Direktur Jenderal Kehutanan No.143KptsDJ1974, tanggal 71
10 oktober 1974 Tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian
Hutan, khusus Kelas Perusahaaan Tebang Habis Jati. Serta Petunjuk Kerja Inventarisasi Sumber Daya Hutan Khusus
Kelas Perusahaan Acacia Mangium yang diterbitkan Biro Perencanaan Dan Pengembangan Perusahaan PT. Perhutani
Unit III Jawa Barat dan Banten Tahun 2001. Beberapa pertimbangan dalam penentuan kelas hutan antara
lain: - Jenis tegakan tahun tanam
- Penggunaan dan keadaam alam - Keluasan ideal
- Volume standar untuk hutan alam - Bonita
- KBD - Kombinasi umur,KBD,DKN
- Fungsi kawasan - Efektivitas pengelolaan
Berdasarkan hal ini diatas, semua hutan tanaman Acacia Mangium yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut
dipisah-pisahkan kedalam Kelas Umur KU, dengan masing-masing kelas umur mempunyai interval 1 satu
72
tahunan Panca Warsa. Pertimbangan tersebut juga berlaku untuk kelas hutan lainnya diluar mempertimbangkan hal-hal
tersebut diatas. Untuk Kelas Umur KU ditentukan dengan batasan-batasan sebagai berikut:
- Tanaman Acacia Mangium yang memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu dipisahkan ke dalam 10 sepuluh kelas umur KU.
- Tanaman Acacia Mangium dimasukan kedalam kelas hutan KU I satu sampai dengan X sepuluh jika
tumbuhnya, kualitas batang dan Kepadatan Bidang Dasar KBD memberi jaminan perkembangan
selanjutnya yang masih memuaskan dengan umur 10 sepuluh tahun dengan kriteria Kepadatan Bidang
Dasar KBD 0,50 atau KBD: 0,21 – 0,49 dengan DKN 0,50.
- Tanaman Acacia Mangium yang berumur 10 tahun diatas daur dengan kondisi baik atau sudah waktunya
untuk ditebang dimasukan ke dalam kelas hutan Masak Tebang MT dengan batasan KBD 0.50, sedangkan
jika tanaman tidak memuaskan atau tidak ada harapan mempunyai riap dimasukan ke dalam kelas hutan
Miskin Riap MR dengan KBD: 0,21 – 0.49. 73
3.1.2 Perangkat Penelitian
Perangkat yang digunakan dalam pengembangan aplikasi ini adalah sebagai berikut:
a. Hardware atau Perangkat keras: • Intel Pentium IV 2,40 GHz
• RAM 256 MB • Harddisk 20 GB
• CD ROM b. Software atau Perangkat lunak
• Windows XP SP 2 • ArcView 3.3
• Visual Basic 6.0 •
SQL Server 2000 Microsoft
Map Objects 2.2 Data Dyna
• •
mics Active Reports 2.0
74
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Berikut adalah deskripsi lokasi dan waktu penelitian dalam pengembangan aplikasi sistem inventarisasi hutan:
Lokasi Penelitian : Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten,
Seksi Perencanaan Hutan SPH I Bogor Waktu Penelitian
: 20 Juni 2009 sampai 20 Agustus 2009 Alamat :
Jl. Siliwangi
No. 19, Bogor 16142. Tlp. 0251 323482, fax. 0251323484
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Studi Pustaka
Pada tahapan pengumpulan data dengan cara studi pustaka, penulis mencari referensi-referensi yang relevan dengan objek yang
akan diteliti. Pencarian referensi dilakukan di perpustakaan, toko buku, maupun secara online melalui internet. Informasi yang
didapatkan digunakan dalam penyusunan landasan teori, metodologi penelitian serta pengembangan aplikasinya secara langsung. Adapun
studi pustaka yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen teknis diantaranya adalah :
1. UU RI No. 41 tahun 1999, Tentang Kehutanan 2. UU No.411999 pasal 21, Tentang Pengelolaan hutan
75
3. PP 302003 Pasal 3 ayat 1, Tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara Perum Perhutani.
4. SK Dirjen Kehutanan No. 143KptsDJI1974 Tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan RPKH
5. Panduan Praktis Inventarisasi Hutan dan Penyusunan RPKH SPH I Bogor, Unit III Jawa Barat dan Banten, Perum Perhutani
6. Buku RPKH-PDE Kelas Perusahaan Accacia Mangium Untuk selengkapnya dapat dilihat pada daftar pustaka.
3.3.2. Observasi
Guna mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan sistem system requirements penulis melakukan pengumpulan data dengan
cara observasi di tempat penelitian, Penulis melakukan observasi pada: Hari
: Jum’at 19 Juni 2009 Tempat
: Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Sistem yang berjalan tidak mempunyai kemampuan untuk mengintegrasikan data spasisal dengan data atribut secara
langsung.
76