Runggu Ritual Pemberangkatan Mersiurup-urupen

30

4.1.2. Runggu

Rapat dalam bahasa Pakpak disebut runggu, dalam melaksanakan rapat dipinpin oleh pertaki tokoh adat. Didalam melaksanakan rapat pertama sekali memberikan kata sambutan ialah pertaki tokoh adat. Hal-hal yang dibahasa dalam rapat menanda tahun tersebut adalah: 1 Pemilihan sukut menanda tahun tuan rumah; 2 Pembentukan panitia acara menanda tahun; 3 Penentuan waktu atau hari pelaksanaan menanda tahun; 4 Pendanaan menanda tahun; 5 Penunjukan sibasoguru dukun pemimpin upacara ritual menandatahun; 6 Pembagian bata-batas lahan perladangan dan ; 7 Penentuan waktu gotong royong untuk persiapan lahan penanaman padi serta keputusan-keputusan hal lainnya untuk kelancaran dalam acara ritual menanda tahun. Hasil keputusan rapat menanda tahun tersebut diumumkan kepada masyarakat dengan membunyikan kembali tabularang lonceng dengan berkeliling di Sisada Rube kampung. Adapun hal-hal yang diumumkan kepada masyarakat di Sisada Rube kampung adalah pengumuman biaya bersama dalam pelaksanaan menanda tahun . Biaya pelaksanaan menanda tahun sejak jaman dahulu adalah hasil dari swadaya masyarakat dipungut sebagaimana hasil keputusan rapat pada runggu rapat persiapan 31 menanda tahun. Adapun pungutan yang dikenakan pada masyarakat dengan takaran beras sebanyak tiga muk dalam setiap rumah tangga. Pada saat memberikan sumbangan beras tersebut masyarakata wajib mengucapkan kata-kata atau doa-doa seperti berikut ini: “En mo tuhu beras menanda tahun ndai, asa lambang mo tuhu dukut, mberras mo tuhu page ndaoh karina pengago” “Inilah beras untuk menanda tahun tadi , jauhlah semua hama-hama dan bertambahlah hasil panen kita nantinya”. Setelah beras terkumpul semuanya maka beras tersebut diserahkan kepada sukut tuan rumah menanda tahun, dan biasanya jumlah beras yang terkumpul sebanyak 27 kaleng 270 liter. Beras yang terkumpul inilah nantinya yang akan digunakan untuk keperluan makan bersama atau pun disebut sebagai nakan tendi.

4.1.3. Ritual Pemberangkatan Mersiurup-urupen

Mersiurup-urupen gotong royong adalah merupaka salah satu tradisi yang selalu dilakukan masyarakat Sisada Rubesampai pada saat ini untuk saling meringankan pekerjaan secara bersama-sama. Sebelum berangkat keladang masyarakat berkumpul ditempat yang telah ditentukan untuk memanjatkan doa pemberangkatan rumabi membuka lahan yang dilakukan warga dengan bergotong royong. Ritual pemberangkatan gotong royong dilaksanakan oleh sibaso atau pemimpin ritual dengan tujuan supaya dalam melaksanakan gotong royong dan pembagian batas- batas lahan masyarakat aman, dan tidak mendapatkan gangguan fisik atau gangguan gaib. Adapun doa pemberangkatan gotong royong tersebut adalah sebagai berikut: 32 “O ale pengulu balang balangse en mo kuberreken pelleng sicina mbara merdenganken daroh matah, asa aremben laus dukak en lako tumabah asa ulang mengugahi i tumabah ndaoh hali ndaoh habat, murah rejeki, tambah mo perejekinna ibas ia mengulaken ulanna i i juma nai i sidari baremben nai” “Wahai penguasa alam gaib ini kami persembahkan pelleng sicina mbara dan darah ayam yang mentah, dimana besok anak kami ini berangkat kehutan untuk mengerjakan pekerjaannya, jauh-jauhlah semua mara bahaya, dan murahlah rejekinya sewaktu dia mengerjakan pekerjaannya itu diladang mulai hari esok sampai selama-lamanya”. Setelah acara ritua pembukaanlahan selesai, maka wargamasyarakat makan pelleng makanan khas bersama yang telah disediakan sukut tuan rumah menanda tahun yang dikerjakan secara bergotong royong.

4.1.4. Menoto