POLITIK ULAMA DALAM PILPRES

Ulama dengan kekuasaan pemerintah semakin kokoh. Hal ini akan semakin mengokohkan peran dan posisi Ulama di tengah masyarakat. Namun, apa yang telah dilakukan oleh Ulama dalam mendukung pasangan calon pada dasarnya berorientasi pada faktor ideologi. Ada pun nantinya ada hadiah yang diberikan oleh pasangan calon kepada Ulama semata-mata sebagai ucapan terima kasih, dan bukan merupakan tujuan utama dalam berpolitik. Kedua, Ulama yang masih canggung dalam berpolitik. Karakteristik Ulama seperti ini kurang dapat mendukung perjuangan memperoleh kemenangan bagi pasangan calon Presiden dan Wakil Presien. Walaupun pesantren mereka mendapat bantuan dari pasangan calon saat kampanye, namun keberlanjutan bantuan akan berhenti karena pasangan calon yang didukung tidak menduduki posisi penting di pemerintahan. Namun, jaringan kerja secara pribadi dan kelembagaan masih terus di jalin. Ketiga, Ulama karena kultur yang mengharuskan dia untuk membebaskan atau menyerahkan sepenuhnya pilihan politik kepada masyarakat sendiri. Ulama hanya sebagai jembatan penghubung dengan masyarakat, kewajiban untuk meyakinkan dan menindaklanjuti apa yang telah dilakukan Ulama diserahkan sepenuhnya kepada mesin partai pendukung pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Kehadiran Ulama dalam Pilpres di Kabupaten Langkat juga telah mencegah adanya money politic yang telah membudaya di tengah masyarakat Indonesia. Himbauan dan fatwa Ulama mengenai haramnya money politic diikuti masyarakat secara sadar. Walaupun tentunya masih ada orang-orang yang memanfaatkan momentum ini untuk menggeruk pundi-pundi calon Presiden dan Wakil Presiden. 83 Kehadiran tokoh agama Ulama dalam politik juga semakin mengokohkan peran posisi ulama di tengah masyarakat. Ulama tidak lagi hanya mengurusi masalah-masalah agama saja.Ulama kini mempunyai tugas dan tanggung jawab mendampingi dan mendidik masyarakat agar melek politik. Politik sekarang tidak hanya menjadi lahan garap tokoh-tokoh politik saja, melainkan menjadi hal yang biasa dan menjadi milik siapa saja yang mau dan peduli mengenai masa depan negara termasuk di dalamnya adalah tokoh agama Ulama. Dilihat dari tugas dan fungsi dari tokoh agama Ulama, bisa dikatakan sebagai pemimpin, kepemimpinan leadership adalah kemampuan seseorang yaitu pemimpin atau pengikut-pengikutnya sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Peranan dan fungsi dari tokoh agama Ulama sangat penting dalam mengendalikan ketegangan sosial yang terjadi di masyarakat dalam iklim yang semakin demokrasi ini.Tokoh agama Ulama berperan sangat penting dalam menciptakan atau membentuk opini publik atau pendapat umum yang sehat. Oleh karena itu isu-isu yang menyesatkan dan kabar bohong yang tersebar bisa ditangkal masyarakat bila selalu berada dibawah bimbingan tokoh agama Ulama. Keberadaan tokoh agama Ulama di masyarakat seringkali lebih di dengar perkataan-perkataannya dari pada pemimpin-pemimpin yang lain. Alasan Ulama terjun dalam dunia politik, menurut Tuan Guru Babussalam yaitu untuk dakwah demi umat, Tuan Guru Babussalam percaya bahwa dakwah tidak harus melalui pengajian yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhannnya, akan tetapi terlibat dalam dunia politik merupakan salah satu bentuk 84 dakwah untuk kepentingan manusia dengan manusia untuk kesejahteraan umat Islam, salah satu bentuk keterlibatan Tuan Guru Babussalam dalam dunia politik yaitu dengan memberikan dukungan melalui doa kepada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dan mengarahkan para jamaahnya untuk memenangkan pemilu Presiden tahun 2014. 74

3.5.3. PERAN TUAN GURU BABUSSALAM TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-POLITIK MASYARAKAT DESA BESILAM

Diluar dari konteks Pemilihan umum, menjadi hal yang menarik untuk dilihat apakah Syekh Babussalam mempunyai pengaruh dalam dinamika sosial politik masyarakat Besilam. Sebagai seorang tokoh spiritual, Syekh Babussalam sudah tahu mempunyai kelas tersendiri dalam struktur sosial masyarakat. Hal ini memunculkan suatu pola interaksi sosial yang kemudian berkembang dengan peran beliau sebagai aktor atau subjek vital di dalamnya. Pola ini lazim dimaksud sebagai Patron-client dengan konteks hegemoni patron dalam suatu bidang tertentu, dalam konteks ini termasuk dalam bidang spiritual, kehadiran Syekh Babussalam sebagai tokoh spiritual menjadi semacam “ role model “ bagi pengikut serta masyarakat yang ada di lingkungannya. Posisi ini yang kemudian menempatkan beliau sebagai patron yang teridentifikasi oleh masyarakat hingga kemudian dikultuskan untuk dicontoh. Secara langsung maupun tidak langsung, identitas sebagai yang dikultuskan akan memberikan nuansa berbeda dalam interaksi sosial yang dibangun. Beliau akan lebih didengar, dhormati bahkan cenderung diikuti 74 AL Badri,Abadul Aziz.peran ulama dan penguasa.solo:pustaka mantiq,1987.hlm.124. 85 pandangannya sebagai suatu rasionalitas objek oleh masyarakat, pola ini akan lazim terjadi dalam domain-domain sosial tertentu seperti Religi, Budaya adat , bahkan dipemerintahan dibeberapa negara wilayah yang berakar monarki kuat seperti Jogjakarta . Posisi ini akan diikuti kemapanan pandangan sosial politik elit tersebut yang mempengaruhi pilihan-pilihan masyarakat. Elitisme terbangun dari dua arah yakni dengan karakter berpengaruh kuat dari sang elit sendiri serta adanya pengeluaran yang diskursif dari para pengikut serta masyarakat di sekitarnya. Diskursus ini terjadi karena masyarakat telah menerima pandangan- pandangan serta rasionalitas dari elit sehingga secara otomatis mengarahkan pilihan-pilihan termasuk pilihan-pilihan poltik secara sistematis ke arah yang sama. Dalam konteks ini, Syekh Babussalam berperan sebagai suatu elit diluar pemerintahan yang dapat mempengaruhi pandangan umum dalam masyarakat yang akhirnya mempengaruhi kebijakan. Dasar pemikiran ini secara teoritik dipaparkan oleh Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca, dua sosiolog italia yang meneliti dinamika masyarakat dan Elit. Pareto dan Mosca membedakan elit menjadi dua yakni Rulling Class dan Rulling Elit atau lazim didefenisikan sebagai kelas penguasa dan Elit penentu.Rulling Class yang dimaksud Pareto dan Mosca adalah Elit suatu kelas yang berada dalam pemerintahan atau Elit yang telah bertransformasi dari luar kekuasaan masuk ke dalam kekuasaan, jenis elit ini dapat secara langsung mempengaruhi serta membuat suatu kebijakan karena berperan sebagai aktor praktis politik. Elit penguasa jelas mempunyai posisi serta kelas tersendiri dalam struktur sosial masyarakat, yang lazimnya dihormati, dipatuhi bahkan ditakuti. Peran sebagai Elit kelas penguasa biasanya selalu diikuti 86