36
“En mo tuhu kusuan turbangen asa terbang milangit mo tuhu karina sinasa jadi dekket pengago karina ijuma en nai”
“Inilah kutanam turbangenbangun-bangun supaya terbang kelangitlah segala hama dan semuanya yang tidak baik dari ladang ini”.
“En mo tuhu kusuan silinjuhang, asa bage silinjuhang en mo perberitaan ijuma en nai” “Inilah kutanam tumbuhan silinjuhang, supaya seperti silinjuhang inilah berita dari
ladang ini”. “En mo tuhu kusuan tebbu, asa bage pertenggi tebbu en mo kenggeluhen dekket
perasan, tenggimo perejekin soh mi ari podi” “Inilah kutanam tebu, seperti tebu inilah kehidupan dan pemikiran, dan manislah serlalu
rejeki sampai akhir jaman”. “En mo tuhu kusuan galuh sitabar, asa bage galuh sitabar en mo mentabar karina
marang kade silot ibabo tanoh en” “Inilah kutanam pisang sitabar, seperti pisang sitabar inilah semuanya, yang bisa
mengobati segala penyakit yang ada dibumi ini”.
4.1.8. Jalannya Upacara
37
Pada pagi harinya semua warga masyarakat Sisada Rube berangkat kegunung kelokasi tempat menanda tahun, dimana lokasi yang telah ditetapkan di Delleng
Simenoto. Tempat ini berada di kaki gunung, dimana ditempat ini sudah dibuat tanda menanda tahun.
Tanda tersebut yaitu sebuah patung cicak yang terbuat dari ukiran batu. masyarakat memegang hak ulayat Sisada Rube adalah marga Manik. Sehingga sukut
tuan rumahmenanda tahun harus dari marga Manik. Adapun marga yang lain yang tinggal menetap di Sisada Rube adalah marga lain yang memperistri putri marga Manik
dan mereka disebut berru dan marga lain pengambilan istri oleh marga Manik dan mereka disebut puang.
Antusias masyarakat dalam pelaksanaan menanda tahunsangat besar. Kelompok anggota masyarakat datang berbondong-bondong menghadiri acara tersebut diantaranya
sukut “pelaksana utama”, pegetuai marga Manik “tokoh masyarakat”, kelompok desa, kelompok berru“pengambil gadis”, kelompok puang “pemberi gadis”, simatah daging
“pemuda-pemudi”, sibasoguru “pemimpin ritual”, pengurus agama. Semua hal-hal atau peralatan yang telah disiapkan seperti: pelleng “makanan khas
Pakpak”, ranting pohon rube, ardang “tugal”, pancungan bambu, jennap“parang khusus”, benih padi, peramaken “tikar pandan”, ayam kurban satu ekor, napuren penter
“sekapur sirih”, dan tudung kepala diletakkan ata disusun disekitar batu cicak. Batu cicak yang sudah berusia puluhan tahun bahkan ratusan tahun dan juga
dibuat aula sebagai tempat masyarakat untuk mengikuti acara menandatahun. Aula tersebut juga adalah sebagai tempat ibu-ibu membungkusi pelleng “makanan khas suku
Pakpak”. Makanan itu disediakan untuk seluruh masyarakat yang hadir dalam upacara ritual menanda tahun. Pelleng “makanan khas suku Pakpak” ini terbuat dari nasi yang
38
dimasak dengan air santan dan diberi kunyit dan bumbu-bumbu untuk memberikan warna yang khas serta diberikan cabe merah. Daun pembungkus adalah yang diambil
dari tumbuhan hutan dalam bahasa Pakpak disebut langge yang menambah rasa wangi yang khas.
4.1.9. Ritual Menanda Tahun