17 andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan dengan kelangsungan
perusahaan. Auditor dianggap sebagai pihak yang mampu menjembatani kepentingan principal dengan agent dalam mengelola perusahaan Setiawan,
2006. 2.
Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi
a. Integritas Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan
pihak luar perusahaan tentang kondisi keuangan perusahaan atau aktivitas perusahaan selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia IAI, 2012
dalam PSAK No.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus
kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Integritas laporan keuangan menunjukan informasi yang benar, jujur, akurat, serta bebas dari tindakan atau kegiatan yang dilakukan yang
disengaja oleh pihak manajemen dalam memanipulasi angka-angka akuntansi untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan dalam menilai
perusahaannya. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan
18 kriteria pengakuan aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang diatur
dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan IAI, 2012.
Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reability Kieso, 2008 dan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum. Reability memiliki kualitas sebagai berikut:
1 Daya Uji Verifiability
Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan keuangan entitas lain mendapat opini yang
sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda. 2
Ketepatan Penyajian Representational faithfulness Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada
dan benar-benar terjadi. 3
Netralitas Neutrality Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan
umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan
berlawanan.
19 Jama’an 2008 menyatakan laporan keuangan seharusnya
memberikan informasi
yang berguna
bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. Integritas informasi laporan keuangan menyangkut
keandalan informasi akuntansi yang dihasilkan yaitu kejujuran dalam penyajian, dapat dipercaya, dan netralitas yang antara lain:
1 Kejujuran Faithfulness berarti bahwa terdapat kesesuain antara
ukuran keuangan atau penjelasan dan fenomena aktivitas ekonomi yang diukur atau dijelaskan. Dalam akuntansi, sumber-sumber
ekonomi, kewajiban dan kejadian-kejadian yang membawa perubahan sumber-sumber dan kewajiban dinyatakan dalam
laporan keuangan. 2
Dapat dipercaya Reliability bahwa seorang pengguna dapat menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang
dilaporkan. Informasi akuntansi dipertimbangkan dapat dipercaya jika informasi secara menyatakan apa yang dimaksud, apa yang
diungkapkan, dan dapat diuji kebenarannya. 3
Netral neutrality berarti bahwa informasi akuntansi harus netral, atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku
pengguna informasi. Oleh karana informasi akuntansi memberi pengaruh terhadap lingkungannya, maka dipandang penting bahwa
informasi akuntansi harus bersifat netral atau tidak bias.
20 Dalam penelitian Mayangsari 2003 integritas laporan keuangan
adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukan informasi yang benar dan jujur. Sedangkan Mulyadi 2004 dalam Jamaan
2008 mendefinisikan integritas sebagai prinsip moral yang tidak memihak, jujur dan seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta
seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat
diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi
tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki integritas yang tinggi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan
keuangan untuk membantu membuat keputusan Mayangsari, 2003. Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun
demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme dan manajemen laba. Menurut Mayangsari 2003 laporan
keuangan yang dapat dipercaya atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning
management. Informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable
apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat
penyajian informasi dalam laporan keuangan tersebut.
21 b.
Konservatisme Akuntansi Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang
dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis
yang dilingkupi ketidakpastian Wibowo, 2002 dalam Pramana, 2010. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak
pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau
hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Implikasi dari konsep ini terhadap akuntansi adalah akuntansi
mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun
kemungkinan terjadinya besar Dewi, 2004 dalam Brilianti, 2013. Menurut Widya 2005 konservatisme merupakan prinsip yang
penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aktivitas
ekonomi dan bisnis dilingkupi ketidakpastian. Ketidakpastian dan resiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi
dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan keuangan yang didasari pada kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai
laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas prediksi yang
22 mereka lakukan yang memuat ketidakpastian dan resiko perusahaan.
Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu Watts, 2003 dalam Haniati dan
Fitriany, 2010: 1
Net Asset Measure Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang
understated dan kewajiban yang overstated. Salah satu model
pengukurannya adalah proksi pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan 2000 yaitu dengan menggunakan market to book
ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan.
rasio yang berlebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah
dari nilai pasarnya. 2
EarningStock Return Relation Pengukuran
konservatisme bisa
dikaitkan dengan
estimasinegatif return disaham. Kaitannya dengan konservatisme adalah acuan untuk memverifikasi apakah gainloss dapat diakui. Jika
laba diakui maka akan meningkatkan net aset perusahaan, sebaliknya jika rugi diakui maka akan menurunkan net aset perusahaan. Jadi,
return yang positif menandakan adanya kenaikan net aset sedangkan
return yang negatif menandakan penurunan net aset. Jika rugi itu
menjadi subjek yang menandakan adanya verifikasi lebih sedikit
23 tingkatnya, maka laba akan merespon rugi ini lebih cepat daripada
laba Seswanto, 2012 3
EarningAccrual Measures a
Model Givoly dan Hayn 2000 Dwiputro 2009 menjelaskan bahwa Givoly dan Hayn
memfokuskan konservatisme pada laporan laba rugi selama beberapa tahun. Mereka berpendapat konservatisme menghasilkan
akrula negatif terus menerus. Akrual disini adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasiamortisasi dan arus kas
kegiatan operasi. Landasannya bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat penggunaan biaya.
Despresiasi dikeluarkan dari net income dalam perhitungan konservatisme akuntansi karena depresiasi merupakan alokasi
biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan. b
Model Zhang 2007 Zhang ini menggunakan konservatisme akrual sebagai salah
satu pengukuran konservatisme. Konservatisme akrual didapatkan dengan membagi akrual non operasi dengan total aset. Akrual non
operasi memperlihatkan pencatatan kejadian buruk dalam perusahaan contohnya biaya restrukturisasi dan penghapusan aset.
Dalam penelitiannya konservatisme akrual dikalikan dengan -1 dengan tujuan mempermudah analisa. Dimana, semakin tinggi
24 konservatisme akrual maka penerapan konservatisme juga
semakin tinggi. c
Discretionary Accrual Terdapat beberapa model untuk menghitung Discretionary
Accrual. Discretionary Accrual yang paling sering digunakan
adalah Discretionary
Accrual Model
Kasznik 1999.
Discretionary Accrual adalah suatu ukuran untuk mengetahui
besarnya manipulasi laba yang dilakukan manajemen.
3. Mekanisme Corporate Governance