Mekanisme Corporate Governance Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

24 konservatisme akrual maka penerapan konservatisme juga semakin tinggi. c Discretionary Accrual Terdapat beberapa model untuk menghitung Discretionary Accrual. Discretionary Accrual yang paling sering digunakan adalah Discretionary Accrual Model Kasznik 1999. Discretionary Accrual adalah suatu ukuran untuk mengetahui besarnya manipulasi laba yang dilakukan manajemen.

3. Mekanisme Corporate Governance

Menurut Griffin 2002 dalam Susiana dan Herawaty 2007 pengertian corporate governance adalah peran antara pemegang saham, direksi, dan manajer lainnya dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam suatu perusahaan. Menurut Deni, Khomsiyah dan Rika 2004 dalam Hardiningsih 2010 corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam menigkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, pemegang saham, dan stakeholders lainnya yang juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. The World Bank 2005, menjelaskan corporate governance mengacu pada proses struktur untuk arah dan kontrol perusahaan. Corporate 25 governance menyangkut hubungan antara manajemen, dewan direksi, pemegang saham mayoritas, pemegang saham minoritas, dan pemegang saham lainnya. Bank Sentral Eropa 2004, mendefinisikan corporate governance sebagai prosedur dan proses menurut organisasi yang diarahkan dan dikendalikan. Corporate governance menentukan pembagian hak dan tanggung jawab diantara anggota dalam organisasi seperti direksi, manajer, pemegang saham, pemangku kepentingan lainnya dan menetapkan aturan- aturan dan proses pengambilan keputusan. The Organization for Economic Co-operation and Development OECD mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien. Price Waterhousecoopers menjelaskan corporate governance sebagai proses pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan 26 mementingkan kepentingan shareholders. Dalam sebuah forum corporate governance di Indonesia, corporate governance didefinisikan sebagai perangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya, yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dengan kata lain, corporate governance adalah suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan atas perusahaan Hery, 2013 Tim corporate governance Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP menjelaskan corporate governance sebagai komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara BUMN Nomor: Per-01MBU2011 tentang penerapan praktik corporate governance pada BUMN mendefisinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan stuktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan-undangan dan nilai-nilai etika. 27 Dalam SK Menteri BUMN tersebut, juga memuat mengenai prinsip dan tujuan dari penerapan corporate governance dalam lingkungan badan usaha milik Negara. Prinsipnya, yaitu: a. Transparansi transparency, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pegambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materal dan relevan mengenai perusahaan. b. Akuntabilitas accountability, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. c. Pertanggungjawaban responsibility, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. d. Kemandirian independency, yaitu keadaaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun. e. Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders. Sedangkan tujuannya, yaitu: a. Memaksimalkan nilai BUMN. b. Mendorong pengelolaan BUMN. c. Mendorong agar keputusan yang dibuat dilandasi nilai moral yang tinggi, kepatuhan terhadap perundang-undangan, kesadaran akan 28 tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders dan lingkungan sekitar. d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. e. Meningkatkan iklim investasi nasional. f. Mensukseskan program privatisasi. Organization for Economic Corporation and Development atau OECD 2004 dalam Citra 2013, prinsip dasar Good Corporate Governance adalah: a. Kewajaran fairness yaitu prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham mayoritas maupun minoritas, termasuk pemegang saham asing serta investor lainnya. b. Akuntabilitas accountability yaitu prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan oleh adanya dewan komisaris dan direksi independen, dan komite audit. c. Transparansi transparency yaitu prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan. d. Responsibilitas responsibility yaitu tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mamatuhi peraturan dan hukum 29 yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan sosial. Responsibilitas juga mengatur tanggung jawab perusahaan terhadap pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Kharisma 2014, ada beberapa prinsip yang mendasari pentingnya pemahaman good governance, Prinsip-prinsip tersebut yaitu: a. Partisipasi masyarakat artinya semua warga mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah. b. Tegaknya supremasi hukum artinya kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk hukum hak asasi manusia. c. Transparansi artinya keterbukaan dibangun atas dasar informasi yang bebas. Pemerintah, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. d. Peduli artinya lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus berupaya melayani pihak-pihak yang berkepentingan. e. Berorientasi pada konsensus artinya tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan yang berbeda agar terbangunnya suatu konsensus atau kesepakatan yang menyeluruh f. Kesetaraan artinya semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraannya. g. Efektivitas dan efisiensi artinya proses pemerintahan dan lembaga 30 menghasilkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menggunakan sumber daya tersebut seoptimal dan sebaik mungkin. h. Akuntabilitas artinya para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta, dan organisasi masyarakat bertanggung jawab, baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga yang berkepentingan. i. Visi strategis artinya para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemeritahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yag dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan komisaris independen. Mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepemilikan Institusional

Susiana dan Herawaty 2007 menyatakan persentase saham intitusi adalah penjumlahan atas saham perusahaan yang dimiliki oleh intitusi atau lembaga perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Keberadaan investor institusional dapat menunjukan corporate governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor perusahaan pada umumnya dan manajemen pada khususnya. Tindakan monitoring yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak pemegang saham 31 institusional lainnya dapat membatasi perilaku manajer dalam pengendalian dan pengambilan keputusan sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba dan menjamin kemakmuran pemegang saham Oktadella, 2011. Investor institusional merupakan investor yang berbentuk badan usaha atau lembaga yang berpengalaman sehingga dapat melaksanakan fungsi pengawasan dengan lebih efektif dan tidak mudah diperdaya oleh tindakan manajer seperti manipulasi penyajian laporan keuangan. Sehingga, keberadaan investor institusional dapat meningkatkan integritas laporan keuangan. Adanya pemegang saham institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen, contohnya perusahaan asuransi, bank, dan perusahaan-perusahaan investasi lainnya. Kepemilikan ini akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring ini akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

b. Kepemilikan Manajerial

Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Penelitian Jensen dan Meckling 1976 dalam Nicolin dan Sabeni 2013 menyatakan kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme dalam mengatasi konflik keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham. 32 Kepemilikan saham yang tinggi akan membuat manajer secara langsung merasakan manfaat dari keputusan ekonomi yang telah diambil dan menanggung resiko dari pengambilan keputusan yang salah. Cornet et al 2006 dalam Jao dan Pagalung 2006 mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai proporsi saham yang dimiliki manejemen yang secara aktif turut dalam pengambilan keputusan perusahaan, meliputi direksi dan komisaris. Sedangkan penelitian Susiana dan Herawaty 2007 menjelaskan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk di dalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. Kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan membuat manajemen memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengelola perusahaan dan menyajikan informasi yang benar dan jujur untuk kepentingan pemegang saham dan dirinya sendiri. Jumlah kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi konflik kepentingan dan masalah agensi. Manajer yang memiliki saham di perusahaan akan merasa bahwa perusahaan tersebut juga dimiliki olehnya, untuk itu laporan keuangan yang disajikan tentunya tidak lepas dari integritas laporan keuangan yang tinggi Saputra et al., 2014.

c. Komite Audit

Ikatan Komite Audit Indonesia IKAI mendefinisikan komite audit 33 sebagai suatu komite yang bekerja secara professional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris. Tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit dan implementasi corporate governance di perusahaan Effendi, 2009. Keputusan Menteri BUMN Nomor 117Tahun 2000, dan undang- undang BUMN Nomor 192003, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan Hardiningsih, 2010. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05MBU2006 Tentang Komite Audit bagi BUMN menjelaskan bahwa komite audit diangkat dan diberhentikan oleh komisaris atau dewan pengawas dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Komite 34 Audit terdiri sekurang-kurangnya seorang anggota komisaris atau dewan pengawas, dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya yang berasal dari luar BUMN. Anggota komite audit harus memenuhi persyaratan antara lain: 1 Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang cukup di bidang pengawasan atau pemeriksaan. 2 Tidak memiliki kepentingan atau keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap BUMN. 3 Mampu berkomunikasi secara efektif. Jika ada anggota komite audit berasal dari sebuah institusi tertentu, maka institusi dimana anggota komite audit berasal tidak boleh memberikan jasa pada BUMN yang bersangkutan. Masa jabatan komite audit yang bukan berasal dari anggota komisaris atau dewan pengawas BUMN yang bersangkutan paling lama dua tahun dengan tidak mengurangi hak komisaris atau dewan pengawas untuk memberhentikannya sewaktu-waktu. Anggota komite audit yang berakhir masa jabatannya, dapat diangkat kembali hanya untuk sekali masa jabatan berikutnya. Tugas dan tanggung jawab komite audit sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05MBU2006 Tentang Komite Audit bagi BUMN yaitu antara lain: 35 1 Membantu komisaris atau dewan pengawas untuk memastikan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal. 2 Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh satuan pengawasan intern ataupun auditor eksternal. 3 Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen serta pelaksanaannya. 4 Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala informasi yang dikeluarkan BUMN. 5 Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris atau dewan pengawas serta tugas komisaris atau dewan pengawas dan dapat pula memberikan penugasan lain kepada komite audit namun terbatas pada: a Melakukan penelahaan atas informasi mengenai BUMN, serta rencana jangka panjang, rencana kerja dan anggaran BUMN, laporan manajemen, dan informasi lainnya. b Melakukan penelahaan atas ketaatan BUMN terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan BUMN. Untuk menerapkan good corporate governance, perusahaan membentuk komite audit yang independen, komite audit ini merupakan bagian dari internal perusahaan. Komite audit dimaksudkan agar pihak manajemen mengungkapkan informasi-informasi yang ada dalam laporan 36 keuangan secara benar agar dapat berguna pada pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang tepat. Pengungkapan informasi ini melindungi para investor dan calon investor dalam mengambil keputusan investasi mereka. Selain itu, komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam mengawasi kinerja manajemen. Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik, maka prinsip independensi, transparansi dan pengungkapan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran harus menjadi landasan utama dari aktivitas komite audit. Pelaksanaan prinsip- prinsip GCG dalam aktivitas komite audit sebagai berikut Effendi, 2009. 1 Prinsip Independensi Komite audit diharapkan dapat bersikap independen terhadap kepentingan pemegang saham mayoritas maupun minoritas. Selain itu, anggota komite audit seharusnya tidak memiliki hubungan bisnis apapun dengan perusahaan maupun hubungan kekeluargaan dengan anggota direksi dan komisaris perusahaan, sehingga terhindar dari benturan kepentingan. Oleh karena itu, nama-nama anggota komite audit haruslah diumumkan ke masyarakat sebagai wujud 37 terhadap sikap independensi mereka. 2 Prinsip Transparansi Prinsip ini ditunjukan melalui piagam komite audit, program kerja tahunan, serta rapat komite audit secara periodic yang didokumentasikan dalam setiap rapat. Komite audit hendaknya membuat laporan secara berkala kepada komisaris tentang pencapaian kinerjanya sebagai wujud pengungkapan. 3 Prinsip Akuntabilitas Prinsip ini ditunjukan dengan frekuensi pertenuan dan tingkat kehadiran anggota komite audit. Selain itu, komite audit haruslah memiliki kapasitas, kompetensi, dan pengalaman di bidang audit serta proses bisnis perusahaan agar dapat bekerja secara professional. 4 Prinsip Pertanggungjawaban Prinsip ini ditunjukan dengan aktivitas komite audit yang dijalankan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Selain itu, kinerja komite audit hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik selain kepada dewan komisaris. 5 Prinsip Kewajaran Prinsip ini ditunjukan dengan sikap komite audit dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada sikap adil dan 38 objektif terhadap semua pihak. Komite audit berkewajiban menjaga tingkat kepatuhan perusahaan terhadap kebijakan dan peraturan yang berlaku. Komite audit juga diharapkan dapat melakukan identifikasi risiko potensial yang dihadapi oleh perusahaan serta alternative solusi permasalahan. Di dalam pedoman GCG yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance 2006 menjelaskan bahwa komite audit sebagai komite penunjang Dewan Komisaris yang memiliki beberapa poin penting, yaitu: 1 Komite audit bertugas membantu Dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. 2 Komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris. 3 Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan 39 yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi dan atau keuangan. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643BL2012 yang diterbitkan tanggal 7 Desember 2012 mengenai pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, menyebutkan bahwa: 1 Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. 2 Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki Komite Audit. 3 Komite Audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. 4 Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris 40 5 Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki piagam Komite Audit audit committee charter. Peraturan yang sama juga mengatur mengenai struktur dan keanggotaan komite audit, yaitu: 1 Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 tiga orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. 2 Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643BL2012 juga mengatur mengenai persyaratan keanggotaan komite audit, yaitu: 1 Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, pengalaman sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik. 2 Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses audit, manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya. 3 Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik. 41 4 Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan. 5 Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan atau keuangan. 6 Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-assurance, jasa penilai danatau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 enam bulan terakhir. 7 Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 enam bulan terakhir kecuali Komisaris Independen. 8 Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik. 9 Anggota Komite Audit memperoleh saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib 42 dialihkan kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut. 10 Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut. 11 Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut. Tugas dan tanggung jawab komite audit yang diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643BL2012 adalah: 1 Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik dan atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. 2 Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik. 3 Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya. 43 4 Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee. 5 melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal. 6 Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris. 7 Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. 8 Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik. 9 Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik. Berdasarkan beberapa peraturan yang mengatur mengenai komite audit dapat disimpulkan bahwa, komite audit merupakan suatu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu kinerja dewan komisaris dalam mewujudkan suatu praktik usaha yang sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 44

d. Komisaris Independen

Komite Nasional Kebijakan Governance 2006, menyebutkan bahwa kepengurusan Perseroan Terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan two tier board system yaitu dewan komisaris dan direksi mempunyai wewenang dan tanggung jawab jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggran dasar dan peraturan perundang-undangan. Fungsi dewan direksi untuk menjalankan perusahaan sedangkan fungsi dewan komisaris untuk melakukan pengawasan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 1, menyatakan bahwa kelembagaan dewan komisaris merupakan salah satu organ perseroan selain RUPS dan direksi. Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada dewan direksi. Untuk menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance GCG maka perlu dibentuk komisaris independen. Komisaris independen adalah sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi menilai kerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham nimoritas dan pihak lain yang terkait Astria, 45 2011. Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Karena, komisaris independen mempunyai fungsi untuk mengawasi dan melindungi pihak-pihak diluar manajemen, menjadi penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 114, tanggung jawab dewan komisaris merupakan tanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, dewan komisaris harus melakukan pengawasan yang baik terhadap tata kelola perusahaan. Selain itu. Dewan komisaris bertanggung jawab dalam membentuk sistem pengawasan yang baik untuk memastikan kepatuhan direksi terhadap sistem tersebut seperti membentuk komite audit. Adapun tugas-tugas utama dewan komisaris dalam FCGI 2002, yaitu: 1 Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian resiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta 46 memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan asset. 2 Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil. 3 Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. 4 Memonitor pelaksanaan corporate governance, dan mengadakan perubahan. 5 Memantau proses keterbukaan dan keefektivitasan komunikasi dalam perusahaan. Effendi 2009 menjelaskan bahwa dewan komisaris berfungsi untuk melakukan pengawasan. Selain itu, komisaris independen berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris. Peran dewan komisaris penting dan cukup menentukan bagi keberhasilan dan implementasi GCG. Lemahnya pengawasan dan terlalu besarnya kekuasaaan eksekutif telah menjadi salah satu penyebab tumbangnya perusahaan dunia seperti Enron, Satyam, dan lain-lain. Selain itu, lemahnya pengawasan terhadap manajemen menjadi indikasi sebagai salah satu penyebab krisis finansial di Asia, termasuk Indonesia. 47 Oleh karena itu, pemberdayaan komisaris independen diharapkan menjadi penggerak GCG telah menjadi bagian dari reformasi bisnis di Indonesia pasca krisis. Komisaris independen di Indonesia terkait dengan berbagai upaya yaitu: 1 Untuk menghapuskan praktik-praktik yang dianggap kurang fair terutama terhadap pemegang saham publik maupun minoritas. 2 Untuk dapat menerapkan praktik good corporate governance GCG yang secara sederhana dapat diungkapkan sebagai: a Tell the truth merupakan refleksi dari prinsip disclosure b Keep your promise merupakan hubungan dari akuntabilitas dan respontabilities yang juga merupakan cerminan ethical behavior c Be fair yakni menjunjung fairness dan independensi Terkait dengan upaya diatas maka penting bagi komisaris independen untuk memiliki motivasi yang sejalan dengan peran dan fungsi yang diembannya. Beberapa contoh motivasi positif yang perlu dikembangkan oleh komisaris independen yaitu tekad untuk memberikan kontribusi bermakana bagi nilai tambah perseroan, tekad untuk mengembangkan karir secara positif demi kemajuan pribadi dan perseroan dan tekad untuk mengasah kemampuan serta memperluas pengalaman yang ada untuk kepentingan perseroan Alijoyo dan Zaini, 2004. 48

4. Audit Tenure

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2007-2010)

1 46 99

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI).

3 52 17

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor, Dan Audit Brand Name Terhadap Integritas Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan Di Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

2 28 127

Pengaruh Mekanisme, Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012)

2 6 143

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)

4 25 141

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 -2014)

11 101 131

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS KAP, AUDIT TENURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012.

2 14 27

Skripsi Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 13