menanggung sebagaian besar dari beban premi sebab pesertanya adalah penduduk yang tidak mampu, yang berpenghasilan sangat minim. Selain itu,
seluruh atau sebagian besar biaya administrasi juga harus ditanggung pemerintah. Bila skema ini diperluas hingga tingkat nasional, kemungkinannya adalah
pemerintah harus menanggung sebagian besar premi dari sekitar 37,5 juta orang atau paling tidak 13,4 juta orang yang sangat miskin, padahal kemampuan
keuangan negara sangat terbatas, dan pemerintah telah pula menanggung sebagian dari beban asuransi yang telah lebih dulu berjalan seperti Jamsostek,
Askes, Taspen, Jasa Raharja, dan Asabri.
3.2. Program Bantuan Sosial
Askeskin ataupun Jamkesmas hanyalah ditujukan untuk menjamin kesehatan setiap warga miskin, sementara skema untuk mencegah ataupun
mengurangi kemiskinan belum tersedia, karena itu pemerintah mengupayakan untuk memberikan bantuan, yang pada umumnya berupa bantuan modal usaha
ataupun biaya pendidikan, selain itu dalam ketidak stabilan ekonomi pemerintah juga menyiapkan beberapa program yang sifatnya meningkatkan daya beli.
Adapun program-program tersebut, seperti:
a. Bantuan Langsung Tunai
b. Bantuan Operasional Sekolah BOS
c. Bantuan Beras Bersubsidi Raskin
d. Program keluarga Harapan
e. Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
f. Kredit Usaha Rakyat
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa, baik pemerintahan Megawati maupun SBY-JK yang kemudian diteruskan oleh SBY-Boediono,
ketiganya sama-sama melakukan reformasi sistem jaminan sosial. Meskipun bukan berarti reformasi tersebut selalu merupakan upaya implementasi dari UU
SJSN. Karena seperti apa yang dipaparkan sebelumnya bahwasannya di era pemerintahan SBY-JK dan Sby-Boediono sistem perlindungan sosial yang ada
belum mengikuti kaidah dalam membentuk SJSN, meskipun bukan berarti lebih buruk dengan apa yang ditawarkan oleh UU SJSN.
Ada beberapa perbedaan mendasar dalam reformasi sistem jaminan sosial yang dilakukan dalam ketiga periode pemerintahan tersebut, selain berbeda
bentuk juga terdapat perbedaan fungsi dan tujuan, yakni bila UU SJSN berupaya meyedehanakan sistem jaminan sosial yang ada, pada era pemerintahan SBY
sistem perlindungan sosial justru dibuat beragam jenis. Selain itu UU SJSN bertujuan untuk mengurangi beban negara APBN dan melibatkan pekerja serta
pemberi kerja dalam mendanai sistem jaminan sosial melalui mekanisme asuransi sosial, namun program-program yang dibuat oleh SBY justru dibiayai
sepenuhnya oleh negara dan hanya ditujukan bagi orang miskin dan tidak mampu, berbeda halnya dengan SJSN yang dilandasi oleh upaya untuk
memperluas cakupan hingga tercipta Universal Coverage.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISA DATA
Bab ini akan membahas mengenai jaminan sosial dari sudut pandang yang sama sekali berbeda dari bab sebelumnya. Bila di bab sebelumnya telah dibahas
mengenai hakikat jaminan sosial dari sudut pandang normatif atau apa yang nantinya dikategorikan sebagai pendekatan fungsional, yakni betapa jaminan
sosial mutlak dibutuhkan oleh setiap orang dan betapa pemerintah sedang berupaya serius mereformasi sistem jaminan sosial sebagai langkah
mendistribusikan kesejahteraan secara lebih merata dan mencakup semua orang, maka dalam bab ini akan menganalisa fenomena tersebut melalui pendekatan
konflik dan analis historis dari negara-negara yang juga mereformasi sistem jaminan sosialnya dengan demikian diharapkan akan mengungkap kepentingan
politik yang ada dibalik reformasi sistem jaminan sosial. Sebelumnya untuk mempermudah pemahaman akan dijelaskan terlebih dahulu perbedaan antara
kedua pendekatan tersebut.
1. MENJELASKAN PERDEBATAN