membuat atau menjalankan keputusan, maka tentu dalam menjalankan upaya tersebut terdapat subyek dan obyek. Dan proses ini akan menghasilkan upaya
politik.
20
Di Indonesia, ulama dalam konteks pemahaman seperti ini seringkali menjadi kelompok elit agama yang terdorong untuk mentransformasikan diri
menjadi kelompok-kelompok kepentingan agama yang bercorak modern. Dalam proses modernitas kepemimpinan politik seperti ini, ulama tidak
hanya memantapkan kerjanya di internal, namun juga berusaha mempengaruhi umatnya. Ulama banyak terlibat dalam membangun masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern, dengan demikian secara otomatis peran dan fungsi ulama mengalami perubahan. Secara sosio-antropologis, perubahan peran ulama
ini biasanya dilihat dari multifungsional ke monofungsional. Ini disebabkan perubahan struktur sosial yang didorong oleh tuntutan spesialisasi dan diferensiasi
dalam masyarakat. Pada masa dulu, ulama diberi mandat oleh masyarakat bukan saja pada masalah keagamaan saja, tapi juga pada bidang pertanian, perdagangan,
kesehatan dan ketertiban masyarakat. Pengaruh ulama juga dapat menurun apabila politik ulama berkaitan
dengan perubahan-perubahan umum dalam situasi politik dikalangan masyarakat. Dalam variasi politik ulama, seperti ditunjukkannya oleh dukungan mereka
terhadap berbagai organisasi politik dan pemisahan Islam dari politik adalah salah satu faktor yang ikut menentukan dalam menurunnya pengaruh politik ulama.
21
20
Ibid.,Hal. 94-95.
21
DrEndangTurmudi,PerselingkuhanKiaidanKekuasaan,Yogyakarta,LKIS,2004, Hal 258.
20
1.6.2 Teori Elite Politik Lokal
Adapun elit politik lokal yang dimaksud adalah mereka yang menduduki posisi jabatan politik di ranah lokal. Perjalanan sejarah mencatat bahwa posisi
mereka sebagai elit politik lokal mengalami ‘pasang naik’ dan ‘pasang surut’ paralel dengan perubahan yang terjadi. Mereka yang pada rentang waktu tertentu
mengalami pembatasan dari struktur yang ada, berubah nasibnya menjadi mengalami pemberdayaan pada kurun waktu yang lain. Demikian pula ada di
antara mereka yang semula mengalami pemberdayaan berubah menjadi
mengalami pembatasan dari struktur.
Realitas pentas politik Indonesia menunjukkan, tatkala rezim otoritarian Orde Baru berkuasa, ada sekelompok elit politik lokal yang mengalami
pembatasan dari struktur yang ada dan ada pula sejumlah elit politik lokal lainnya yang mengalami pemberdayaan. Tumbangnya pemerintahan Orde Baru
menghasilkan kehadiran sistem politik yang bercorak demokrasi memungkinkan terjadinya perubahan pemaknaan struktur yang ada; elit politik lokal yang semula
memaknai struktur sebagai pembatasan berubah menjadi pemberdayaan, dan mereka yang tadinya memaknai sebagai pemberdayaan berubah menjadi
pembatasan.
22
Kata elit selalu menarik perhatian, justru karena ia sering diartikan sebagai “orang-orang yang menentukan”. Pendekatan elit dalam studi ilmu sosial memang
tidak kebal dari kritik namun sangat membantu menjelaskan fenomena struktur sosial, khususnya struktur kekuasaan seperti bentuk piramida. Para elit adalah
mereka yang berada dalam puncak piramida itu, mereka yang punya pengaruh dan
22
Haryanto,Elit Politik Lokal dalam Perubahan Sistem Politik.Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 13,Nomor 2. November 2009 131-148. ISSN 1410-4946. Hal 134
21
menentukan. Bottomore yang menemukan konsep keseimbangan sosial, yang apabila direfleksikan dengan dinamika politik, sebagai bagian dari dinamika sosial
lebih luas. Elit akan sangat terkait dengan upaya menuju tercapainya kondisi keseimbangan politik political equilibrium.
23
Sofian Effendi secara sederhana memberi batasan tentang elit lokal adalah kelompok kecil yang biasanya oleh masyarakat tergolong disegani, dihormati,
kaya, dan berkuasa. Kelompok elit yang kerapkali dinyatakan sebagai kelompok minoritas superior, yang posisinya berada pada puncak strata, memiliki
kemampuan mengendalikan aktivitas perekonomian dan sangat dominan mempengaruhi proses pengambilan keputusan terutama keputusan-keputusan
yang berdampak kuat dan berimbas luas terhadap tatanan kehidupan. Mereka tidak hanya ditempatkan sebagai pemberi legitimasi tetapi lebih daripada itu
adalah panutan sikap dan cermin tindakan serta senantiasa diharapkan dapat berbuat nyata bagi kepentingan bersama.
24
1.6.2.1 Elit Menurut Para Ahli
Elite menurut Suzzana Keller, berasal dari kata elligere, yang berarti memilih, dalam perkataan biasa kata itu berarti bagian yang menjadi pilihan atau
bunga suatu bangsa, budaya, kelompok usia dan juga orang-orang yang menduduki posisi sosial yang tinggi. Dalam arti umum elite menunjuk pada
sekelompok orang dalam masyarakat yang menempati kedudukan-kedudukan tertinggi. Dengan kata lain, elite adalah kelompok warga masyarakat yang
23
Bottomore,T.B.2006. Elit dan Masyarakat, Jakarta : Akbar Tandjung Istitute. Hal.6.
24
Sofyan Effendi.1992. Membangun Martabat Manusia: Peranan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal.64.
22