jaminan kesehatan pada tahap pertama dan program Askeskin juga ditujukan untuk memberikan jaminan kesehatan sebagai kompensasi kenaikan BBM, dan
bila diakumulasi, biaya yang dikeluarkan program Askeskin ini tidak lebih sedikit bila dibandingkan pemerintah melaksanakan SJSN. Pemerintah beralasan bahwa
mengimplementasikan UU SJSN tidak bisa dalam waktu singkat, sementara urusan kesehatan orang miskin tidak bisa ditunda-tunda, selain itu Askeskin juga
terbilang sukses dalam hal kuantitas, di tahun pertamanya saja program tersebut sudah mampu mencapai 36,4 juta rakyat miskin, tetapi memang membagikan
sesuatu dengan gratis itu jauh lebih mudah daripada mengimplementasikan UU SJSN yang membutuhkan keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak.
3.1. Program Asuransi Sosial
Di tahun 2009, Askeskin telah berubah menjadi Jamkesmas sejak 1 oktober 2008, tidak hanya itu ada pula beberapa program-program kesejahteraan
lainnya seperti bantuan sosial, program keluarga harapan, bantuan operasional sekolah BOS, bantuan beras bersubsidi, pemberdayaan masyarakat mandiri,
serta penyaluran kredit usaha rakyat KUR. Program-program instan tersebut telah sukses merebut simpati rakyat, dan hasilnya pada pemilu tahun 2009, SBY
kembali terpilih menjadi presiden periode 2009-2014, dan Boediono diangkat sebagai wakilnya. Berbagai bentuk perlindungan sosial yang dirancang SBY
dalam dua periode jabatannya sebagai presiden akan diuraikan berikut ini, 3.1.a. ASKESKIN
Di dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan SK Menkes 1241 bulan Desember 2004 yang
bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menyediakan program jaminan kesehatan bagi 36,4 juta rakyat miskin maka PT.ASKES ditunjuk sebagai penyelenggara. Besar dana yang dikucurkan
Departemen Kesehatan sebesar 2,3 triliun yakni Rp. 5000 per orang per bulan. Tetapi dana tersebut belum sepenuhnya diserap dan menyisakan 1,12 triliun yang
kemudian digunakan dalam dana anggaran tahun 2006.
68
Pada bulan Maret 2006 menunjukkan 54 juta kartu Askeskin telah didistribusikan, yang bernilai sekitar 4 juta perbulan. Kemajuan tersebut
mengharuskan depkes menambahkan dana 2,6 triliun lagi, sehingga keseluruhan dana tahun 2006 berjumlah Rp. 3,7 triliun. Di tahun 2007 dianggarkan dana
sebesar 4,5 triliun untuk menutupi biaya pemeliharaan kesehatan bagi 76,4 juta orang, namun demikian Askes masih tetap mengalami defisit di tahun tersebut
dan apabila terjadi surplus dana pada tahun-tahun berikutnya maka surplus tersebut tidak boleh dibukukan sebagai laba PT ASKES tetapi harus diakumulasi
untuk pendanaan program berikutnya. Secara rinci penggunaan dana diatur dalam pedoman menurut SK menkes no 562005.
69
Untuk melayani masyarakat miskin tersebut ASKES telah melakukan kontrak pelayanan dengan 7.651 puskesmas, 446 rumah sakit pemerintah, 130
rumah sakit swasta, dan 615 apotek. Menurut laporan Menteri kesehatan program Askeskin sudah cukup sukses terbukti dari pemanfaatan pelayanan kesehatan
oleh masyarakat miskin baik di puskemas maupun rumah sakit sangat meningkat. Di tahun 2005 jumlah pasien rawat jalan berkisar 1,4 juta kunjungan dan
meningkat 392 persen di tahun 2006 mencapai 6,9 juta kunjungan kemudian
68
Sulastomo, Loc. Cit. hal. 37
69
Sulastomo, Loc. Cit. hal. 39
Universitas Sumatera Utara
menurun 13,83 persen menjadi 5.961.712 kunjungan di tahun 2007. Sama halnya dengan pasien rawat inap yang berjumlah 562.167 di tahun 2005 dan meningkat
184 persen di tahun 2006 menjadi 1,6 juta pasien kemudian di tahun 2007 meningkat sebesar 21,27 persen menjadi 1.916.198.
70
Meskipun tergolong sukses namun pemerintah menggantikan program Askeskin dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas tepatnya pada
tangga 1 Januari 2008. Dalam pelaksanaan program JAMKESMAS tersebut masih dijumpai beberapa kendala, dengan berbagai penyebabnya dan telah
diupayakan pemecahannya.
71
Bila Menteri Kesehatan mengembangkan Jaminan Kesehatan, maka Menteri Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat melalui Departemen Sosial
telah mengembangkan ujicoba atau rintisan asuransi kesejahteraan sosial ASKESOS kepada pekerja mandiri pada sektor informal. Program ini dimulai
Selain itu yang menjadi permasalahan mendasar adalah sistem asuransi kesehatan yang ditawarkan oleh pemerintah tidak
mencakup keseluruhan, bersifat temporer dan karena hanya ditujukan pada masyarakat ekonomi lemah dengan maka dari tahun ke tahun pembiayaan
asuransi semacam ini semakin membebani APBN
3.1.b. ASKESOS
70
Sulastomo, Loc. Cit. hal. 41
71
Berbagai permasialahan tersebut antara lain: 1 data sasaran JAMKESMAS belum valid dan banyak yang tak memiliki Kartu Sehat KS, penyebabnya adalah validasi data kurang cermat, dan stok kartu terbatas
karena tidak tersedianya dana untuk mencetak kartu. 2 Ada keraguan masyarakat menggunakan JAMKESMAS, oleh karena kurangnya sosialisasi penggunaan KS oleh puskesmas. 3Meskipun memiliki
KS namun belum semua keluarga miskin yang sakit memperoleh pelayanan kesehatan. Banyak faktor penyebab diantaranya karena jarak puskesmas dari pemukiman penduduk jauh dengan geografis relatif sulit.
Pusling yang ada kurang berperan karena sarana kurang memadai. Disamping itu penyebaran tenaga kurang merata, sehingga tidak semua desa mempunyai tenaga kesehatan. 4 Kendala keterbatasan dana dan
kebutuhan dana disetiap daerah berbeda-beda, mengakibatkan terjadinya pembatasan kasus rujukan yang dikeluarkan Rumah Sakit. 5 Selain itu karena masih kurang tertibnya pencatatan dan pelaporan pengelolaan
obat bersumber JAMKESMAS, bisa menjadi celah untuk diperjual belikannya obat-obatan gratis tersebut.
Universitas Sumatera Utara
di 23 propinsi dengan jumlah peserta 10.400 KK 2003, 19.400 KK 2004, 13.400 KK 2005 dan 28.000 KK 2006.
72
Kelemahan-kelemahan skema Askesos adalah: 1 rancangan struktur organisasi yang kurang mencerminkan fungsi instansi pemerintah sebagai
fasilitator dan regulator serta terlalu panjang berjenjang; 2 penetapan besaran premiiuran yang menggunakan nilai nominal, sehingga kurang mencerminkan
kondisi dan kemampuan penduduk miskin di daerah yang tentu saja berbeda; 3 penetapan besaran klaim yang menggunakan nilai nominal, sehingga kurang
mencerminkan kondisi, kebutuhan dan kemampuan penduduk miskin di daerah yang tentu saja berbeda; 4 penetapan jenis pertanggungan yaitu persyaratan yang
cukup berat bagi peserta untuk mendapatkan klaim. Skema asuransi ini hampir sama atau bahkan sama dengan ujicoba yang
dilakukan oleh Jamsostek dalam upayanya meningkatkan cakupan kepesertaan ke sektor informal. Pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial berharap dapat
kelak mengembangkan Askesos dalam skala nasional dan dengan keanggotaan yang bersifat wajib, berlaku bagi semua orang. Walaupun demikian, tantangan
yang dihadapi untuk menyukseskan skema ini sangat besar, dengan berbagai kelemahannya yang harus diatasi terlebih dahulu.
73
Selain kelemahan tersebut, skema Askesos juga akan sangat memberatkan pemerintah, sebab sharing premi-nya sangat timpang. Pemerintah harus
72
Daud Bahransyaf, Op. Cit.
73
Berbagai persyaratan tersebut seperti keterangan dokter yang ditunjuk, keterangan kepala sektor kepolisian setempat, keterangan ketua RT dan RW, keterangan dari kelurahan dan berita acara yang dibuat oleh petugas
Askesos. Persyaratan klaim tersebut masih belum pro-poor, sebab penduduk miskin tidak mempunyai cukup uang untuk transpor harus ke sana ke mari untuk mengurus semua dokumen-dokumen tersebut, belum lagi
beban administrasi yang harus mereka tanggung.
Universitas Sumatera Utara
menanggung sebagaian besar dari beban premi sebab pesertanya adalah penduduk yang tidak mampu, yang berpenghasilan sangat minim. Selain itu,
seluruh atau sebagian besar biaya administrasi juga harus ditanggung pemerintah. Bila skema ini diperluas hingga tingkat nasional, kemungkinannya adalah
pemerintah harus menanggung sebagian besar premi dari sekitar 37,5 juta orang atau paling tidak 13,4 juta orang yang sangat miskin, padahal kemampuan
keuangan negara sangat terbatas, dan pemerintah telah pula menanggung sebagian dari beban asuransi yang telah lebih dulu berjalan seperti Jamsostek,
Askes, Taspen, Jasa Raharja, dan Asabri.
3.2. Program Bantuan Sosial