Tarekat Naqsyabandiyah PROFIL DESA BESILAM DAN BIOGRAFI TUAN GURU BABUSSALAM

Sebagai sebuah tarekat yang memiliki ciri umum menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini adalah kemampuan dialektika politik dengan penguasa lokal, sehingga tarekat ini dapat diterima sebagai sebuah ordo resmi dalam masyarakat yang ada di Langkat dan Sumatera. Apa yang dikemukakan ini, tentu saja berkaitan dengan kemampuan pendiri Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini dalam “mempengaruhi” Sultan Langkat ketika itu. Bahkan, penguasa lokal itu menjadi bagian dari pengamal dan pelindung Tarekat Naqsyabandiyah Besilam itu sendiri, sehingga tidak terlalu mengherankan kalau Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat Langkat karena didukung kekuatan penguasa. Tidak hanya itu, Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini mendapat pengakuan khusus oleh penguasa lokal, yang dibuktikan dengan adanya penyediaan lahan sebagai pusat aktifitas tarekat yang berasal dari hadiah Sultan Langkat kepada Rokan untuk mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini. Dalam perkembangannya, Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini tidak pernah berhenti dikunjungi oleh para peziarah yang terlibat dalam ordo Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ataupun tidak baik ketika pendiri tarekat ini masih hidup ataupun setelah wafat dan dilanjutkan zuriatnya, datang untuk berkunjung dan sekaligus menyampaikan berbagai hajat keinginan. Sebab Tarekat Naqyabandiyah Besilam ini dalam pandangan masyarakat Sumatera Utara merupakan sebuah tempat karamah yang dianggap dapat mendatangkan kebaikan bagi setiap pengunjung. Untuk itu, Tarekat Naqsyabadiyah Besilam ini menjadi sangat dikenal luas di masyarakat selain sebagai ordo juga sebagai referensi keagamaan 37 tradisional yang berafiliasi dalam upaya menjaga dan mengembangkan tradisi yang ada di dalam masyarakat. Posisi Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini mengikuti pengklasifikasian tarekat konvensional merupakan bagian dari tarekat mu‘tabarah yang memiliki silsilah yang terhubung langsung kepada Nabi Muhammad, melalui jalur Abu Bakar dan tabi‘in dan tabi‘ tabi‘in yang dikenal luas dalam khazanah tasawuf. Eksistensi Tarekat Naqsyabandiyah Beslam sebagai bagian dari tarekat mu‘tabarah ini tentu saja memiliki pengaruh tersendiri dalam upaya penyebarluasan tarekat karena biasanya tarekat yang dianggap sebagai bagian dari yang mu‘tabarah akan mendapat dukungan dari penguasa dan institusi keagamaan yang ada di masyarakat, sehingga Tarekat Naqsyabandiyah Besilam dapat berkembang secara baik sebagaimana saat ini telah menyebarluas ke berbagai daerah yang berbasis etnis Melayu, baik yang ada di dalam negeri ataupun luar negeri sebagai penegasan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah Besilam ini memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat etnis Melayu. Beliau memimpin Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Besilam periode 1811 sampai dengan 1926. 33

2.4 MEMBANGUN BABUSSALAM

Kedatangan Tuan Guru Babussalam yang pertama Syekh Abd. Wahab disambut istimewa oleh Sultan Langkat, mula-mula menempatkan Tuan Guru Syekh Abd. Wahab dan rombongan di Gebang Desa puteri. Kemudian baginda Sultan Langkat menawarkan tempat kediaman tetap ialah di Kampung Lalang yang jaraknya 1 km dari kota Tanjung Pura. Akan tetapi menurut pertimbangan 33 H. Ahmad Fuad Said, ibid Hal 105 38 beliau tempat tersebut kurang sesuai, maka Tuan Guru memohon agar diberikan sebidang tanah untuk perkampungan, dimana Tuan Guru Syekh Abd. Wahab dapat beribadah dan mengajar ilmu agama dengan leluasa. Kata-kata “ Babussalam “ berasal dari bahasa arab, terdiri dari dua buah kata, yaitu “ Bab “ artinya “ pintu “ dan “ Salam “ artinya “ keselamatan “ atau “ kesejahteraan “, semoga penduduknya memperoleh kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akhirat. Pada saat itu Tuan Guru Syekh Abd. Wahab teringat kepada salah satu pintu Masjidil Haram, Mekah yang sering dilalui beliau. Berhubungan kegiatannya lebih banyak memimpin umat, sebagai guru agama, maka beliau lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Besilam. Babussalam dibangun oleh Tuan Guru Syekh Abd. Wahab agar masyarakat Besilam menjalankan shalat berjamaah, suluk terus menerus dan wirid-wirid lainnya, seperti membaca yasin setiap malam jum’at. Setiap pagi dan sesudah shalat zuhur Tuan Guru Syekh Abd. Wahab mengajar mengaji semua masyarakat desa Besilam, semua kegiatan itu dipusatkan di Madarasah Besar, murid-muridnya dari hari ke hari semakin bertambah dan khalifah-khalifahnya semakin banyak. Kampung Babussalam yang kecil ini, diatur sedemikian rupa, sehingga merupakan suatu daerah yang berstatus etonomi. Ditetapkan suatu peraturan yang wajib ditaati oleh penduduk. Peraturan-peraturan itu termasuk dalam sebuah risalah “ peraturan-peraturan Babussalam “. Dalam menjalankan peraturan- peraturan ini, beliau tidak pilih kasih dan tidak pandang buluh. Siapa yang melanggar peraturan, dihukum, walaupun anak kandung sendiri. Adakalanya 39