PERAN ULAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL – POLITIK MASYARAKAT

ditempatkan dalam ruang sosial yang sedang berkembang di Indonesia. Dalam kerangka seperti itu, persepsi agama Ulama diletakkan dalam dua ruang yang saling mempengaruhi: ruang ekstern masyarakat Indonesia dan ruang intern diri masing-masing individu, sedangkan fenomena politik nasional yang melingkupi kehidupan sosial Ulama digunakan untuk menggambarkan medan sosial yang sedang berlangsung. Di samping medan politik seperti disebutkan di atas, masih ada fungsi lain yang ikut mempengaruhi kehidupan sosial politik suatu masyarakat, yaitu ajaran Islam dan simbolisasinya. Artinya, ruang kehidupan politik itu pada praktiknya terus-menerus mendapat perimbangan dari nilai ideal dan moral ajaran Islam yang telah dihayati masyarakat dalam waktu lama. Hal yang juga menarik berkaitan dengan peran sosial Ulama adalah adanya indikasi bahwa, ada hubungan antara persepsi agama dengan perilaku sosial politik Ulama. Perbedaan persepsi agama para Ulama memperlihatkan adanya perbedaan perilaku sosial politik yang diperankannya. Secara spesifik, perbedaan perilaku sosial politik Ulama terlihat juga pada kelenturan sikap politik yang diperankannya.Ulama dengan latar sosioreligius kelompok modernis seperti Persis dan SI, misalnya, memiliki sikap yang cenderung tertutup dengan mendasarkan argumentasinya pada pemahaman tekstual atas pesan-pesan wahyu baik yang bersumber pada al-Quran maupun Hadits. Sementara Ulama dengan latar belakang sosioreligius. Bekaitan dengan terjadinya perubahan-perubahan situasional menyangkut pilihan-pilihan dan kecenderungan politik yang terjadi, secara umum dapat dikemukaan ada dua model Ulama. Pertama, model yang memilih diam ketika 81 menghadapai berbagai perubahan sosial politik. Mereka biasanya memilih untuk lebih memperhatikan lembaga pendidikan dakwah yang dimilikinya, ketimbang ikut terlibat dalam urusan sosial politik yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan kehancuran lembaga dakwah tersebut.Ulama tipe ini, sering teramat hati-hati dalam menanggapi perubahan sosial politik. Kedua, model yang cepat tanggap terhadap berbagai perubahan sosial politik yang terjadi.Perubahan bagi mereka merupakan tawaran nilai dari sesuatu yang baru, yang mungkin saja mengandung hal yang lebih baik dari nilai lama. Dengan demikian, ia bisa dikompromikan untuk diterima. Sikap ini membuat mereka lebih berani untuk terjun pada perubahan sosial politik yang terjadi sambil mentrasformasikan nilai-nilai lama. Perubahan sosial politik dengan cara ini bisa tetap berjalan dalam jalur yang aman, tidak bersitegang dengan tradisi yang telah berkembang. Ulama tipe ini cenderung agresif, termasuk ikut terlibat dalam membidani kelahiran partai-partai. 73

3.5.2. POLITIK ULAMA DALAM PILPRES

Setidaknya terdapat beberapa karakteristik Ulama dalam mendukung atau menentukan kemenangan bagi calon. Pertama, Ulama yang berani terjun langsung mengambil bagian pada Pilpres. Keberanian Ulama untuk terjun langsung dalam Pilpres akan sangat mendukung perolehan suara pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Selain itu, keberanian Ulama untuk terjun langsung dalam politik akan berdampak nyata dalam perubahan pesantren dan tentunya pundi-pundi kekayaan Ulama akan bertambah dengan sendirinya. Lebih dari itu, jaringan 73 Ibid 82 Ulama dengan kekuasaan pemerintah semakin kokoh. Hal ini akan semakin mengokohkan peran dan posisi Ulama di tengah masyarakat. Namun, apa yang telah dilakukan oleh Ulama dalam mendukung pasangan calon pada dasarnya berorientasi pada faktor ideologi. Ada pun nantinya ada hadiah yang diberikan oleh pasangan calon kepada Ulama semata-mata sebagai ucapan terima kasih, dan bukan merupakan tujuan utama dalam berpolitik. Kedua, Ulama yang masih canggung dalam berpolitik. Karakteristik Ulama seperti ini kurang dapat mendukung perjuangan memperoleh kemenangan bagi pasangan calon Presiden dan Wakil Presien. Walaupun pesantren mereka mendapat bantuan dari pasangan calon saat kampanye, namun keberlanjutan bantuan akan berhenti karena pasangan calon yang didukung tidak menduduki posisi penting di pemerintahan. Namun, jaringan kerja secara pribadi dan kelembagaan masih terus di jalin. Ketiga, Ulama karena kultur yang mengharuskan dia untuk membebaskan atau menyerahkan sepenuhnya pilihan politik kepada masyarakat sendiri. Ulama hanya sebagai jembatan penghubung dengan masyarakat, kewajiban untuk meyakinkan dan menindaklanjuti apa yang telah dilakukan Ulama diserahkan sepenuhnya kepada mesin partai pendukung pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Kehadiran Ulama dalam Pilpres di Kabupaten Langkat juga telah mencegah adanya money politic yang telah membudaya di tengah masyarakat Indonesia. Himbauan dan fatwa Ulama mengenai haramnya money politic diikuti masyarakat secara sadar. Walaupun tentunya masih ada orang-orang yang memanfaatkan momentum ini untuk menggeruk pundi-pundi calon Presiden dan Wakil Presiden. 83