Aktivitas Sekolah Fasilitas Sekolah

1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam. 2. Intensitas bunyi, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur denga logaritma dalam desible dB. 3. Frekuensi, menentukan jumlah gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga seseorang setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per detik Hz. Frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16- 20000 Hz. Suatu suara atau bunyi dapat dikatakan suatu kebisingan atau tidak sebenarnya bersifat sangat subjektif, hal ini karena suara yang sama hari ini dikehendaki mungkin pada waktu lain dianggap mengganggu. Adapun yang mempengaruhi sifat tersebut yaitu: 1. Pengalaman yang lalu 2. Derajat kesehatan 3. Kesenangan 4. Pekerjaan 5. Aktivitas, tidur, rekreasi 6. Umur

3.6. Pengukuran Kebisingan

8 Maksud pengukuran kebisingan adalah : 1. Memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja. 2. Mengurangi tingkat kebisingan, sehingga tidak menimbulkan gangguan. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Alat ini mengukur kebisingan di antara 30 – 130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20 – 20.000 Hz. Suatu sistem terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikropon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi ini, yang tergantung dari tekanan udara, sehingga perlu dikoreksi. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran sound level meter dipasang pada ketinggian ± 140 – 150 cm atau setinggi telinga. 8 Suma’mur, Higiene Perusahaan Dan KesehatanKerja. Jakarta: PT. TokoGunungAgung, 1981. h. 58-59