SEJARAH BABUSSALAM PROFIL DESA BESILAM DAN BIOGRAFI TUAN GURU BABUSSALAM
H28 September 1811 M. Wafat di Babussalam, Langkat, pada hari Jumat, 21 Jamadilawal 1345 H27 Desember 1926 M.
Ayahnya bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusei, seorang ulama besar yang abid dan cukup
terkemuka pada saat itu, sedangkan ibunya bernama Arbaiyah binti Datuk Dagi bin Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim yang memiliki pertalian darah
dengan Sultan Langkat. Syekh Abdul Wahab meninggal pada usia 115 tahun pada 21 Jumadil Awal 1345 H atau 27 Desember 1926 M.
Salah satu kekhasan Syekh Abdul Wahab dibanding dengan sufi-sufi lainnya adalah bahwa ia telah meninggalkan lokasi perkampungan bagi anak cucu
dan murid-muridnya. Daerah yang bernama Babussalam atau Besilam ini dibangun pada 12 Syawal 1300 H 1883 M yang merupakan wakaf muridnya
sendiri Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Disinilah ia menetap, mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah sampai akhir hayatnya.
Di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan Tarekat Naqsyabandiyah, Syekh Abdul Wahab masih menyempatkan diri untuk menuliskan pemikiran
sufistiknya, baik dalam bentuk khutbah-khutbah, wasiat, maupun syair-syair yang ditulis dalam aksara Arab Melayu. Tercatat ada dua belas khutbah yang ia tulis
dan masih terus diajarkan pada jamaah di Babussalam. Sebagian khutbah-khutbah tersebut, enam buah diantaranya diberi judul dengan nama-nama bulan dalam
tahun Hijriyah yakni Khutbah Muharram, Khutbah Rajab, Khutbah Syaban, Khutbah Ramadhan, Khutbah Syawal dan Khutbah Dzulqadah. Dua khutbah lain
tentang dua hari raya yakni Khutbah Idul Fitri dan Khutbah Idul Adha. Sedangkan
33
empat khutbah lagi masing-masing berjudul Khutbah Kelebihan Jumat, Khutbah Nabi Sulaiman, Khutbah Ular Hitam dan Khutbah Dosa Sosial.
Karya tulis Syekh Abdul Wahab dalam bentuk syair, terbagi pada tiga bagian yakni Munajat, Syair Burung Garuda dan Syair Sindiran. Syair Munajat
yang berisi pujian dan doa kepada Allah, sampai hari ini masih terus dilantunkan di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap muazzin sebelum azan
dikumandangkan. Sebagai seorang yang sangat dipuja pengikutnya, Tuan Syekh Abdul
Wahab Rokan cukup dikeramatkan oleh penduduk setempat. Sejumlah cerita keramat tentang dia yang cukup populer di kalangan masyarakat Langkat,
diantaranya pada suatu masa pihak Belanda merasa curiga karena ia tidak pernah kekurangan uang. Lantas mereka menuduhnya telah membuat uang palsu. Ia
merasa sangat tersinggung sehingga ia meninggalkan Kampung Babussalam dan pindah ke Sumujung, Malaysia. Sebagai informasi, pada saat itulah kesempatan
dia mengembangkan tarekat Naqsabandiyah di Malaysia. Selama kepergiannya itu, konon sumber-sumber minyak BPM Batavsche Petroleum Matschapij
sekarang Pertamina di Langkat menjadi kering. Kepah dan ikan di lautan sekitar Langkat juga menghilang sehingga menimbulkan kecemasan kepada para
penguasa Langkat. Akhirnya ia dijemput dan dimohon untuk menetap kembali di Babussalam. Setelah itu sumber minyak pun mengalir dan ikan-ikan bertambah
banyak di lautan. Kaum buruh dan nelayan senang sekali. Walaupun Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan bukanlah sosok yang terkenal
dalam pergerakan melawan imperialisme Belanda, tapi ia aktif dalam mengarahkan strategi perjuangan non fisik sebagai upaya melawan sistem
34
kolonialisme. Ia mengirim utusan ke Jakarta untuk bertemu dengan H.O.S. Tjokroaminoto dan mendirikan cabang Syarikat Islam di Babussalam di bawah
pimpinan H. Idris Kelantan. Nama Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan sendiri tercantum sebagai penasihat organisasi.
Dia juga pernah ikut terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Aceh pada tahun 1308 H. Menurut cerita dari pihak Belanda yang pada saat itu
sempat mengambil fotonya, Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan mampu terbang di angkasa, menyerang dengan gagah perkasa dan tidak dapat ditembak dengan
senapan atau meriam. Sesudah dia wafat, banyak orang yang berziarah dan bernazar ke
kuburnya. Bertepatan dengan hari wafat Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Rokan diadakan acara haul besar peringatan wafat Tuan Guru Pertama, yakni pada
tanggal 21 Jumadil Awal setiap tahunnya. Pada saat acara inilah datang ribuan murid dan peziarah dari seluruh
pelosok Asia dan Indonesia ke Besilam. Di hari pertama dan kedua haul, pada malam hari seusai salat Isya, para khalifah sebutan pengikutnya dan peziarah
melakukan dzikir di depan makam Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Rokan. Peziarah datang ke sini selain untuk mengikuti acara dzikir bersama di makam
Tuan Guru, juga bersilaturahmi dengan penerus Tuan Guru Besilam. Di saat ini pulalah desa Besilam yang biasanya teduh dan tenang mendadak menjadi sibuk
karena datangnya ratusan bis ke sana membawa ribuan wisatawan, khalifah dan peziarah.
32
32
http:id.wikipedia.orgwikiBesilam,_Padang_Tualang,_Langkat diakses pada tanggal 25 juli 2014 Pukul 14.00 Wib
35