11
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Semiotika Charles Sanders Peirce
Istilah semiotik diperkenalkan oleh Hippocrates 460-377 SM, penemu ilmu medis Barat, seperti ilmu gejala-gejala.
1
Gejala menurut Hippocrates merupakan Semeion yang dalam bahasa Yunani berarti tanda. Tanda itu sendiri
didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya. Dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau
kapasitas.
2
Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederatan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
sebagai tanda Eco, 1976: 6
3
. Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial, memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang
memiliki unit dasar dengan „tanda’. Eco menyebut tanda sebagai suatu „kebohongan’. Menurut Eco pada prinsipnya semiotika adalah sebuah disiplin
yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Definisi ini meskipun agak aneh secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep
dusta di dalam wacana semiotika, sehigga dusta tampaknya menjadi prinsip utama
1
Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari Yogyakarta: Jalasutra, 2012, h. 6.
2
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011, h. 5.
3
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011, h. 7.
semiotika. Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda.
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda represantemen, berfungsinya tanda dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi
seseorang berarti sesuatu yang lain. Menurut Peirce tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu Eco, 1979 :15. Tanda
akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut sebagai objek. Semiotika memiliki tiga wilayah kajian
4
: 1.
Tanda. Wilayah ini meliputi kajian mengenai jenis tanda yang berbeda,
cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam menghasilkan makna, dan cara tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya.
2.
Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi.
3.
Budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi.
Peirce merujuk bagan tiga dimensi ini sebagai ke-pertamaan, ke-duaan, dan ke-tigaan. Tanda mulai sebagai struktur sensorik, yaitu sebagai sesuatu yang
dibuat untuk mensimulasi objek dalam kerangka properti sensoriknya. Kemudian tanda digunakan oleh pengguna tanda untuk membangun koneksi dengan objek,
bahkan jika objek aktualnya tidak hadir untuk dipersepsi indera =ke-duaan. Terakhir, tanda itu sendiri menjadi sumber pengetahuan mengenai dunia, saat ia
memasuki dunia budaya dan didistribusikan untuk penggunaan umum =ke- tigaan.
5
4
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012, Edisi 3 h. 66.
5
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012, Edisi 3, h.68