16
Selanjutnya tikar pandan dimanfaatkan sebagai tempat duduk sukut tuan rumah dan gurupemimpin upacara. Putih merupakan lambang kesucian, sehingga penguasa
berkenan memberi berkat melalui hasil panen padi yang melimpah. Manuk mbaraayam merah diperuntukkan sebagai kurban sehingga gerak-gerik ayam saat
disembelih dan unsur-unsur organ tubuhnya dapat memberi petunjuk bagi guru dalam meramalkan kejadian-kejadian dimasa akan datang.
Kemudian napuren mpenter sada rambar sekapur sirih diberikan kepada guru dukun, artinya tudung kepala bagi peserta upacara bermakna agar segala hama tidak
dapat melihat atau mengganggu tanaman diladang. Tutup kepala dikonotasikan dengan tidak melihat saat pelaksanaan upacara tahun 1991 ternyata hanya sebagian kecil dari
peserta yang mengenakannya 13 orang.
2.2.3 Pengertian Makna
Chaer 1987:3 mengemukakan makna adalah hubungan atau lambang yang berupa ujaran dengan hal atau barang atau benda yang dimaksudkan. Adapun sebuah
budaya yang selalu diwakili kode atau lambang yang secara konvensional disepakati memiliki makna. makna yang terkandung tersebut selalu merujuk kepada kosmologi
masyarakat pemilik tersebut. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI ada beberapa pengertian
tentang makna, baik secara etimologi maupun leksikologi. Didalam makna leksikal disebut bahwa makna unsur-unsur sastra sebagai lambang benda, peristiwa dan
sebagainya.
17
Makna adalah pengertian dasar yang diberikan atau ada dalam suatu hal. Ada juga disebut mengenai pengertian makna kontekstual yang berarti hubungan makna
ujaran dan situasi yang dipakai ujaran itu.
2.2.4 Pengertian Fungsi
Didalam kamus besar bahasa Indonesia dapat diketahui bahwa ada beberapa pengertian tentang fungsi, baik secara etimologi maupun leksikologi.
Fungsi merupakan sesuatu yang dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan suatu masyarakat dimana keberadaan sesuatu tersebut mempunyai arti penting dalam
kehidupan sosial Koentjaraningrat 1984:29 Koentjaraningrat juga menyebut bahwa konsep fungsi mempunyai 3 arti penting
dalam penggunaannya, yaitu: 1
Menerangkan adanya hubungan suatu hal dengan tujuan tertentu. 2
Dalam pengertian korelasi adanya hubungan antara satu hal dengan lainnya. 3
Menerangkan adanya hubungan yang terjadi antara satu hal dengan yang lainnya dalam suatu interaksi.
2.3.Teori yang Digunakan
Berdasarkan penelitian ini, secara umum teori yang digunakan untuk mendeskripsikan semiotik dan fungsi simbolis dalam upacara ritual menandatahun di
Sisada Rube pada masyarakat Pakpak di Desa Nambunga Buluh, Kecamatan Pergetteng- getteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat menggunakan dua teori, yaitu teori makna dan
teori fungsi. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kedua teori tersebut.
18
2.3.1 Teori Semiotik
Semiotik semiotika adalah ilmu tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konversi-konversi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai aturan dalam lapangan kritik sastra Preminger dalam
Pradopo 1995: 93. Preminger 1974:980 dalam Pradopo 1995 mengatakan, penelitian semiotik
meliputi analisis serta sebagai sebuah bahasa yang tergantung pada sifat-sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara modus wacana mempunyai makna.
Lengkapnya, Preminger 1974:980 mengatakan bahwa semiotik adalah teori tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan
itu merupakan tanda-tanda. Artinya, semiotik itu juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konversi-konversi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai
makna. Dalam lapangan kritik sastra meliputi tanda-tanda sastra bergantung pada sifat- sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara modus sehingga suatu wacana
mempunyai makna. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda, sistem-sistem, aturan-aturan dan
konversi-konversi yang memungkinkan tanda-tanda mempunyai makna didalam peristiwa sastra.
Menurut Charles Sander Peirce 1839:980 semiotik itu juga dapat diartikan sebagai ilmu “Tanda: Penanda dan Petanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu petanda
signifier dan petanda signifzed. Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh
19
penanda itu yaitu artinya. Contohnya kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti: orang yang melahirkan kita.
Tanda itu tidak hanya satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon,
indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamih
antara penanda dengan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda petanda sebagai artinya.
Potret menandai orang yang dipotret, gambar pohon menandai pohon. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan klausa sebab-akibat antara
penanda dan petandanya, misalnya asap menandai api, alat penanda angin menunjukkan arah angin, dan sebagainya.
Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya bersifat arbriter semau-semaunya.
Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi . “Ibu”adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa Indonesia. Ada bermacam-macam untuk satu arti itu
menunjukkan “kesemena-menaan tersebut. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.
Perlu diperhatikan, dalam penlitian sastra dengan pendekatan semiotik. Tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari diburu. Yaitu berupa tanda-tanda
yang menunjukkan hubungan sebab-akibat dalam pengertian luasnya. Misalnya dalam penokohan, seorang tokoh tertentu, misalnya dokter tano dalam belenggu dicari
tanda-tanda yang memberikan indeks bahwa ia dokter. Misalnya tono, ia selalu
20
mempergunakan istilah-istilah kedokteran, mobil bertanda simbol dokter, dan sebagainya.
2.3.2.Teori Fungsi
Fungsi merupakan sesuatu yang dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan suatu masyarakat dimana keberadaan sesuatu tersebut mempunyai arti penting dalam
kehidupan masyarakat tersebut. Demikian halnya dengan simbol dalam tradisi upacara ritual menanda tahun di Sisada Rube pada masyarakat Pakpak adalah fenomena sosial
masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda simbol. Maka untuk memahami makna dan fungsi simbolis dalam masyarakat Pakpak digunakan teori yang
telah dinyatakan. Upacara ritual menanda tahun merupakan bagian dari foklor etnis Pakpak yang memiliki makna dan fungsi bagi etnis Pakpak itu sendiri, yang
menunjukkan bahwa masyarakat Pakpak memiliki budaya yang diturunkan secara turun-temurun yang dapat menunjukkan identitas dari dari kebudayaan daerah Pakpak
itu sendiri.
kata foklor adalah pengindonesiaan dari kata Inggris “foklore”. Kata foklore adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar yaitu folk dan lore.Folk adalah
sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. ciri-ciri pengenal itu
antara lain: warna kulit yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah
diwariskan secara turun-temurun yang mereka akui milik bersama yang merupakan sebagai identitas.
21
Lore adalah tradisi, yaitu kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat mnemonic device. Dengan demikian foklor dapat disimpulkan sebagai kebudayaan suatu kolektif,
yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif jenis apa saja, jenis tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat mnemonic device Menurut Ian Harold Brunvand ahli foklor dari AS 1968:2-3, foklor digolongkan
kedalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu: 1
Foklor lisan: yaitu foklor yang bentuknya murni lisan. Yang termasuk foklor lisan yaitu a bahasa rakyat folk spechseperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan
titel kebangsawanan; b ungkapan tradisional, seperti pribahasa, pepatah dan pemeo; c pertanyaan tradisional teka-teki; d puisi rakyat, seperti pantun,
gurindam, dan syair; e prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan f nyanyian rakyat.
2 Foklor sebagian lisan: foklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan
unsur bukan lisan. Kepercayaan rakyat, misalnya yang oleh orang “modern” seringkali disebut tahkyul, terdiri dari pernyataaan yang bersifat lisan ditambah
dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib yang dapat melindungi diri juga dapat memberi rejeki. Bentuk foklor yang yang tergolong dalam kelompok
ini, selain kepercayaan rakyat, ada juga permainan rakyak, tari rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.
3 Foklor bukan lisan: foklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara
pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Bentuk material:
arsitektur rakyat bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi , kerajinan tangan rakyat: pakaian adat dan perhiasan, masakan dan minuman rakyat, dan obat-
obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional gesture, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat kentongan
tanda bahaya pada masyarakat jawa, dan musik rakyat.
Upacara ritual menanda tahun pada masyarakat Pakpak adalah merupakan bagian dari foklor etnis pakpak bagian dari foklor sebagaian lisan. Karena didalam
pelaksanaan ritual menanda tahun ini masyarakat masih meyakini akan kepercayaan akan pengisi alam gaib yang dapat memberi keberuntungan kepada meraka jika
22
meyakini gerrek-gereken “syarat-syarak”yang ada didalam pelaksanaan upacara ritual menanda tahuntersebut.
Menurut Bascom dalam Danandjaja, 1984: 19 ada empat fungsi dari foklor: 1
Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kolektif.
2 Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan.
3 Sebagai alat pendidikan anak.
4 Sebagai alat pemaksa dan pengawasan agar selalu dipatuhi oleh anggoya
kolektifnya.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Kata metode berasal dari metodologi. Kata metodologi terbentuk dari kata metode dan logos. Metode artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; logos artinya ilmu
pengetahuan. Sudaryanto 1982:2, “Metode adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan”.
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai dengan menyusun laporan. Jadi, metode penelitian adalah ilmu
mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai suatu pemahaman. Menurut Maryaeni 2005:1, penelitian research merupakan usahamemahami fakta
secara rasional empiris yang ditempuh melalui prosedur kegiatan tertentu sesuai dengan cara yang ditentukan peneliti.
Dalam konteks penelitian, istilah fakta memiliki pengertian tidak sama dengan kenyataan, tetapi lebih mengacu pada sesuatu dari pada kenyataan exact, dan sesuatu
tersebut terbentuk dari kesadaran seseorang seiring dengan pengalaman dan pemahaman seseorang terhadap yang dipikirkannya. Sesuatu yang terbentuk dalam
pikiran seseorang tersebut belum tentu secara konkret, dapat dilihat dan ditemukan dalam kenyataan yang sebenarnya.
24
3.1 Metode Dasar