Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi kepada pihak di luar perusahaan Sari dan Asyik, 2013. Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan 2012 tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang dilaporkan seharusnya disajikan secara benar, jujur dan mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan seperti pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap suatu perusahaan. Standar Akuntansi Keuangan 2012 menetapkan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, 2 dan dapat diperbandingkan. Hedrikson dan Van Breda 2000 dal am Jama’an 2008 mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan yaitu cost and benefit, relevance, realibility, comparability, dan materiality. Relevan relevance apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan dan mengubah pengharapan para pengambil keputusan. Reliabel realibility apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada informasi tersebut. Berkualitas andal jika bebas dari kesalahan material, menyesatkan dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Publikasi laporan keuangan sebagai produk informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur dengan mengungkapkan fakta yang sebenarnya kepada pengguna laporan keuangan. Penelitian Mayangsari 2003 mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Penelitian Mulyadi 2004 dalam Jama’an 2008 mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas 3 tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi. Namun, pada kenyataannya banyak terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi data akuntansi khususnya pada laporan keuangan. Banyak perusahaan menyajikan infomasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di berbagai belahan dunia seperti: Olympus, Satyam, Enron, Xyrox, Tyco, Global Crossing Ltd, Worldcom dan Toshiba. Kasus seperti ini juga terjadi di Indonesia seperti PT. Kimia Farma dan Bank Lippo yang sebelumnya mempunyai kualitas audit yang tinggi Susiana dan Herawaty, 2007. Salah satu contohnya pada kasus Satyam, perusahaan asal India ini merupakan perusahaan teknologi informasi outsourcing terbesar keempat di India dengan spesialisasi pada bisnis peranti lunak dan jasa back-office dengan klien-klien besar seperti General Electric, Nestle, dan General Motors. Skandal ini diketahui setelah pendiri sekaligus chairman Satyam, B. Ramalinga Raju mengakui bahwa pihaknya telah memalsukan neraca keuangan dan asetnya. Perusahaan telah membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun dan meningkatkan neracanya hingga lebih dari US 1 miliar. Manipulasi seperti ini disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor Qomariyah, 2009. 4 Di Indonesia kasus manipulasi laporan keuangan juga dilakukan oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara BUMN yaitu PT. Kimia Farma yang terdeteksi adanya manipulasi. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen kimia farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 miliar, dan laporan tersebut telah di audit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa HTM. Akan tetapi, Kementerian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali, karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar atau 24,7 lebih rendah daripada laba awal yang dilaporkan. Kesalahan penyajian ini timbul karena nilai yang ada dalam daftar persediaan digelembungkan Kencana, 2012. Kemudian pada tahun 2005, penggelembungan laporan keuangan masih terjadi pada salah satu Badan Usaha Milik Negara, yakni PT KAI. Dalam laporan kinerja yang diterbitkan pada tahun 2005, perusahaan mengumumkan keuntungan sebesar Rp. 6,90 miliar. Namun apabila diteliti lebih rinci perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 miliar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan Bambang, 2006. 5 Pada tahun 2009, Kementerian BUMN menemukan kelebihan pencatatan laba bersih pada perusahaan Waskita Karya tahun 2004-2007. Terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana. Dalam pemeriksaan itu ditemukan kelebihan pencatatan sekitar Rp 400 miliar. Sekretaris Kementerian Negara BUMN Said Didu mengungkapkan kasus ini muncul sebagai akibat kedekatan persero dengan kantor akuntan publik. Akibatnya penewaran saham Waskita Karya ditunda hingga PT Perusahaan Pengelola Aset Persero menyelesaikan restrukturisasi dan menonaktifkan tiga direksi perusahaan Rahadiana, 2009 Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, auditor internal, sampai pada auditor eksternal. Hal ini menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja perusahaan ditandai dengan turunnya harga saham perusahaan. Munculnya kasus ini menimbulkan pertanyaan apakah tata kelola perusahaan corporate governance tidak diterapkan dengan baik. Di Indonesia sendiri, perbincangan mengenai corporate governance masih menjadi isu yang hangat. Terutama sejak terjadi krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, dan menjadi perhatian akibat terungkapnya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan. Fenomena yang terjadi dapat membuktikan bahwa kurang integritasnya laporan keuangan dalam penyajian informasi bagi pengguna laporan keuangan. Penyajian laporan tidak melaporkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. 6 Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Jadi, apabila seorang auditor mengaudit laporan keuangan yang tidak berintegritas maka, peluang seorang auditor untuk dituntut akan semakin besar. Apabila laporan keuangan itu overstate akan sangat merugikan bagi pengguna laporan keuangan tersebut Hardiningsih, 2010. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2012, laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan. Oleh karena itu, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal. Informasi yang memiliki kualitas andal yaitu apabila tidak menyesatkan, tidak ada kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai informasi yang jujur dan disajikan secara wajar. Informasi dalam laporan keuangan dikatakan benar dan jujur apabila sesuai dengan karakteristik faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Untuk menilai integritas informasi laporan keuangan yang disajikan, peranan dewan komisaris dalam perusahaan publik yaitu melakukan pengawasan dan menjamin tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance guna menghasilkan integritas informasi laporan keuangan yang bermutu. Menurut Widya 2005 dalam Astria 2011 pengukuran integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan menggunakan asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain 7 metode penyusutan, metode depresiasi dan amortisasi, dan pengukuran biaya riset. Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban Jamaan, 2008. Secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan memprediksi kondisi mendatang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan. Integritas laporan keuangan dapat tercapai dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance. Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholder . Pelaksanaannya menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham minoritas. Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value added untuk semua stakeholder. 8 Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui pengawasan kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas menajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan Nasution dan Setiawan, 2007. Semakin baik penerapan corporate governance yang dilakukan perusahaan maka akan diharapkan dapat mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan dapat disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Selain perkembangan industri pasar modal, perkembangan korporasi juga menjadi latarbelakang mengapa Corporate Governance menjadi keharusan. Perkembangan konsep Corporate Governance bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi di Inggris, Eropa dan Amerika pada tahun 1840. Istilah Corporate Governance pertama diperkenalkan Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal Cadbury Report. Laporan ini sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Pengertian Corporate Governance dalam Cadbury Report ialah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Pergertian lain Corporate Governance adalah seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka. 9 Sistem corporate governance sendiri memerlukan pengawasan pemegang saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pengawasan manajemen baik internal maupun eksternal diwajibkan Walsh Seward, 1990 dalam Arifin 2005. Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pemilik. Di sisi lain kepemilikan pihak luar, kreditur, peraturan pemerintah perlindungan kepemilikan investor merupakan mekanisme pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan efektif perusahaan. Faktor berikutnya yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan adalah audit tenure. Audit tenure adalah lamanya jangka waktu seorang auditor bekerja dalam suatu kontrak di perusahaan tertentu. Independensi dari auditor akan menurun apabila auditor memiliki hubungan yang dekat dengan klien, karena hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan mental mereka dalam mengeluarkan opini. Maka, jika suatu perusahaan di audit oleh suatu kantor akuntan publik selama beberapa periode maka akan mempengaruhi objektivitas laporan keuangan. Oleh sebab itu, pemerintah telah mengatur dengan jelas jangka waktu perikatan audit yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17PMK.01 tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 3 yaitu pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama 6 enam tahun buku berturut-turut dan seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. 10 Namun, ada pandangan lain berhubungan dengan tenur yang lama. Tenur audit yang lama akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi Giri, 2010. Faktor lain yang mempengaruhi integritas laporan keuangan yaitu ukuran perusahan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan Taures, 2011. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor kebijakan perusahaan akan berdampak pada arus kas di masa akan datang. Sedangkan bagi pemerintah regulator akan berdampak terhadap besarnya penerimaan pajak yang akan diterima, dan peran perlindungan terhadap masyarakat umum. Semakin besar suatu perusahaan makan akan semakin dikenal masyarakat, yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi perusahaan Jogiyanto, 2003 dalam Mutia et al., 2011 Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis ingin menguji variabel mekanisme corporate governance yang berpengaruh pada terhadap integritas laporan keuangan serta menambahkan variabel independen yaitu audit tenure dan ukuran perusahaan. Sehingga pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu mekanisme corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik 11 Negara BUMN yang berada pada berbagai sektor di Bursa Efek Indonesia BEI. Pemilihan sampel ini dipilih karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan BUMN, karena kebanyakan penelitian sebelumnya terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur. BUMN adalah salah satu pilar ekonomi, karena beberapa BUMN berada dalam industri vital dan strategis sehingga peningkatan kinerja BUMN harus memberikan implikasi positif terhadap perekonomian Indonesia Agrianti, 2009. Tahun pengamatan penelitian ini lima tahun dimulai tahun 2010 hingga 2014. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan ”. Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2007-2010)

1 46 99

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI).

3 52 17

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor, Dan Audit Brand Name Terhadap Integritas Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan Di Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

2 28 127

Pengaruh Mekanisme, Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012)

2 6 143

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)

4 25 141

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 -2014)

11 101 131

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS KAP, AUDIT TENURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012.

2 14 27

Skripsi Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 13