Pengertian Upacara Ritual Upacara Menanda Tahun

11 Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori makna oleh Chaer 1987:3 yang mengemukakan makna adalah hubungan atau lambang yang berupa ujaran dengan hal atau barang atau benda yang dimaksudkan. Penulis juga menggunakan teori fungsi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1984:29 yang menyebutkan fungsi ada 3 arti yaitu: 1 Menerangkan adanya hubungan suatu hal dengan tujuan tertentu. 2 Dalam pengertian korelasi adanya hubungan antara satu hal dengan lainnya. 3 Menerangkan adanya hubungan yang terjadi antara satu hal dengan yang lainnya dalam suatu sistem berinteraksi.

2.2.1 Pengertian Upacara Ritual

Koentjaraningrat 1980 menyatakan bahwa: “Upacara ritual adalahsuatu upacara keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan yang baku. Kelakuan agama tersebut merupakan perbuatan-perbuatan manusia yang bertujuan untuk menjalin hubungan dengan dunia gaib, upacara ritual tersebut terwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang, atau mahluk halus lainnya, upacara ini biasanya berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, tiap musim, ataupun kadang- kadang saja. Jadi menurut pernyataan diatas, bahwa upacara ritual adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia yang bertujuan untuk berhubungan dengan dunia gaib, roh nenek moyang, dan lain sebagainya. Upacara ritual ini dilakukan bisa bergantung pada waktu yang sudah ditetapkan ataupun tidak ditetapkan. Sebuah upacara ritual dilakukan dengan cara atau waktu yang berbeda-beda tergantung apa yang diinginkan oleh masyarakat yang melakukan upacara ritual tersebut. Selanjutnya Lessa dan Vogt dalam Muhaimin 2001:32 berpendapat bahwa ritual mencakup semua tindakan simbolik, baik yang bersifat profan maupun bersifat sakral, teknik maupun estetika, sederhana maupun rumit. Yang dimulai dari estetika 12 penyapaan, pengucapan mantera sampai penyelenggaraan berbagi bentuk upacara yang hikmat. Dhavamony 2002:175 menyatakan bahwa upacara ritual dibagi menjadi empat macam yaitu: 1 Tindakan magik yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena adanya daya mistis. 2 Tindakan yang bersifat religius. 3 Ritual konstitutif, yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan cara merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan menjadi khas. 4 Ritual fiktif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok.

2.2.2 Upacara Menanda Tahun

Upacara menanda tahun adalah salah satu jenis upacara yang berkaitan dengan proses perladangan bagi orang Pakpak umumnya khususnya Sisada Rube khususnya. Upacara ini dilaksanakan seikitar bulan Mei atau Juni setiap tahunnya, menjelang musim tanam padi diladang tiba. Sejak kapan upacara ini dikenal, semua informan tidak tahu, yang jelas menurut mereka telah dilaksanakan sejak generasi terdahulu. Seluruh anggota masyarakat Sisada Rube, turut berpartisipasi dalam upacara ini dalam pengertian semua hak atau kewajiban yang harus dipenuhi berkaitan dengan tabu-tabu dan aturan-aturan, baik oleh anak-anak hingga orang dewasa. Setiap individu berhak mencari tahu atau bertanya, dan setiap keluarga inti berkewajiban menyumbang dana serta tenaga yang dibutuhkan. Namun demikian, ada individu-individu atau kelompok tertentu yang perannya lebih besar atau menonjol bila dilihat dari tingkat keaktifan dan tanggung jawabnya. Mereka terdiri dari: sukut pelaksana utama, Kepala desa, Simatah Dagingpemuda-pemudi, Berru kelompok pengambil anak 13 gadis, Puang kelompok pemberi anak gadis, Guru pemimpin upacara, dan pengurus tetap. Sukut tuan rumah terdiri dari suatu keluarga inti, harus bermarga Manik Marga Tanoh, generasi tertua dan bergilir antar LebuhKampung. Sukut berkewajiban mempersiapkan peralatan-peralatan upacara dan melaksanakan perintah guru, misalnya menabur, mematuhi tabu-tabu dan aturan, serta memberikan kata sambutan dan lai-lain. Guru dukun, seorang atau dua orang laki-laki dewasa dari pihak marga tanoh penduduk asli, memiliki kelebihan khusus sehingga dapat berkomunikasi dengan penguasa gaib, dapat meramal, dan sebagai pusat informasi tentang segala kewajiban dan hak yang perlu atau harus dilaksanakan warga dalam kaitannya dengan upacara perladangan. Pengetuai tokoh adat mencakup semua individu yang dituakan karena dianggap memiliki pengetahuan yang luas tentang adat istiadat yang berlaku di Sisada Rube. Mereka juga diharapkan sebagai sumber informasi tentang aturan-aturan adat dan juga diharapkan dapat memberikan saran-saran dan ide-ide berkaitan dengan pelaksanaan upacara. Pengetuai tokoh adattidak terbatas dari pihak Marga Tanohtuan rumah, tetapi juga dari marga lain yang ada di Ssisada Rube. Kepala desa diharapkan sebagai pengayom dan memberikan masukan serta saran- saran, ia juga diharapkan menjadi mediator antara penduduk dengan para perencana pembangunan. Upacara akan berlangsung bilamana dihadiri oleh minimal satu orang dari tiga Kepala desa yang ada di Sisada Rube. 14 Selanjutnya pemuda-pemudi dibutuhkan untuk membantu sukuttuan rumah dalam persiapan peralatan dan pelaksanaan upacara. Misalnya, memasak lauk atau nasi, mengambil kayu bakar dan lain-lain. Berru kelompok penerima anak gadis berkewajiban menyumbang tenaga dan materi. Belakangan sekitar 20 tahun terakhir, mereka juga diberi hak untuk memberi kata sambutan dan sejak dibentuknya pengurus tetap satu dekade yang lalu, beberapa orang diantaranya diangkat menjadi panitia tetap. Sama seperti kelompok berru pengambil anak gadis, kelompok puang pemberi anak gadis diberi peran yang lebih besar secara belakangan. Pada awalnya mereka hanya peserta biasa, tapi belakangan ini diberi wewenang untuk memberi kata sambutan, ikut merunggu musyawarah dan sumber nasehat wejangan. Sejak tahun 1967 dengan dimasukkanyaunsur agama Islam dan Kristen dalam pelaksanaan upacara, maka tenaga pengurus mesjid dan gereja wajib hadir untuk memimpin doa bersama dan menyembelih hewan kurban. Dalam pelaksanaan upacara Menanda Tahun dibutuhkan perlengkapan atau persyaratan wajib dan tidak wajib. Wajib berarti harus ada, sedangkan tidak wajib boleh ada maupun tidak ada. Peralatan wajib mencakup pelleng makanan khas daerah Pakpak, ranting pohon rubetanaman yang menyerupai tanaman rimbang yang memiliki buah warna hijau sebesar biji rimbang secukupnya, maro-maro rumbai secukupnya, cabe merah secukupnya, tugal dua buah, pancongan bambu tujuh buah, jennap parang khusus satu buah, page siarang benih padi pulut merah secukupnya, peramaken tikar pandan satu buah, ayam kurban berbulu merah satu ekor, Napuren Penter sekapur sirih dan saong tudung kepala. Peralatan tidak wajib muncul apabila 15 upacara dilaksanakan secara besar-besaran, misalnya kerbau, alat musik dan lain- lainnya. Pelleng makanan khas daerah Pakpak dianggap mempunyai kekuatan khusus karena biasanya digunakan untuk sesajen terhadap kekuatan-kekuatan supranatural. Sehingga hampir seluruh kegiatan upacara dan aktivitasyang dianggap beresiko besar selalu disajikan pelleng makanan khas, juga untuk tujuan mencapai cita-cita atau harapan. Ranting Rubetanaman yang menyerupai tanaman rimbang yang memiliki buah warna hijau sebesar biji rimbang diidentikkan dengan keberuntungan. Alasannya pohon rube dapat dimanfaatkan secara serba guna untuk kebutuhan manusia. Sedangkan marro-marro rumbai diperuntukkan sebagai hiasan altar karena padi menurut kepercayaan setempat berasal dari penjelmaan manusia. Sicina Mbara cabe merah dimakan sebagai lalapan pada saat makan. Merah dan pedas dilambangkan sebagai sumber keberanian dan semangat. Ardang tugal dibuat dari kayu-kayu kecil dengan salah satu ujungnya ditajami, yang berfungsi untuk membuat lubang benih saat upacara. Sedangkan pancongan bambu yang berjumlah tujuh melambangkan adanya tujuh roh padi yang berdiam dibumi. Ujungnya dibentuk runcing dan menghadap kesebelah timur karena matahari terbit dari timur dan sebagai penghormatan kepada dewa matahari. Jennap parang khusus hanya boleh dimiliki oleh sukuttuan rumah upacara serta dirancang secara khusus oleh penempa besi. Kemudian diisi kekuatan gaib oleh seorang guru dukun. Untuk itu hanya bisa dimanfaatkan saat upacara MenandaTahun. Selanjutnya page siarang benih padi pulut merah merupakan lambang permulaan, merah diartikan berani sedangkan pulut lambang perekat rejeki. 16 Selanjutnya tikar pandan dimanfaatkan sebagai tempat duduk sukut tuan rumah dan gurupemimpin upacara. Putih merupakan lambang kesucian, sehingga penguasa berkenan memberi berkat melalui hasil panen padi yang melimpah. Manuk mbaraayam merah diperuntukkan sebagai kurban sehingga gerak-gerik ayam saat disembelih dan unsur-unsur organ tubuhnya dapat memberi petunjuk bagi guru dalam meramalkan kejadian-kejadian dimasa akan datang. Kemudian napuren mpenter sada rambar sekapur sirih diberikan kepada guru dukun, artinya tudung kepala bagi peserta upacara bermakna agar segala hama tidak dapat melihat atau mengganggu tanaman diladang. Tutup kepala dikonotasikan dengan tidak melihat saat pelaksanaan upacara tahun 1991 ternyata hanya sebagian kecil dari peserta yang mengenakannya 13 orang.

2.2.3 Pengertian Makna