10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepustakaan yang Relevan
Kajian pustaka dalam setiap proposal skripsi sangat diperlukan dalam menyusun karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung
pemecahan masalah dalam penelitian yang semuanya itu bersumber dari pendapat para ahli, empirisme pengalaman peneliti, dokumentasi dan nalar peneliti yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kajian pustaka ini menjelaskan tentang kepustakaan yang relevan dan teori yang
digunakan. Dalam kepustakaan yang relevan dijelaskan tentang pengertian upacara ritual, ritual menanda tahun diSisada Rube pada masyarakat Pakpak, pengertian makna,
dan pengertian fungsi. dalam teori yang digunakan dijelaskan tentang teori makna dan fungsi.
2.2 Landasan Teori
Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria Yunani yang artinya kebulatan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji
keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian. Pengertian teori menurut Pradopo 2001:35 ialah, “seperangkat proposisi yang
terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan atau menjelaskan suatu fenomena”.
11
Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori makna oleh Chaer 1987:3 yang mengemukakan makna adalah hubungan atau
lambang yang berupa ujaran dengan hal atau barang atau benda yang dimaksudkan. Penulis juga menggunakan teori fungsi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat
1984:29 yang menyebutkan fungsi ada 3 arti yaitu: 1
Menerangkan adanya hubungan suatu hal dengan tujuan tertentu. 2
Dalam pengertian korelasi adanya hubungan antara satu hal dengan lainnya. 3
Menerangkan adanya hubungan yang terjadi antara satu hal dengan yang lainnya dalam suatu sistem berinteraksi.
2.2.1 Pengertian Upacara Ritual
Koentjaraningrat 1980 menyatakan bahwa: “Upacara ritual adalahsuatu upacara keagamaan yang dilaksanakan menurut tata
kelakuan yang baku. Kelakuan agama tersebut merupakan perbuatan-perbuatan manusia yang bertujuan untuk menjalin hubungan dengan dunia gaib, upacara ritual
tersebut terwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang, atau mahluk halus lainnya, upacara ini
biasanya berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, tiap musim, ataupun kadang- kadang saja.
Jadi menurut pernyataan diatas, bahwa upacara ritual adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia yang bertujuan untuk berhubungan dengan dunia gaib, roh nenek
moyang, dan lain sebagainya. Upacara ritual ini dilakukan bisa bergantung pada waktu yang sudah ditetapkan ataupun tidak ditetapkan. Sebuah upacara ritual dilakukan
dengan cara atau waktu yang berbeda-beda tergantung apa yang diinginkan oleh masyarakat yang melakukan upacara ritual tersebut.
Selanjutnya Lessa dan Vogt dalam Muhaimin 2001:32 berpendapat bahwa ritual mencakup semua tindakan simbolik, baik yang bersifat profan maupun bersifat sakral,
teknik maupun estetika, sederhana maupun rumit. Yang dimulai dari estetika
12
penyapaan, pengucapan mantera sampai penyelenggaraan berbagi bentuk upacara yang hikmat.
Dhavamony 2002:175 menyatakan bahwa upacara ritual dibagi menjadi empat macam yaitu:
1 Tindakan magik yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang
bekerja karena adanya daya mistis. 2
Tindakan yang bersifat religius. 3
Ritual konstitutif, yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan cara merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini
upacara-upacara kehidupan menjadi khas.
4 Ritual fiktif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, pemurnian dan
perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok.
2.2.2 Upacara Menanda Tahun
Upacara menanda tahun adalah salah satu jenis upacara yang berkaitan dengan proses perladangan bagi orang Pakpak umumnya khususnya Sisada Rube khususnya.
Upacara ini dilaksanakan seikitar bulan Mei atau Juni setiap tahunnya, menjelang musim tanam padi diladang tiba. Sejak kapan upacara ini dikenal, semua informan
tidak tahu, yang jelas menurut mereka telah dilaksanakan sejak generasi terdahulu. Seluruh anggota masyarakat Sisada Rube, turut berpartisipasi dalam upacara ini
dalam pengertian semua hak atau kewajiban yang harus dipenuhi berkaitan dengan tabu-tabu dan aturan-aturan, baik oleh anak-anak hingga orang dewasa. Setiap individu
berhak mencari tahu atau bertanya, dan setiap keluarga inti berkewajiban menyumbang dana serta tenaga yang dibutuhkan. Namun demikian, ada individu-individu atau
kelompok tertentu yang perannya lebih besar atau menonjol bila dilihat dari tingkat keaktifan dan tanggung jawabnya. Mereka terdiri dari: sukut pelaksana utama,
Kepala desa, Simatah Dagingpemuda-pemudi, Berru kelompok pengambil anak
13
gadis, Puang kelompok pemberi anak gadis, Guru pemimpin upacara, dan pengurus tetap.
Sukut tuan rumah terdiri dari suatu keluarga inti, harus bermarga Manik Marga Tanoh, generasi tertua dan bergilir antar LebuhKampung. Sukut berkewajiban
mempersiapkan peralatan-peralatan upacara dan melaksanakan perintah guru, misalnya menabur, mematuhi tabu-tabu dan aturan, serta memberikan kata sambutan dan lai-lain.
Guru dukun, seorang atau dua orang laki-laki dewasa dari pihak marga tanoh penduduk asli, memiliki kelebihan khusus sehingga dapat berkomunikasi dengan
penguasa gaib, dapat meramal, dan sebagai pusat informasi tentang segala kewajiban dan hak yang perlu atau harus dilaksanakan warga dalam kaitannya dengan upacara
perladangan. Pengetuai tokoh adat mencakup semua individu yang dituakan karena dianggap
memiliki pengetahuan yang luas tentang adat istiadat yang berlaku di Sisada Rube. Mereka juga diharapkan sebagai sumber informasi tentang aturan-aturan adat dan juga
diharapkan dapat memberikan saran-saran dan ide-ide berkaitan dengan pelaksanaan upacara. Pengetuai tokoh adattidak terbatas dari pihak Marga Tanohtuan rumah,
tetapi juga dari marga lain yang ada di Ssisada Rube. Kepala desa diharapkan sebagai pengayom dan memberikan masukan serta saran-
saran, ia juga diharapkan menjadi mediator antara penduduk dengan para perencana pembangunan. Upacara akan berlangsung bilamana dihadiri oleh minimal satu orang
dari tiga Kepala desa yang ada di Sisada Rube.
14
Selanjutnya pemuda-pemudi dibutuhkan untuk membantu sukuttuan rumah dalam persiapan peralatan dan pelaksanaan upacara. Misalnya, memasak lauk atau
nasi, mengambil kayu bakar dan lain-lain. Berru kelompok penerima anak gadis berkewajiban menyumbang tenaga dan
materi. Belakangan sekitar 20 tahun terakhir, mereka juga diberi hak untuk memberi kata sambutan dan sejak dibentuknya pengurus tetap satu dekade yang lalu, beberapa
orang diantaranya diangkat menjadi panitia tetap. Sama seperti kelompok berru pengambil anak gadis, kelompok puang pemberi
anak gadis diberi peran yang lebih besar secara belakangan. Pada awalnya mereka hanya peserta biasa, tapi belakangan ini diberi wewenang untuk memberi kata
sambutan, ikut merunggu musyawarah dan sumber nasehat wejangan. Sejak tahun 1967 dengan dimasukkanyaunsur agama Islam dan Kristen dalam
pelaksanaan upacara, maka tenaga pengurus mesjid dan gereja wajib hadir untuk memimpin doa bersama dan menyembelih hewan kurban.
Dalam pelaksanaan upacara Menanda Tahun dibutuhkan perlengkapan atau persyaratan wajib dan tidak wajib. Wajib berarti harus ada, sedangkan tidak wajib
boleh ada maupun tidak ada. Peralatan wajib mencakup pelleng makanan khas daerah Pakpak, ranting pohon rubetanaman yang menyerupai tanaman rimbang yang
memiliki buah warna hijau sebesar biji rimbang secukupnya, maro-maro rumbai secukupnya, cabe merah secukupnya, tugal dua buah, pancongan bambu tujuh buah,
jennap parang khusus satu buah, page siarang benih padi pulut merah secukupnya, peramaken tikar pandan satu buah, ayam kurban berbulu merah satu ekor, Napuren
Penter sekapur sirih dan saong tudung kepala. Peralatan tidak wajib muncul apabila
15
upacara dilaksanakan secara besar-besaran, misalnya kerbau, alat musik dan lain- lainnya.
Pelleng makanan khas daerah Pakpak dianggap mempunyai kekuatan khusus karena biasanya digunakan untuk sesajen terhadap kekuatan-kekuatan supranatural.
Sehingga hampir seluruh kegiatan upacara dan aktivitasyang dianggap beresiko besar selalu disajikan pelleng makanan khas, juga untuk tujuan mencapai cita-cita atau
harapan. Ranting Rubetanaman yang menyerupai tanaman rimbang yang memiliki buah
warna hijau sebesar biji rimbang diidentikkan dengan keberuntungan. Alasannya pohon rube dapat dimanfaatkan secara serba guna untuk kebutuhan manusia.
Sedangkan marro-marro rumbai diperuntukkan sebagai hiasan altar karena padi menurut kepercayaan setempat berasal dari penjelmaan manusia.
Sicina Mbara cabe merah dimakan sebagai lalapan pada saat makan. Merah dan pedas dilambangkan sebagai sumber keberanian dan semangat. Ardang tugal dibuat
dari kayu-kayu kecil dengan salah satu ujungnya ditajami, yang berfungsi untuk membuat lubang benih saat upacara. Sedangkan pancongan bambu yang berjumlah
tujuh melambangkan adanya tujuh roh padi yang berdiam dibumi. Ujungnya dibentuk runcing dan menghadap kesebelah timur karena matahari terbit dari timur dan sebagai
penghormatan kepada dewa matahari. Jennap parang khusus hanya boleh dimiliki oleh sukuttuan rumah upacara
serta dirancang secara khusus oleh penempa besi. Kemudian diisi kekuatan gaib oleh seorang guru dukun. Untuk itu hanya bisa dimanfaatkan saat upacara MenandaTahun.
Selanjutnya page siarang benih padi pulut merah merupakan lambang permulaan, merah diartikan berani sedangkan pulut lambang perekat rejeki.
16
Selanjutnya tikar pandan dimanfaatkan sebagai tempat duduk sukut tuan rumah dan gurupemimpin upacara. Putih merupakan lambang kesucian, sehingga penguasa
berkenan memberi berkat melalui hasil panen padi yang melimpah. Manuk mbaraayam merah diperuntukkan sebagai kurban sehingga gerak-gerik ayam saat
disembelih dan unsur-unsur organ tubuhnya dapat memberi petunjuk bagi guru dalam meramalkan kejadian-kejadian dimasa akan datang.
Kemudian napuren mpenter sada rambar sekapur sirih diberikan kepada guru dukun, artinya tudung kepala bagi peserta upacara bermakna agar segala hama tidak
dapat melihat atau mengganggu tanaman diladang. Tutup kepala dikonotasikan dengan tidak melihat saat pelaksanaan upacara tahun 1991 ternyata hanya sebagian kecil dari
peserta yang mengenakannya 13 orang.
2.2.3 Pengertian Makna
Chaer 1987:3 mengemukakan makna adalah hubungan atau lambang yang berupa ujaran dengan hal atau barang atau benda yang dimaksudkan. Adapun sebuah
budaya yang selalu diwakili kode atau lambang yang secara konvensional disepakati memiliki makna. makna yang terkandung tersebut selalu merujuk kepada kosmologi
masyarakat pemilik tersebut. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI ada beberapa pengertian
tentang makna, baik secara etimologi maupun leksikologi. Didalam makna leksikal disebut bahwa makna unsur-unsur sastra sebagai lambang benda, peristiwa dan
sebagainya.
17
Makna adalah pengertian dasar yang diberikan atau ada dalam suatu hal. Ada juga disebut mengenai pengertian makna kontekstual yang berarti hubungan makna
ujaran dan situasi yang dipakai ujaran itu.
2.2.4 Pengertian Fungsi
Didalam kamus besar bahasa Indonesia dapat diketahui bahwa ada beberapa pengertian tentang fungsi, baik secara etimologi maupun leksikologi.
Fungsi merupakan sesuatu yang dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan suatu masyarakat dimana keberadaan sesuatu tersebut mempunyai arti penting dalam
kehidupan sosial Koentjaraningrat 1984:29 Koentjaraningrat juga menyebut bahwa konsep fungsi mempunyai 3 arti penting
dalam penggunaannya, yaitu: 1
Menerangkan adanya hubungan suatu hal dengan tujuan tertentu. 2
Dalam pengertian korelasi adanya hubungan antara satu hal dengan lainnya. 3
Menerangkan adanya hubungan yang terjadi antara satu hal dengan yang lainnya dalam suatu interaksi.
2.3.Teori yang Digunakan
Berdasarkan penelitian ini, secara umum teori yang digunakan untuk mendeskripsikan semiotik dan fungsi simbolis dalam upacara ritual menandatahun di
Sisada Rube pada masyarakat Pakpak di Desa Nambunga Buluh, Kecamatan Pergetteng- getteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat menggunakan dua teori, yaitu teori makna dan
teori fungsi. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kedua teori tersebut.
18
2.3.1 Teori Semiotik
Semiotik semiotika adalah ilmu tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konversi-konversi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai aturan dalam lapangan kritik sastra Preminger dalam
Pradopo 1995: 93. Preminger 1974:980 dalam Pradopo 1995 mengatakan, penelitian semiotik
meliputi analisis serta sebagai sebuah bahasa yang tergantung pada sifat-sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara modus wacana mempunyai makna.
Lengkapnya, Preminger 1974:980 mengatakan bahwa semiotik adalah teori tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan
itu merupakan tanda-tanda. Artinya, semiotik itu juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konversi-konversi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai
makna. Dalam lapangan kritik sastra meliputi tanda-tanda sastra bergantung pada sifat- sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara modus sehingga suatu wacana
mempunyai makna. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda, sistem-sistem, aturan-aturan dan
konversi-konversi yang memungkinkan tanda-tanda mempunyai makna didalam peristiwa sastra.
Menurut Charles Sander Peirce 1839:980 semiotik itu juga dapat diartikan sebagai ilmu “Tanda: Penanda dan Petanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu petanda
signifier dan petanda signifzed. Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh
19
penanda itu yaitu artinya. Contohnya kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti: orang yang melahirkan kita.
Tanda itu tidak hanya satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon,
indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamih
antara penanda dengan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda petanda sebagai artinya.
Potret menandai orang yang dipotret, gambar pohon menandai pohon. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan klausa sebab-akibat antara
penanda dan petandanya, misalnya asap menandai api, alat penanda angin menunjukkan arah angin, dan sebagainya.
Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya bersifat arbriter semau-semaunya.
Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi . “Ibu”adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa Indonesia. Ada bermacam-macam untuk satu arti itu
menunjukkan “kesemena-menaan tersebut. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.
Perlu diperhatikan, dalam penlitian sastra dengan pendekatan semiotik. Tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari diburu. Yaitu berupa tanda-tanda
yang menunjukkan hubungan sebab-akibat dalam pengertian luasnya. Misalnya dalam penokohan, seorang tokoh tertentu, misalnya dokter tano dalam belenggu dicari
tanda-tanda yang memberikan indeks bahwa ia dokter. Misalnya tono, ia selalu
20
mempergunakan istilah-istilah kedokteran, mobil bertanda simbol dokter, dan sebagainya.
2.3.2.Teori Fungsi
Fungsi merupakan sesuatu yang dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan suatu masyarakat dimana keberadaan sesuatu tersebut mempunyai arti penting dalam
kehidupan masyarakat tersebut. Demikian halnya dengan simbol dalam tradisi upacara ritual menanda tahun di Sisada Rube pada masyarakat Pakpak adalah fenomena sosial
masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda simbol. Maka untuk memahami makna dan fungsi simbolis dalam masyarakat Pakpak digunakan teori yang
telah dinyatakan. Upacara ritual menanda tahun merupakan bagian dari foklor etnis Pakpak yang memiliki makna dan fungsi bagi etnis Pakpak itu sendiri, yang
menunjukkan bahwa masyarakat Pakpak memiliki budaya yang diturunkan secara turun-temurun yang dapat menunjukkan identitas dari dari kebudayaan daerah Pakpak
itu sendiri.
kata foklor adalah pengindonesiaan dari kata Inggris “foklore”. Kata foklore adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar yaitu folk dan lore.Folk adalah
sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. ciri-ciri pengenal itu
antara lain: warna kulit yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah
diwariskan secara turun-temurun yang mereka akui milik bersama yang merupakan sebagai identitas.
21
Lore adalah tradisi, yaitu kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat mnemonic device. Dengan demikian foklor dapat disimpulkan sebagai kebudayaan suatu kolektif,
yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif jenis apa saja, jenis tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat mnemonic device Menurut Ian Harold Brunvand ahli foklor dari AS 1968:2-3, foklor digolongkan
kedalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu: 1
Foklor lisan: yaitu foklor yang bentuknya murni lisan. Yang termasuk foklor lisan yaitu a bahasa rakyat folk spechseperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan
titel kebangsawanan; b ungkapan tradisional, seperti pribahasa, pepatah dan pemeo; c pertanyaan tradisional teka-teki; d puisi rakyat, seperti pantun,
gurindam, dan syair; e prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan f nyanyian rakyat.
2 Foklor sebagian lisan: foklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan
unsur bukan lisan. Kepercayaan rakyat, misalnya yang oleh orang “modern” seringkali disebut tahkyul, terdiri dari pernyataaan yang bersifat lisan ditambah
dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib yang dapat melindungi diri juga dapat memberi rejeki. Bentuk foklor yang yang tergolong dalam kelompok
ini, selain kepercayaan rakyat, ada juga permainan rakyak, tari rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.
3 Foklor bukan lisan: foklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara
pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Bentuk material:
arsitektur rakyat bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi , kerajinan tangan rakyat: pakaian adat dan perhiasan, masakan dan minuman rakyat, dan obat-
obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional gesture, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat kentongan
tanda bahaya pada masyarakat jawa, dan musik rakyat.
Upacara ritual menanda tahun pada masyarakat Pakpak adalah merupakan bagian dari foklor etnis pakpak bagian dari foklor sebagaian lisan. Karena didalam
pelaksanaan ritual menanda tahun ini masyarakat masih meyakini akan kepercayaan akan pengisi alam gaib yang dapat memberi keberuntungan kepada meraka jika
22
meyakini gerrek-gereken “syarat-syarak”yang ada didalam pelaksanaan upacara ritual menanda tahuntersebut.
Menurut Bascom dalam Danandjaja, 1984: 19 ada empat fungsi dari foklor: 1
Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kolektif.
2 Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan.
3 Sebagai alat pendidikan anak.
4 Sebagai alat pemaksa dan pengawasan agar selalu dipatuhi oleh anggoya
kolektifnya.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Kata metode berasal dari metodologi. Kata metodologi terbentuk dari kata metode dan logos. Metode artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; logos artinya ilmu
pengetahuan. Sudaryanto 1982:2, “Metode adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan”.
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai dengan menyusun laporan. Jadi, metode penelitian adalah ilmu
mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai suatu pemahaman. Menurut Maryaeni 2005:1, penelitian research merupakan usahamemahami fakta
secara rasional empiris yang ditempuh melalui prosedur kegiatan tertentu sesuai dengan cara yang ditentukan peneliti.
Dalam konteks penelitian, istilah fakta memiliki pengertian tidak sama dengan kenyataan, tetapi lebih mengacu pada sesuatu dari pada kenyataan exact, dan sesuatu
tersebut terbentuk dari kesadaran seseorang seiring dengan pengalaman dan pemahaman seseorang terhadap yang dipikirkannya. Sesuatu yang terbentuk dalam
pikiran seseorang tersebut belum tentu secara konkret, dapat dilihat dan ditemukan dalam kenyataan yang sebenarnya.
24
3.1 Metode Dasar
Metode dasar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode atau pendekatan kualitatif. Maryeni 2005:1, menjelaskan metode penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang sifatnya individu, keadaan atau gejala dari kelompok yang
diamati. Metode ini dilakukan agar dapat mengumpulkan dan menyajikan data secara faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerahnya.
Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai pelaksanaan upacara
ritual menanda tahun di Sisada Rube ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada
keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data. Dari kedua alasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini cocok dikaji melalui pendekatan
kualitatif.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Nambunga Buluh, Kecamatan Pergetteng- getteng Sengkut PGGS, Kabupaten Pakpak Bharat, Propinsi Sumatera Utara. Alasan
penulis untuk memilih lokasi penelitian ini adalah karena penduduknya asli etnis Pakpak dan juga karena upacara ini masih dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.
25
3.3.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan
penelitian. Alat bantu yang digunakan yaitu: 1
Alat rekam tape recorder Penulis gunakan untuk mengumpulkan data, karena tidak semua data dapat
ditulis berupa catatatn-catatan lapangan mengingat waktu penelitian yang memakan waktu yang tidak sedikit.
2 Pulpen
Alat tulis yang digunakan untuk menulis atau mencatat data-data yang diperoleh dari lapangan.
3 Buku tulis
Catatan-catatan mengenai hal-hal yang dirasa sangat penting dalam proses observasi sehingga dapat mempermudah penulis untuk mengingat dan
menemukan kembali data yang telah diperoleh yang selanjutnya akan dituangkan dalam penulisan skripsi.
4 Daftar pertanyaan kuisioner
Merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada informan untuk memudahkan memperoleh
data-data yang akan dituangkan dalam penulisan skripsi.
26
3.4 Metode Pengumpulan Data