4.2.1 Analisis Alur Kerja Sistem Berjalan
Analisis sistem yang sudah berjalan dan dilakukan oleh Perum Perhutani adalah sebagai berikut;
Gambar 4.2 : Bagan Sistem berjalan
Data Diolah Penulis
91
Keterangan: 1. Proses yang pertama kali dilakukan adalah BKPH bagian
Kesatuan Pemangkuan Hutan melakukan Ground Checking yang pelaksanaannya bekerja sama dengan RPH Resort Pemangkuan
Hutan untuk setiap wilayah kerjanya masing-masing.
2. Hasil Ground Checking diberikan kepada KPH Kesatuan Pemangkuan Hutan oleh BKPH, setelah itu dilakukan
pengarsipan dokumen oleh KPH, dokumen pertama 1 di simpan oleh KPH dan dokumen kedua 2 diberikan kepada SPH Satuan
Perencanaan Hutan.
3. Data yang diperoleh oleh SPH kemudian diolah untuk mendapatkan dan menentukan peta batas wilayah. Hasil peta
batas wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah mendapatkan data peta batas wilayah memberikan data peta
wilayah terserbut kepada BKPH, hal ini dimaksudkan agar BKPH dapat melanjutkan proses selanjutnya yaitu pembuatan dokumen
narasi dari peta batas wilayah.
4. Dokumen narasi yang telah dibuat dilakukan pengarsipan dokumen untuk BKPH itu sendiri, dan melakukan pendistribusian
kepada RPH.
5. Pihak RPH yang telah mendapatkan dokumen narasi melakukan proses pembuatan peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang
dibuat oleh pihak RPH merupakan acuan untuk melakukan
92
inventarisasi hutan atau risalah hutan terhadap area kerja masing-
masing RPH.
6. Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan pencatatan melalui form tally sheet secara manual yang kemudian
dikirimkankan kepada BKPH. BKPH kemudian memberikan
kepada KPH. Dan KPH memberikannya kepad SPH.
7. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah dan dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi
SISDH-PDE. Hasil data pengolahan inventarisasi hutan diperlukan sebagai bahan acuan untuk membuat dan menyusun
RPKH Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan.
8. Data hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH ditambahkan dengan peta yang kemudian di distribusikan kepada
masing KPH, BKPH dan RPH.
4.2.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian singkat serta flowchart sistem yang sedang berjalan di Perum Perhutani unit III, maka dapat diidentifikasikan
kelemahan-kelemahan dari sistem yang sedang berjalan ini, yaitu : 1. Informasi mengenai data risalah hutan dan data hasil ground
checking yang diarsipkan sangat rentan terhadap resiko kehilangan data yang dapat disebabkan oleh print-out yang
hilang, rusak, basah, maupun robek.
93
2. Dari sisi ke-praktisannya, para pekerja KPH,BKPH dan RPH harus selalu membawa dokumen hasil risalah untuk melihat
hasil inventarisasi hutan yang dimiliki masing-masing bagian. 3. SPH harus membagikan data-data ke seluruh bagian berupa
hardcopy. Dari sisi ekonomi, hal ini dinilai lebih boros dibandingkan dengan sistem yang terkomputerisasi.
4. Untuk mencari data-data daerah tertentu, baik KPH, BKPH maupun RPH harus mencari dan meminta kepada SPH dokumen
yang telah diarsipkan. Hal ini tentu saja dapat menyulitkan semua pihak.
5. Pihak KPH akan kerepotan dalam mengumpulkan serta mengorganisir data dari BKPH dan RPH.
6. Adanya kemungkinan BKPH dan RPH tidak mendapatkan data peta batas wilayah yang sesuai, dan mereka memakai data yang
lama untuk melakukan risalah. Dengan begitu data yang di dapatkan tidaklah sinkron dengan data yang ada di SPH.
4.2.3 Uraian Singkat Alur Kerja Sistem yang Diusulkan
Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengimplementasian sistem yang telah berjalan tersebut,
penulis bermaksud mengusulkan sebuah sistem alternatif untuk pengorganisasian dan pensinkronasisasian data atribut dan data
spasial dari hasil risalah yang berbasis komputer. Pada
94