Karyawan-karyawan yang tingkat kepuasannya rendah, cenderung tingkat ketidakhadirannya absen tinggi. Alasan yang dikemukakan sering tidak logis dan
bersifat subyektif, demikian menurut Mangkunegara 2000, 118. 3.
Terhadap turn over Model meninggalkan pekerjaan dari Mobley, Horner dan Hollingwoth
menunjukkan bahwa setelah tenaga kerja menjadi tidak puas terjadi beberapa tahap misalnya berpikir untuk meninggalkan pekerjaan sebelum keputusan untuk
meninggalkan pekerjaan itu diambil. Dari penelitian dengan menggunakan model ini mereka menemukan bukti yang menunjukkan bahwa tingkat dari kepuasan kerja
berkorelasi dengan pemikiran-pemikiran untuk meninggalkan pekerjaan, dan bahwa niat untuk meninggalkan kerja berkorelasi dengan meninggalkan pekerjaan secara
aktual.
2.5. Kepemimpinan
2.5.1. Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting karena pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Tidak mudah, karena harus memahami setiap perilaku bawahan yang berbeda-beda.
Ada bermacam-macam pengertian mengenai kepemimpinan yang diberikan para ahli. Siagian 2002, mengatakan “Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu
mungkin tidak disenanginya”.
Anoraga 2005 mengemukakan bahwa “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi, baik langsung maupun tidak
langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu”.
Robbins dan Judge 2008 mendefenisikan “Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan
yang ditetapkan”. Menurut Sulvian dan Decker 1989 dalam Suyanto 2009, bahwa
“Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya”. Kepemimpinan merupakan interaksi antar kelompok dan proses mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah
proses interpersonal yang mempengaruhi kegiatan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan.
Berdasarkan pandangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa ortang lain agar dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi.
2.5.2. Pendekatan Teori Kepemimpinan
Secara garis besar pendekatan teori kepemimpinan dibagi tiga aspek, yaitu teori sifat trait theory, teori perilaku behavior theory dan teori kepemimpinan situasional
situasional theory. 1. Pendekatan Teori Sifat
Teori sifat trait theory, bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin karena memiliki sifat sebagai pemimpin. Namun pandangan teori ini juga tidak memungkiri
bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Para penganut teori sifat ini berusaha menggeneralisasi sifat-sifat umum yang dimiliki oleh pemimpin, seperti fisik, mental, dan kepribadian. Dengan asumsi pemikiran,
bahwa keberhasilan seseorang sebagai pemimpin ditentukan oleh kualitas sifat atau karakteristik tertentu yang dimiliki dalam diri pemimpin tersebut, baik berhubungan
dengan fisik, mental, psikologis, personalitas dan intelektualitas. 2. Pendekatan Teori Perilaku
Teori perilaku ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan merupakan interaksi antara pemimpin dengan pengikut, dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang
menganalisis dan memersepsikan apakah menerima atau menolak kepemimpinannya. Pendekatan perilaku menghasilkan dua orientasi, yaitu perilaku pemimpin yang
berorientasi pada tugas atau yang mengutamakan penyelesaian tugas dan perilaku pemimpin yang berorientasi pada orang atau yang mengutamakan penciptaan
hubungan-hubungan manusiawi. Perilaku pemimpin yang berorientasi pada tugas menampilkan gaya kepemimpinan
autokratik, sedangkan perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia menampilkan gaya demokratis atau partisipatif.
3. Pendekatan Teori Situasi Teori situasi mencoba mengembangkan kepemimpinan sesuai dengan situasi dan
kebutuhan. Dalam pandangan ini, hanya pemimpin yang mengetahui situasi dan
kebutuhan organisasi yang dapat menjadi pemimpin yang efektif. Teori situasi kontingensi berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam segala situasi.
Menurut model ini, pemimpin yang efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan dan kepuasan pengikutnya.
Seorang pemimpin yang efektif harus memperhatikan dengan baik sumber daya manusia yang ada dalam organisasi, menciptakan iklim dimana orang dapat
bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapkan. 2.5.3. Keterampilan Kepemimpinan
Luthans 2006 mengemukakan 10 keterampilan kepemimpinan yang efektif: 1.
Komunikasi verbal termasuk mendengarkan 2.
Manajemen waktu dan stress 3.
Mengelola keputusan pribadi 4.
Mengenali, mendefenisi, dan menyelesaikan masalah 5.
Memotivasi dan mempengaruhi orang lain 6.
Mendelegasi 7.
Menentukan tujuan dan mengartikulasikan sebuah visi 8.
Kepekaan pribadi 9.
Pembentukan tim 10.
Manajemen konflik
Whetten dan Cameron dalam Luthans 2006 mengembangkan model keterampilan kepemimpinan, yaitu:
1. Keterampilan personal, meliputi kepekaan pribadi, manajemen stress, dan
penyelesaian masalah secara kreatif 2.
Keterampilan interpersonal, meliputi komunikasi yang suportif, memotivasi orang lain, dan manajemen konflik.
2.6. Kerangka Berpikir
Rivai 2004 menyatakan bahwa “Karakteristik individu adalah ciri-ciri khusus, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dimiliki seseorang yang
membedakannya dengan orang lain”. Muchlas 2005 menyatakan bahwa variabel-variabel individu dapat berupa
karakteristik biografik, kemampuan, kepribadian dan proses belajar. Robbins 2002 menyebutkan bahwa ada 4 empat variabel karakteristik individu
yaitu karakteristik biografis meliputi usia, jenis kelamin, status kawin, banyaknya tanggungan dan masa kerja, kemampuan meliputi kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik, kepribadian dan pembelajaran. Disebutkan pula bahwa kemampuan mempengaruhi langsung kepuasan seorang karyawan lewat kesesuaian kemampuan-
pekerjaan. Menurut Swansburg 2001 menyatakan bahwa “Iklim organisasi adalah status
emosi yang ditunjukkan oleh anggota sistem”. Iklim ini dapat formal, rileks, defensif, berhati-hati, menerima, percaya dan sebagainya. Iklim ini adalah impresi subyektif
karyawan atau persepsi tentang organisasi mereka.
Jewell dan Siegall 1998 menyatakan bahwa “iklim organisasi menunjukkan konsensus dari persepsi para anggota mengenai bagaimana organisasi danatau
subsistemnya berurusan dengan anggotanya dan lingkungan luarnya”. Field dan Abelson dalam Jewell dan Siegall 1998 menggambarkan bahwa iklim organisasi akan
mempengaruhi perilaku kerja yaitu: motivasi, unjuk kerja dan kepuasan. Werther dan Davis 2004 menyatakan bahwa “Iklim organisasi dapat
mempengaruhi motivasi, prestasi dan kepuasan kerja”. Steers 2005 juga menyatakan bahwa “Iklim organisasi dapat mempengaruhi prestasi kerja dan kepuasan kerja”.
Menurut Robbins Judge 2008, “Kepuasan kerja yaitu suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya.
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-
perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Menurut Schermerhorn 2000 bahwa “Kepuasan kerja adalah derajat sampai
dimana seorang individu merasa secara positif atau secara negatif tentang berbagai macam aspek pekerjaan. Umar 2008 menyatakan bahwa “Kepuasan kerja adalah
seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka”. Ada beberapa aspek penting dari suatu pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja seseorang yaitu: kepuasan dengan bayaran, kepuasan dengan tugas-tugas, kepuasan dengan pengawasan, kepuasan dengan rekan-rekan kerja, dan kepuasan dengan peluang
kemajuan. Stringer 2002 mengidentifikasi 5 lima faktor yang menentukan dan
mempengaruhi iklim organisasi, diantaranya adalah kepemimpinan. Menurut Stringer,
terdapat tiga alasan mengapa kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap iklim organisasi:
1. Kepemimpinan merembes ke semua unit dan aktivitas organisasi. Faktor-faktor
penentu iklim organisasi lainnya seperti pengaturan organisasi dan strategi dikomunikasikan kepada anggota organisasi melalui kata-kata dan tindakan manajer
atau pemimpin kelompok yang diekspresikan sebagai kepemimpinan. 2.
Penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh paling besar terhadap iklim organisasi.
3. Kepemimpinan merupakan faktor penentu iklim organisasi yang paling mudah
dirubah. Field dan Abelson dalam Jewel dan Siegall 1998 menggambarkan Model Iklim
Organisasi Sebab dan Akibat, yang menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi, diantaranya kepemimpinan.
Secara skematis, pengaruh karakteristik individu dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama dan Kedua
2.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.
Karakteristik individu dan iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Djasamen Saragih kota
Pematangsiantar. 2.
Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap iklim organisasi di RSUD Dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar.
Karakteristik Individu
Iklim Organisasi
Kepuasan Kerja
Kepemimpinan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar yang beralamat di Jl. Dr. Sutomo Pematangsiantar.
Penelitian dilakukan dari bulan November 2010 sampai dengan Februari 2011. 3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Kuncoro 2003 bahwa “Penelitian deskriptif kuantitatif meliputi pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian”. Sifat penelitian adalah penelitian menjelaskan deskriptif explanatory fenomena
yang terjadi di objek penelitian mengenai pengaruh karakteristik individu dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Djasamen
Saragih Kota Pematangsiantar. 3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat inap pada RSUD Dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil, yaitu sebanyak 81 orang dengan rincian sebagai berikut: