Hubungan dan Dampak Tingkat Kebisingan Terhadap Minat Belajar Murid Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Medan

(1)

HUBUNGAN dan DAMPAK TINGKAT KEBISINGAN

TERHADAP MINAT BELAJAR MURID SEKOLAH

MENENGAH ATAS NEGERI 1 MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

JOSUA ALEXANDER GULTOM NIM. 110423003

P R O G R A M P E N D I D I K A N E K S T E N S I

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis memperoleh pengetahuan, kesehatan dan kesempatan untuk bisa menyelesaikan proposal tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi ekstensi strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah“Hubungan dan Dampak Tingkat Kebisingan Terhadap Minat Belajar Murid Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Medan”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporantugas sarjana ini belum sempurna sehingga diperlukan perbaikan dan penyesuaian lebih lanjut. Untuk itu penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Agustus2015

Penulis


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana.

3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Buchari, ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

5. Ibunda Rosmaida Simatupang yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis


(7)

menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari ibunda saya ini, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada dan Ibunda tercinta.

6. Adik-adiku tercintaJohanes Zevanya evraim,Yosef Trinanda dan Rut enoliyang selalu membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

7. Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan Ibu Dra. Hj. SAFRIMI, M.Pd yang telah memberi saya melaksanakan penelitian dan Guru-guru. Pak Sabar yang telah sering membantu saya untuk menyelesaikan penelitian saya. 8. Seluruh teman-teman seperjuangan penulis anak-anak ekstensi 2011 Teknik Industri dan Teknik Kimia, Khususnya Anak FourFourTwo: Sipendiam Wak Niko, Si Badan Besar Reza Tompul, Sibatak kali Sabam, Jonferi. Sirese Tobi JKT48, memecahkan Masalah Si Rolandi, Jolly JCS, legend Rio Opung, Bg Jefri, bg Cisko, Sisantai Bg Jokiie, M.Ryan (Kiting), Tiyoss tugit, Rahmad Nauli, Andrew. Yang selalu ,membantu penulis dalam banyak halserta banyak motivasi penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.

9. Segenap Pegawai Jurusan Teknik Industri : Bang Nurman, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, Bang Ridho, Kak Rahma,dan Kak Mila atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam mempelancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.


(8)

ABSTRAK

Kawasan sekolah memerlukan lingkungan yang tenang dan jauh dari kebisingandan pada kenyataannya untuk daerah perkotaan sulit untuk mendapatkan lokasi sekolah yang tenang. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan yang terletak di Jl. Teuku Cik Umar No. 1 Medan, dimana jalan tersebut merupakan jalan raya yang sering dilintasi oleh kendaraan bermotor. Penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan kebisingan terhadap minat belajar dan mengetahui dampak kebisingan terhadap minat belajar

.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat kebisingan menggunakan Sound Level Meter dengan mengambil 99 lokasi titik pengukuran lantai 1 dan 63 lokasi titik pengukuran lantai 2. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan sebesar 64,92 dBA untuk lantai 1, dan 63,83 dBA untuk lantai 2 melebihi standar yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 55 dBA. Dari hasil noise mapping diketahui kelas yang yang masuk dalam zona merah dan kuning adalah kelas XII-IPA 1 s/d XII IPA 3 di lantai lantai 2 XII IPA 4-XII IPA 6, sedangkan untuk lantai 2 di zona kuning XII ipa 7-XII IPS. Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan pada murid adanya hasil persentase pengaruh kebisingan dari (Konidisi Kebisingan) Kebisingan yang saya rasakan disekolah bersumber dari jalan raya20%, (Gangguan Fisiologis) Kebisingan menyebabkan saya sakit kepala 26%, (Gangguan Psikologis) Kebisingan di sekolah membuat saya tidak bersemangat25%, (Gangguan komunikasi) Kebisingan di ruangan kelas mengganggu saya menjawab pertanyaan yang di berikan guru, dan Kebisingan di ruangan kelas membuat saya sulit memahami penjelasan guru 24%, (Kebisingan Terhadap Minat Belajar) Minat belajar saya kurang fokus karena kebisingan disekolah 26%. Dari hasil seluruh penelitian, maka rekayasa kebisingan untuk mengurangi tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan adalah dengan penanaman pohon bambu dan rumput di depan area sekolah. Perbaikan ruangan kelas adalah dengan mengganti material akustik seperti penggantian langit-langit kelas dengan gypsum, penggunaan dinding beton, pelapisan lantai dengan karpet dan mengganti kaca jendela.

Kata Kunci :Tingkat Kebisingan, Noise Mapping, Sound Level Meter,Minat


(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

ABSTRAK ... xxi

I PENDAHULUAN ... ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah... I-8 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-8 1.4. Manfaat Penelitian... I-9


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

1.4. Batasan dan Asumsi Masalah ... I-9 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-10 II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Sekolah ... II-1 2.2. Jumlah Guru, Pegawai Sekolah dan Murid ... II-2

2.3. Visi, Misi Dan Tujuan Sekolah ... II-4 2.4. Struktur Organisasi ... II-6 2.5. Aktivitas Sekolah ... II-6 2.6. Fasilitas Sekolah ... II-6

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Kebisingan ... III-1 3.1.1. Pengertian Kebisingan... III-1 3.2. Tingkat Bunyi ... III-2 3.3. Tingkat Kebisingan yang diperbolehkan... III-3 3.4. Jenis-jenis Kebisingan ... III-5 3.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan ... III-6 3.6. Pengukuran Kebisingan... III-7


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.7. Penentuan Titik Pengukuran ... III-8 3.8 Metode Pengukuran Kebisingan ... III-9 3.9 Tingkat Bising Sinambung Equivalen... III-11 3.10. Kuesioner ... III-11 3.11. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... III-14 3.11.1. Uji Validitas ... III-14 3.11.2. Uji Reliabilitas ... III-14

3.12. Metode Penentuan Jumlah Sampel ... III-16 3.12.1. Ukuran Sampel ... III-16

3.13. Definisi Hipotesa ... III-18 3.13.1. Tiga Tipe Hipotesa ... III-18

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1 4.3. Jenis Penelitian ... IV-1 4.4. Instrumen Penelitian ... IV-2 4.5. Variabel Penelitian ... IV-2


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.6. Kerangka Berpikir ... IV-3 4.7. Metode Penelitian ... IV-4 4.8. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.9. Metode Pengolahan Data ... IV-7

4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-8 V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1.Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Penentuan Titik Pengukuran ... V-1 5.1.2. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan lantai 1 ... V-5 5.1.3. PemetaanKebisingan Sekolah (Noise Mapping) ... V-6 5.1.4. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Lantai 2 ... V-12 5.1.5. Pemetaan Kebisingan Sekolah Lantai 2 (Noise... V-13 5.1.6. Pengelompokkan Kelas Berdasarkan Tingkat Kebisingan ... V-17 5.1.7. Perancangan Daftar Cocok (Checklist) ... V-19 5.1.7.1. Kisi-kisi Daftar Cocok (Checklist) ... V-20 5.1.7.2. Pernyataan Daftar Cocok (Checklist) ... V-22 5.1.8. Penentuan Jumlah Sampel ... V-23


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.1.9. Data Rapor untuk melihat Minat Belajar Murid - Murid V-33 5.2.1. Tingkat Kebisingan Equivalen Total Lantai 1 ... V-40 5.2.1.1.Tingkat Kebisingan Equivalen Pada Setiap

Titik Pengukuran Lantai 1 ... V-40 5.2.2. Tingkat Kebisingan Equivalen Total Lantai 2 ... V-44 5.2.2.1. Tingkat Kebisingan Equivalen Pada Setiap

Titik Pengukuran Lantai 2 ... V-44 5.2.2.2. Tingkat Kebisingan Siang Lantai 1 ... V-48 5.2.2.3. Tingkat Kebisingan Siang Lantai 2 ... V-52 5.2.3. Uji Hipotesa Pengaruh Tingkat Kebisingan Terhadap

Minat Belajar Murid di SMA Negeri 1Medan ... V-55 5.2.3.1. Uji Hipotesa Minat Belajar Kelas XII-IPA1 ... V-55 5.2.4. Uji Koefisien Korelasi Tingkat Kebisingan Terhadap

Minat BelajarMurid ... V-66 5.2.4.1. Uji Koefisien Korelasi Tingkat Kebisingan

Terhadap Minat BelajarMurid Kelas XII

dengan Murid yang Sama ... V-66 5.2.4.2. Uji Koefisien Korelasi Tingkat Kebisingan

Terhadap Minat BelajarMurid Kelas XI ... V-68 5.2.5. Uji Validitas ... V-70


(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.5.1. Uji Validitas Kuisioner Untuk Kuesioner

Murid ... V-70 5.2.5.1. Uji Validitas Kuesioner Bagian I Kondisi

Kebisingan di sekolah Sampel Murid ... V-71 5.2.6. Uji Reliabilitas... V-71 5.2.6.1. Uji Reliabilitas untuk Kuesioner Murid ... V-73

5.3. Persentasi Pengaruh Kebisingan di SMA Negeri 1

Medan ... V-75 5.3.1. Dampak kebisingan bagi Kondisi Sekolah di

SMA Negeri 1 Medan ... V-75 5.3.2. Dampak Kebisingan Terhadap Gangguan

Fisiologis Murid ... V-76 5.3.3. Dampak kebisingan Terhadap Gangguan

Psikologis Murid ... V-78 5.3.4. Persentase Pernyataan Murid Mengenai

Dampak kebisingan Terhadap Gangguan

Komunikasi Murid ... V-79 5.3.5. Persentase Pernyataan Murid Mengenai

Dampak kebisingan Terhadap Minat Belajar


(15)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

VI ANALISIS DAN EVALUASI ... VI-1

6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1Analisis Tingkat Kebisingan di Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Medan... VI-1 6.1.2 Analisis Peta Kebisingan (Noise Mapping)Sekolah Menengah

Atas Negeri 1Medan ... VI-1 6.1.3Analisis Koefisien Korelasi Antara Tingkat Kebisingan dengan

Minat belajar muriddi SMAN 1 Medan ... VI-2 6.2. Pembahasan ... VI-3

6.2.1Analisis Peta Kebisingan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Medan ... VI-3 6.2.2Pembahasan Peta Kebisingan(Noise Mapping)di SMA

Negeri 1 Medan ... VI-4 6.2.3 Pembahasan Hubungan Tingkat Kebisingan pada Ruangan

Kelas di Sekolah ... VI-4 6.2.4 Pembahasan Rekayasa Perbaikan Tingkat Kebisingan


(16)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

(18)

(19)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Pengukuran Awal Tingkat Kebisingan di SMA Negeri 1 Medan ... I-6 2.1.Jumlah Guru dan Pegawai Sekolah Menengah Atas Negeri

1 Medan (Orang)... II-2 2.2. Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan ... II-3 2.3. Aktivitas Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan ... II-6 3.1. Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi ... III-2 3.2. Tingkat Kebisingan yang Diperbolehkan ... III-4 5.1. Pengukuran Pada Titik Pengukuran 1 lantai 1 pada jam 07.00

WIB (dBA) ... V-5 5.2. Titik Koordinat Noise Mapping Lantai 1 SMAN 1 Medan ... V-7 5.3. Pengukuran Pada Titik Pengukuran 2lantai 1 pada jam 07.00

WIB (dBA) ... V-12 5.4. Titik Koordinat Noise Mapping Lantai 2 SMAN 1 Medan ... V-14

Pengelompokkan Kelas di SMA Negeri 1 Medan

BerdasarkanZona Noise Mapping ... V-17 5.5. Penentuan Jumlah Kelas Terpilih ... V-19 5.6. Kisi-Kisi Daftar Cocok (Cheklist) ... V-21


(20)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.7. Hasil rekapitulasi Daftar (Cheklist) konidisi kebisingan Sekolah ... V-25 5.8. Murid Kelas XII ketika Kelas XI ... V-35 5.9. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Ekivalen (Leq) pada

semua titik Pengukran Lantai 1 ... V-41 5.10. Hasil Rekapitulasi Tingkat Kebisingan Ekivalen (Leq) pada

semua titik Pengukran Lantai 2 ... V-45 5.11. Hasil Rekapitulasi Tingkat kebisingan Siang Lantai 1 ...

5.12. Hasil Rekapitulasi Tingkat kebisingan Siang Lantai 1 ... V-53 5.13. Daftar minat Belajar Murid Kelas XI-IPA1 dan Ketika Kelas

XI IPA 1 ... V-56 5.14. Tingkat Kebisingan dan Minat Belajar murid kelas XII di

SMA Negeri 1 Medan ... V-66 5.15. Perhitungan Koefisien Korelasi Tingkat Kebisingan dengan

Minat BelajarMurid XII ... V-66 5.16. Data Tingkat Kebisingan dan Minat belajar Murid Kelas

XIIketika Kelas XI di SMA Negeri 1 Medan ... V-68 5.17. Perhitungan Koefisien Korelasi Tingkat Kebisingan dengan


(21)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.18 Uji Validitas Pernyataan Bagian I ... V-72 5.19. Uji Validitas Pernyataan Bagian II... V-72 5.20. Uji Validitas Pernyataan Bagian III ... V-72 5.21. Uji Validitas Pernyataan Bagian IV ... V-73 5.22. Uji Validitas Pernyataan Bagian V ... V-73 5.23. Rekapitulasi Uji Reliabilitas Kuesioner Murid Untuk Bagian

Pernyataan ... V-74 5.24. Persentase Butir Pernyataan 1 Dampak Kebisingan Terhadap

Gangguan Kondisi Kebisingan Sekolah Muriddi SMA Negeri

1Medan ... V-75 5.24. Persentase Butir Pernyataan 1 Dampak Kebisingan

TerhadapGangguanFisiologi Sekolah Murid di SMA Negeri 1

Medan ... V-76 5.25. Persentase Butir Pernyataan 1 Dampak Kebisingan

TerhadapGangguan Psikologis Sekolah Murid di SMA Negeri 1


(22)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.26. Persentase Butir Pernyataan 1 Dampak Kebisingan TerhadapGangguan Komunikasi Sekolah Murid di SMA Negeri 1

Medan ... V-79 5.27. Persentase Butir Pernyataan 1 Dampak Kebisingan

TerhadapGangguan erhadap Minat Belajar Sekolah Murid di SMA Negeri 1Medan ... V-81 6.1. Material Akustik Yang Dapat Mereduksi Kebisingan di

Sekolah Menengah Atas negeri 1 Medan ... V-7 6.2. Rekayasa Kebisingan Dengan Material Akustik Pada Ruang

Kelas di SMA negeri 1 Medan ... V-8 6.3. Perhitungan Biaya Yang di Keluarkan Untuk Mengurangi


(23)

(24)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Gambar Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan ... I-4 2.1. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Medan ... II-5 3.1. Pengurangan Bunyi Akibat Jarak ... III-3 3.2. Sound Level Meter ... III-8 4.1. Metodologi Penelitian ... IV-6 5.1. Denah Sekolah SMA Negeri 1 Medan ... V-2 5.2. Titik Pengukuran Kebisingan SMA Negeri 1 Medan ... V-3 5.3. Daerah Pengukuran Kebisingan Sekolah SMA Negeri 1 Medan V-4 5.4. Noise Mapping Sekolah Lantai 1 ... V-11 5.5. Noise Mapping Sekolah Lantai 2 ... V-16 5.6. Grafik Tingkat Kebisingan Ekivalen lantai 1 di SMA Negeri 1

Medan ... V-43 5.7. Grafik Tingkat Kebisingan Ekivalen lantai 2 di SMA Negeri 1

Medan ... V-48 5.8. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-1 IPA 1 dan Murid

kelas XI-IPA1 ... V-60 5.9. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 2 dan Murid kelas


(25)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

6.0. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 3 dan Murid kelas

XI-IPA 3 ... V-61 5.9. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 4 dan Murid kelas

XI-IPA 4 ... V-61 5.10. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 5 dan Murid kelas

XI-IPA 5 ... V-62 5.11. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 6 dan Murid kelas

XI-IPA 6 ... V-62 5.12. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 7 dan Murid kelas

XI-IPA 7 ... V-63 5.13. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 8 dan Murid kelas

XI-IPA 8 ... V-63 5.14. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 9 dan Murid kelas

XI-IPA 9 ... V-64 5.15. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 10 dan Murid kelas

XI-IPA 10 ... V-64 5.16. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPA 11 dan Murid kelas


(26)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.17. Grafik Minat Belajar Murid Kelas XII-IPS dan Murid kelas XI-IPS... V-65 5.18. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Kebisingan

Sekolah ... V-76 5.19. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Fisiologis ... V-77 5.20. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Psikologis ... V-78 5.21. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Komunikasi ... V-80 5.22. Diagram Hasil Kuesioner Pernyataan Gangguan Terhadap

Minat Belajar Siswa ... V-81 6.1. Rekayasa Sekolah Yang sSbelum dan Sesudah Ditanam Pohon

Pringgodani dan Rumput. ... VI-8 6.2 Rekayasa Kelas SMAN 1 Medan Sebelum dan Sesudah


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

L-1. Baku Tingkat Kebisingan Keputusan Kementrian Lingkungan Hidup ... L-1

L-2. Metode Pengukuran Perthitungan Tingkat Kebisingan ... L-2

L-3. Kuesioner Penelitian ... L-3

L-4. Rekapitulasi Data Pengukuran Kebisingan Lantai 1 ... L-4

L-5. Rekapitulasi Data Pengukuran Kebisingan Lantai 2 ... L-5

L-6. Rekapitulasi Daftar Pernyataan Kuesioner ... L-6

L-7. Rekapitulasi Nilai rapor kelas XII ketika kelas XI ... L-7

L-8. Rekapitulasi Nilai rapor Kelas XII ... L-8

L-9. Gambar Layout SekolahMenengahAtas Negeri 1 Medan ... L-9

L-10. Tabel r product moment ... L-10

L-11. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana... L-11

L-12. Surat Pemberian Izin Riset Tugas Sarjana ... L-12

L-13. Surat Keputusan Tentang Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-13

L-14. Surat Perpanjangan Masa Berlaku Surat Keputusan Tentang Tugas

Sarjana Mahasiswa ... L-14


(28)

DAFTAR LAMPIRAN( Lanjutan)

L-16. Fomulir Penetapan Tugas Sarjana ... L-16


(29)

ABSTRAK

Kawasan sekolah memerlukan lingkungan yang tenang dan jauh dari kebisingandan pada kenyataannya untuk daerah perkotaan sulit untuk mendapatkan lokasi sekolah yang tenang. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan yang terletak di Jl. Teuku Cik Umar No. 1 Medan, dimana jalan tersebut merupakan jalan raya yang sering dilintasi oleh kendaraan bermotor. Penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan kebisingan terhadap minat belajar dan mengetahui dampak kebisingan terhadap minat belajar

.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat kebisingan menggunakan Sound Level Meter dengan mengambil 99 lokasi titik pengukuran lantai 1 dan 63 lokasi titik pengukuran lantai 2. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan sebesar 64,92 dBA untuk lantai 1, dan 63,83 dBA untuk lantai 2 melebihi standar yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 55 dBA. Dari hasil noise mapping diketahui kelas yang yang masuk dalam zona merah dan kuning adalah kelas XII-IPA 1 s/d XII IPA 3 di lantai lantai 2 XII IPA 4-XII IPA 6, sedangkan untuk lantai 2 di zona kuning XII ipa 7-XII IPS. Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan pada murid adanya hasil persentase pengaruh kebisingan dari (Konidisi Kebisingan) Kebisingan yang saya rasakan disekolah bersumber dari jalan raya20%, (Gangguan Fisiologis) Kebisingan menyebabkan saya sakit kepala 26%, (Gangguan Psikologis) Kebisingan di sekolah membuat saya tidak bersemangat25%, (Gangguan komunikasi) Kebisingan di ruangan kelas mengganggu saya menjawab pertanyaan yang di berikan guru, dan Kebisingan di ruangan kelas membuat saya sulit memahami penjelasan guru 24%, (Kebisingan Terhadap Minat Belajar) Minat belajar saya kurang fokus karena kebisingan disekolah 26%. Dari hasil seluruh penelitian, maka rekayasa kebisingan untuk mengurangi tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan adalah dengan penanaman pohon bambu dan rumput di depan area sekolah. Perbaikan ruangan kelas adalah dengan mengganti material akustik seperti penggantian langit-langit kelas dengan gypsum, penggunaan dinding beton, pelapisan lantai dengan karpet dan mengganti kaca jendela.

Kata Kunci :Tingkat Kebisingan, Noise Mapping, Sound Level Meter,Minat


(30)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan sebuah lembaga tempat anak didik memperoleh pendidikan dan pelajaran yang diberikan guru. Sekolah mempersiapkan anak didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, meningkatkan ketaqwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selanjutnya mampu membekali diri menuju ke arah pendidikan yang lebih tinggi sebagai bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga tempat memberikan pendidikan dan pengetahuan lanjutan setelah selesai dari Sekolah Menengah Pertama.

Dalam kegiatan proses belajar, gejala awal minat merupakan yang sangat penting, hal ini dikarenakan minat dapat memberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam kegiatan-kegiatan belajarnya, minat dalam perbuatan merupakan pilihan dari tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang berkeinginan untuk melakukannya, dan minat juga memberi petunjuk pada tingkah laku

. C

iri-ciri seseorang yang memiliki minat tinggi yaitu ketekunan dalam menghadapi tugas dan dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai, ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa, lebih senang bekerja mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu), tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan senang mencari dan memecahkan maslah soal-soal.


(31)

Minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan mereka merasa berminatkemudian mendatangkan kepuasan bila kepuasan berkurang minatpun berkurang. Minat belajar merupakan salah satu bentuk keaktifan seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan dan membangkitkan semangat seseorang untuk memenuhi kesedianya dalam belajar. Defenisi konsep minat belajar merupakan pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar, untuk tes minat belajar dapat diukur dengan aspek kesukaan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan, untuk aspek kesukaan adalah gairah murid mengikuti mata pelajaran, aspek perhatian adalah kemauan siswa untuk mengerjakan tugas sekolah, dan aspek keterlibatan adalah kesadaran murid untuk mengisi waktu luang. Dengan tumbuhnya minat belajar dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajari, karena bila murid yang tidak memiliki minat belajar akan merasa malas dan tidak semangat dalam mengikuti proses belajar akan menyebabkan nilai hasil belajar akan menurun dikarenakan minat belajar murid sudah tidak semangat/ menurun.

Faktor yang mempengaruhi minat belajar seseorang pada minat dalam belajar terbagi dua adalah faktor internal dan eksternal, dimana faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri murid untuk memenuhi tindakanya antara lain : hobi, bakat,cita-cita, kondisi keadaan, motivasi, latihan dan ulangan. Dan


(32)

faktor eksternal adalah faktor berasal dari luar diri Murid antara lain: guru, orang tua, lingkungan, teman pergaulan, metode, materi pelajaran.Selain minat belajar yang dimiliki oleh murid terdapat juga kondisi keadaan disekolah yang mempengaruhi minat belajar murid seperti adanya kondisi kebisingan didalam lingkungan sekolah sehingga dengan adanya kebisingandi lingkungan sekolah khususnya dikelas akan membuat semangat minat belajar siswa terganggu / menurun.

Kebisingan merupakan sebagai suara yang tidak diinginkan. Kebisingan ini merupakan suara yang tidak dikehendaki yang sumber bunyi, misalnya alat-alat pekerja, lalu lintas kendaraan, mesin pabrik, pesawat terbang dan lain sebagainya, yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Sekolah merupakan bagian dalam pembangunan di kota besar juga tidak luput dari dampak kebisingan dan tidak dapat dikesampingkan terutama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan yang terletak dijalan Jl. Teuku Cik Di Tiro No.1 Medan mengalami paparan kebisingan setiap hari. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 1 Medan ini terletak di pusat kota, dan terletak pada jalan raya dengan banyaknya kendaraan yang melewati SMA Negeri 1 Medan seperti motor, mobil pribadi sebanyak ± 40/menit kendaraan dengan kecepatan 10-20 km/jam kendaraan yang melewati SMA N 1 Medan,hal ini menyebabkan kebisingan dari jalan raya,dari lingkungan sekolah dan secara kumulatif suara kebisinganyang sering terdengar seperti suara klakson, suara knalpot, suara tukang parkir, suara murid yang berolahraga, suara guru yang


(33)

mengajarkan murid dikelas,yang membuat kebisingan kedalam lingkungan di SMA Negeri 1 Medan. Berdasarkan dengan kondisi kebisingan di lingkungan sekolah tersebut menyebabkan tidak berlangsungnya dengan baik pada proses belajar-mengajar pada murid didalam ruang kelas.

Gambar.1.1. Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Medan

Pada penelitian Sardini Sri Buwono (2013), hasil belajar yang dicapai seorang siswa dipengaruhi oleh dua faktor, faktor utama yaitu dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dan faktor luar yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, dan salah satu faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yang menentukan keberhasilan belajar siswa adalah minat. Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar dan menjadi penyebab keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dimana siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut dan untuk membangkitkan minat belajar siswa, guru memiliki peranan


(34)

yang penting karena guru harus kreatif menciptakan metode penyampaian metode, materi karena cara mengajar guru dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya minat belajar siswa1

Pada penelitian Johan Maknum (2013), Sesuai dengan KMNLH No. 48 Tahun 1996 tingkat kebisingan peruntukan kawasan lingkungan kesehatan/lingkungan kegiatan di sekolah atau sejenisnya, tingkat kebisingan tidak diperbolehkan melebihi 55 dB. Pada penelitian menjelaskan bahwa kebisingan pada intensitas yang lama dan dalam tingkat tertentu dapat membahaya psikologi belajar dan kesehatan siswa yang terpapar oleh sumber kebisingan. Paparan tingkat kebisingan yang dapat ditolerir oleh seseorang, tergantung dari kegiatan apa yang dilakukan oleh orang yang terpapar tersebut. Misalnya, seseorang yang sedang melakukan belajar mengajar dan seseorang yang sedang melakukan kegiatan beribadah, akan merasa terganggu dengan kebisingan yang rendah sekalipun. Efek kebisingan yang terpapar pada siswa yang sedang belajar dalam ruang kelas mengakibatkan penurunan pada kinerja belajar anak, terutama dalam belajar membaca misalnya gangguan konsentrasi saat membaca, ketika kebisingan terjadi pada saat proses belajar di kelas

.

2

Pada penelitian Ibnu Chandra (2013), kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan. Kebisingan ini merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari sebuah sumber bunyi, misalnya aktivitas lalu lintas kendaraan, mesin pabrik, pesawat terbang, dan lain sebagainya. Sekolah sebagai salah satu

.

1

Sardini Sri Buwono , “Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS PONTIANAK”, Universitas Tanjung Pura Pontianak, 2013 h.2

2

Johar Maknun,“Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Efektivitas Proses Belajar Menagajar”. Universitas Pendidikan Indonesia, 2012 h.3


(35)

elemen dalam pembangunan dikota besar juga tidak luput dari ancaman kebisingan yang terus terjadi akibat aktivitas lalu lintas kendaraan yang padat setiap harinya. Sehingga masalah mengenai pengaruh kebisingan pada sebuah bangunan pendidikan tidak dapat dikesampingkan begitu saja, terutama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kosentrasi siswa dalam menerima materi pelajaran juga turut dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan adanya kebisingan maka materi pelajaran yang diterima siswa tidak dapat diserap seutuhnya sehingga hal ini dapat berpengaruh pada dampak minat belajar para siswa terhadap materi pelajaran tersebut. Dalam jam - jam tertentu misalnya saat jam berangkat ke kantor sekitar pukul (07.00-08.00 WIB), intensitas kebisingan yang ditimbulkan pada jalan raya lebih banyak dirasakan pengaruhnya pada siswa dibandingkan pada waktu lainya, hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melintas tepatnya di jalan depan sekolah. Suara knalpot, dan bunyi klakson kendaraan tak jarang terdengar hingga kedalam ruangan kelas, dengan kondisi tersebut tentunya faktor kenyamanan pada sekolah ini belum dapat terpenuhi3

Dari observasi pendahuluan untuk mengetahuipenyebab minat belajar murid SMAN 1 Medanmenurunadalah karena murid tidak suka dengan mata pelajaran, murid tidak suka dengan notasi suara guru yang keras mengajarkan pelajaran, murid tidak suka dengan kebisingan di lingkungan sekolah, dan dampak kebisingan terhadap minat belajar setelah pengaruh kebisingan didalam kelas adalah karena adanya kebisingan membuat saya pusing, karena kebisingan dikelas

3

Ibnu Chandra,“Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas terhadap konsentrasi belajar”,Universitaspendidikan indonesia, 2013 h.2


(36)

membuat saya tidak bersemangat, karena kebisingan dikelas membuat saya sulit menerima penjelasan guru, karena kebisingan dikelas membuat hasil nilai prestasi saya menurun. Untuk observasi awal untuk tingkat kebisingan di lingkungan SMA Negeri 1 Medan melebihi dari tingkat kebisingan yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Kep-48/MENLH/11/1996 (Lampiran 1) yaitu 55 dB untuk lingkungan sekolah. Pengukuran awal tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan diambil secara acak yang dianggap lokasi yang melebihi nilai ambang batas dan dekat dengan sumber kebisingan. Waktu pengukuran kebisingan dilakukan pada pukul 07.00, 10.00 dan 15.00 sesuai ketentuan menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996. titik pengukuran kebisingan dapat dilihat pada lampiran 2. Tabel 1.1. menunjukkan pengukuran awal tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan.

Tabel 1.1. Pengukuran Awal Tingkat Kebisingan di SMA Negeri 1 Medan

No Hari Jam Nilai Titik Kebisingan (dBA)

A B C D E

1

Senin

07.00 71 72 69 57 55

2 10.00 72 71 69 56 56

3 15.00 70 71 68 57 56

Rata-rata 71 71 69 57 56

Sumber : Pengukuran secara langsung

Dari hasil observasi pendahuluan diatas maka penulis ingin Menganalisis Hubungan Tingkat Kebisingan Terhadap Minat Belajar Murid Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan dan mengetahui dampak kebisingan diruang kelas terhadap minat belajar murid Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.


(37)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan adalah untuk mengetahui adanya hubunganminat belajar murid-murid SMAN 1 Medan terhadap tingginya tingkat kebisingan diruang kelas belajar, sehingga dilihat ada yang mempengaruhi hasil nilai rapor murid di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan dan mengetahui penyebab dampak kebisingan dikelas kepada murid-murid SMA Negeri 1 Medan.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Hubungan Tingkat Kebisingan Terhadap Minat Belajar dan Dampak Kebisingan terhadap Minat Belajar murid Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan dan membuat rekayasa perbaikan untuk mengetahui menanggulangi kebisingan.

Tujuan Khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk menghitung tingkat kebisingan pada jam-jam kegiatan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.

2. Membuat peta kebisingan (noise mapping) di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan medan yang berada diruang kelas.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kebisingan terhadap minat belajar, dan dampak kebisingan di sekolah terhadap minat belajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan.


(38)

4. Membuat rekayasa penanganan kebisingan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai masukan atau rekomendasi bagi pihak sekolah untuk mengetahui seberapa besar dampak kebisingan terhadap minat belajar murid di sekolah dan memberikan reakayasa perbaikan untuk menanggulangi kebisingan.

1.5. Batasan Masalah dan Asusmsi

Agar penyelesaian masalah tidak menyimpang dari tujuan dan menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti, maka penulis membuat batasan masalah dan asusmsi.

Batasan masalah yang digunakan yaitu:

1. Penelitian dilakukan pada area SMA Negeri 1 Medan

2. Penelitian dilakukan pada murid-murid di SMA Negeri 1 Medan

3. Penelitian dilakukan pada ruang kelas untuk mengukur tingakat kebisingannya 4. Penelitian dilakukan untuk mengetahui minat belajar menurun / tetap karena

kebisingan dikelas

5. Waktu pengukuran selama bulan Maret 2015

6.

Metode pengukuran berdasarkan aturan Meteri Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996.


(39)

7. Metode penentuan titik pengukuran berdasarkan European Commission

Working Group Assessment of Exposure to Noise (WG-AEN)

8. Tingkat ketelitian yang digunakan 95 %

9. Nilai rapor yang dikumpulkan hanya murid kelas XII dan ketika murid tersebut di kelas XI yang terkena pada zona merah dan kuning pada noise mapping.

Asusmsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi sekolah tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung 2. Proses belajar mengajar berlangsung normal.

3. Seluruh data yang dikumpulkan berdasarkan pengukuran yang sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

4. Tidak ada perubahan metode pengukuran selama penelitian berlangsung 5. Kondisi pendengaran murid-murid SMA Negeri 1 Medan dianggap normal

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Untuk memudahkan penelitian, pembahasan dan penelitian tugas akhir ini, maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

Bab I diuraikan latar belakang penelitian tentang minat, minat belajar, faktor-faktor minat belajar, kebisingan, kebisingan di sekolah menyebabkan minat belajar terganggu dan menurun, dan mengetahui dampak kebisingan disekolah menyebabkan minat belajar terganggu/menurun. Selain itu, bab I juga membahas rumusan masalah yang berkenaan dengan dampak minat belajar terhadap tingkat kebisingan, tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan minat belajar terhadap


(40)

kebisingan, dan dampak kebisingan terhadap minat belajar, asumsi dan batasan masalah penelitian serta manfaat penelitian untuk SMA Negeri 1 Medan.

Bab II berisikan sejarah sekolah, ruang lingkup sekolah, jumlah murid, proses belajar- mengajar, aktifitas sekolah. Bab II juga berisi beberapa hal yang mendukung informasi mengenai SMA Negeri 1 Medan.

Bab III diuraikan teori – teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dikaji dengan tugas akhir, rumus, metode dan pendekatan yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah. Landasan teori mencakup teori – teori yang mendukung permasalahan dan teori mengenai kebisingan, dampak dan perbaikan.

Bab IV berisikan mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka berfikir, tahapan penelitian, variable penelitian, metode dan instrumen penelitian, langkah – langkah pengumpulan data, analisis dan pemecahan masalah, kesimpulan dan saran.

Bab V berisi tentang pengumpulan data pendahuluan, berupa pengumpulan data kebisingan, pendapat murid mengenai tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan dan penentuan titik pengukuran terhadap tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan. Mengidentifikasi data hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan berupa data tingkat kebisingan secara periodik.

Bab VI diuraikan mengenai analisis hasil pengolahan data berupa pengukuran tingkat kebisingan dan waktu produktif secara statistik maupun non statistik. Selain itu juga diuraikan evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan dan membuat rekayasa kebisingan untuk mengurangi kebisingan sekolah


(41)

Bab VII berisi kesimpulan dari masalah yang dibahas dalam penelitian dan menjawab tujuan tentang resiko dan pengendalian kebisingan. Sedangkan saran diberikan tentang pengendalian kebisingan di SMA Negeri 1 Medan.


(42)

BAB II

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

2.1 Sejarah Sekolah

Pendirian SMA Negeri 1 Medan dirintis pada tanggal 18 April - 1 September tahun 1950, pada mulanya berlokasi di Jalan Teuku Umar No. 1, Medan. Sebelum menempati lokasi Jalan Teuku Cik Dik Tiro No. 1 Medan, SMAN 1 Medan pernah berubah menjadi SMA darurat yang berlokasi di Jalan Seram pada masa agresi Belanda yang kerap melakukan aksi polisionil. Dahulu, SMA Negeri 1 Medan sempat disebut sebagai SMA Teladan Medan. Pada tahun 1954, Kepala Urusan Pendidikan SMA Depdikbud menugaskan beberapa SMA negeri terpilih untuk mengadakan kurikulum baru. Sekolah-sekolah ini kemudian disebut sebagai SMA Teladan di masing-masing kota tersebut.

Didasari oleh SK Mendikbud nomor 12807/a/c pada tanggal 16 Desember 1957, beberapa SMA Teladan berdiri di Jakarta, Medan, Surabaya, Bukit Tinggi, dan Yogyakarta. SMA Teladan sendiri terdiri menjadi tiga bagian. Bagian A bermaterikan Sastra Budaya, bagian B mengajarkan Ilmu Pasti, dan bagian C bermaterikan Sosial Ekonomi. Prof. Anwar Nasution (Guru Besar FE UI, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2004-2009) adalah salah satu alumni Smansa Medan saat masih bernama SMA Teladan Medan.

Tak lama kemudian, proyek SMA Teladan diterapkan di seluruh Indonesia. Sejak saat itu, nama SMA Teladan Medan berubah menjadi SMA


(43)

Negeri 1 Medan. Di era reformasi, sekolah ini sempat berubah menjadi SMU Negeri 1 Medan seiring perubahan nama Sekolah Menengah Atas menjadi Sekolah Menengah Umum di seluruh Indonesia. Hingga kini, sekolah ini kembali disebut sebagai SMA Negeri 1 Medan (Smansa Medan).SMAN 1 Medan mempunyai 11 orang mantan kepala sekolah yang dari tahun 1950-2014, yang sekarang dipimpin oleh Dra. Hj Safrimi M. Pd. periode (2015- sampi sekarang),

2.2 Jumlah Guru, Pegawai Sekolah dan Murid

Jumlah guru dan pegawai sekolah menjelaskan tentang banyak tenaga pendidik atau guru dan pegawaiyang bekerja diSekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan dan jumlah muridmenjelaskan tentang banyak murid yang bersekolah diSekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan. Rincian jumlah guru dan karyawan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan dapat dilihat pada Tabel 2.1 sedangkanrincian jumlah muridsekolah menengah atas negeri 1 medan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1 JumlahGuru dan PegawaiSekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan (Orang)

N o Keteranga n Laki-laki(Orang ) Perempuan(Oran g) Total(Oran g) 1 Komite

Sekolah 1

2 Kepala

Sekolah - 1

3

Wakasek Sarana Prasarana


(44)

4 Wakasek

Kurikulum 1 - 1

Sumber : Pengumpulan Data Sekolah

Tabel 2.1 JumlahGuru dan PegawaiSekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan (Orang) (Lanjutan)

N o Keteranga n Laki-laki(Orang ) Perempuan(Oran g) Total(Oran g) 5 Wakasek

Kesiswaan 1 - 1

6 Wakasek

Humas 1 - 1

7

Penjab Kelas Unggulan

1 1 2

8 Guru mata

pelajaran 42 52 94

9 Guru

Kurikulum - 2 2

10 Guru

Konseling 2 11 13

11 Pegawai 16 12 28

12 Penjaga

Sekolah 2 - 2

Total 67 79 145

Sumber : Pengumpulan Data Sekolah

Tabel 2.2 Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

No Kelas

Jumlah Murid Total(Or ang) Laki-laki(Oran g) Perempuan (Orang)

1 X 245 285 530

3 XI IPA 220 240 460

4 XI IPS 20 20 40

5 XII IPA 210 240 450

3 XII IPS 20 20 40

Total 715 805 1520


(45)

2.3 Visi, Misi Dan Tujuan Sekolah

Visi adalah orientasi sekolah ke depan ataupun target keluaran yang diinginkan sekolah, sedangkan misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh sekolah dalam usahanya mewujudkan visi. Tujuan adalah petunjuk/arahan bagi pengembangan sekolah dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Visi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan adalah dengan beriman , bertaqwa dan unggul dalam akademik dan non akademik serta berwawasan lingkungan hidup. Misi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan adalah sebagai berikut:

Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan untuk menghantarkan murid agar berprestasi dalam IPTEK olahraga dan seni yang bersaing di era globalisasi serta peduli terhadap lingkungan hidup

Tujuan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan adalah sebagai berikut: 1. Murid memperoleh pelayanan pendidikan yang maksimal.

2. Terlaksananya Kegiatan belajar mengajar yang baik. 3. Meningkatkan mutu lulusan.

4. Terlaksananya kegiatan bimbingan dan pembinaan mental spiritual murid dengan baik.


(46)

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan adalah struktur garis staf dan fungsional.Struktur garis staf dan fungsionaladalah jenis struktur yang memiliki garis staf dan fungsional perintah yang sangat spesifik. Persetujuan dan perintah dari jenis struktur ini berasal dari garis staf dan fungsional yang bawah. Struktur organisasi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medandapat dilihat pada Gambar 2.1. Kepala Sekolah Wakasek Kesiswaan Wali Kelas Wakasek Kurikulum Wakasek Sarana Prasarana Penjab Kelas Unggulan Pegawai Kesiswaan Wakasek Humas Kepala Tata Usaha Komite sekolah Pegawai Sarana Prasarana Guru Kurikulum Pegawai Humas Guru Mata Pelajaran Penjaga sekolah Pegawai Tata Usaha Guru Konseling

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan Keterangan Gambar :

= hubungan garis


(47)

= hubungan staf

2.5 Aktivitas Sekolah

Aktivitas sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan sekolah secara aktif dalampembelajaran. Aktifitas sekolah dapat dilihat dari jadwal kegiatan sekolah tiap harinya ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Aktivitas Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

Kelas Pukul Kegiatan

X IPIA IPS, XI IPA IPS,XII IPA IPS

07.30 – 09.15 09.15 – 09.30 09.30 – 10.30

Belajar mengajar Istirahat Belajar mengajar X IPIA IPS, XI IPA

IPS,XII IPA IPS

10.35 – 12.00 12.00 – 12.15 12.15 – 14.00 14.00- selesai

Belajar mengajar Istirahat Belajar mengajar Jam belajar selesai

2.6 Fasilitas Sekolah

Fasilitas sekolah adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan proses belajar mengajar yang ada di sekolah. Fasilitas Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan adalah sebagai berikut:

1. Ruangan berada di gedung sekolah 2 lantai yang berisikan 12 kelas untuk murid X, 11 kelas untuk murid kelas XI IPA 1 kelas untuk murid IPS, 11 kelas untuk murid XII IPA, dan 1 kelas untuk murid IPS.

2. Tersedianya laboratorium yang lengkap untuk memadai murid lebih berkembang yang diantaranya laboratorium Bahasa, Fisika, Kimia, Biologi, dan Komputer


(48)

3. Perpustakaan yang luas dan nyaman didalam ruang perpustakaan untuk membuat nyaman didalam perpustakaan dan menyediakan berbagai jenis buku kebutuhan murid dan guru.

4. Kantin sekolah yang terletak diantara gedung sekolah.

5. Lapangan terbuka yang terletak di tengah sekolah dan digunakan sebagai sarana olahraga, upacara, pramuka, dan tempat bermain murid.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Kebisingan4

Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan yang bersumber dari alat produksi dan atau alat yang pada tingkat tertentu akan menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan (Noise) dapat juga diartikan sebagai sebuah 3.1.1. Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dari kenyamanan lingkungan (Kep MENLH No: KEP-48/MENLH/II/1996).Menurut Leslie (1993), kebisingan adalah tiap bunyi yang tidak diinginkan oleh penerima. Sehingga tiap bunyi yang mengalihkan perhatian mengganggu, atau berbahaya bagi kesehatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan, atau belajar) dianggap sebagai bising.

4


(49)

bentuk getaran yang dapat berpindah melalui medium padat, cair dan gas (Harris, 1979).Sedangkan menurut Permenkes No. 781/MENKES/Per/IX/1987 kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga menggangu atau membahayakan kesehatan.Jadi kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi atau suara yang timbul akibat dari suatu aktivitas pada waktu tertentu yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

3.2. Tingkat Bunyi5

Tingkat bunyi (sound level) adalah perbandingan logaritmis energi suatu sumber bunyi dengan energi sumber bunyi acuan, diukur dalam decibel (dB(A)). Energi sumber bunyi acuan adalah energi sumber bunyi terendah yang masih dapat didengar manusia, yaitu 10-12 W/m2. Setiap penggandaan jarak, tingkat bunyi berkurang 6 dB(A). Setiap penggandaan sumber bunyi, tingkat bunyi akan bertambah 3 dB(A). Setiap penggandaan massa dinding, tingkat bunyi akan berkurang 5 dB(A). Setiap penggandaan luas bidang peredam, tingkat bunyi akan berkurang 3 dB(A).

Tabel 3.1. Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi

SumberBunyi Intensitas

(watt/m2)

Tingkat Bunyi (dB(A))

Roketruangangkasa >107 >190

Pesawat jet 104 160

Orkes brass besar 10 130

5


(50)

Mesin besar 10 120

Orkes lengkap 10-2 100

Mobil penumpang di jalanraya

10-2 100

Tabel 3.1. Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi (Lanjutan)

SumberBunyi Intensitas

(watt/m2)

Tingkat Bunyi (dB(A))

Percakapan normal 10-5 70

Bisikan lembut 10-9 30

Sumber : Satwiko, 2008

Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Sumber : Satwiko, 2008


(51)

3.3. Tingkat Kebisingan yang diperbolehkan6

No

Tingkat kebisingan yang diperbolehkan (acceptable noise level) adalah tingkat kebisingan yang diperkenankan terjadi di suatu ruuangan agar aktivitas (fungsi) tidak terganggu.

Berikut ini tingkat kebisingan yang diperbolehkan pada berbagai kawasan sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 3.2. Tingkat Kebisingan yang Diperbolehkan

Peruntukkan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan

Tingkat Kebisingan dB(A)

A. Peruntukkan Kawasan

1 Perumahan dan Pemukiman 55

2 Perdagangan dan Jasa 70

3 Perkantoran dan Perdagangan 65

4 Ruang Terbuka Hijau 50

5 Industri 70

6 Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60

7 Rekreasi 70

8 Khusus:

Bandara Udara -

Stasiun Kereta Api -

Pelabuhan Laut 70

Cagar Budaya 60

B. Lingkungan Kegiatan


(52)

1 Rumah Sakit atau sejenisnya 55

2 Sekolah atau sejenisnya 55

3 Tempat ibadah atau sejenisnya 55

Sumber :Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan

3.4. Jenis-jenis Kebisingan7

Ada 3 faktor yang mempengaruhi kebisingan yang bias menentukan tingkat gangguan terhadap manusia yaitu :

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah:

1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas (steady state,

wide band noise), misalnya suara yang ditimbulkan oleh kipas angin.

2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise), misalnya suara yang ditimbulkan oleh gergaji

sirkuler dan katup gas.

3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya suara lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara.

4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misalnya suara tembakan atau meriam.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya suara yang ditimbulkan mesin Tempa

3.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan

7


(53)

1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.

2. Intensitas bunyi, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur denga logaritma dalam desible (dB).

3. Frekuensi, menentukan jumlah gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga seseorang setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hz). Frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-20000 Hz.

Suatu suara atau bunyi dapat dikatakan suatu kebisingan atau tidak sebenarnya bersifat sangat subjektif, hal ini karena suara yang sama hari ini dikehendaki mungkin pada waktu lain dianggap mengganggu. Adapun yang mempengaruhi sifat tersebut yaitu:

1. Pengalaman yang lalu 2. Derajat kesehatan 3. Kesenangan 4. Pekerjaan

5. Aktivitas, tidur, rekreasi 6. Umur


(54)

3.6. Pengukuran Kebisingan8

Maksud pengukuran kebisingan adalah :

1. Memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja.

2. Mengurangi tingkat kebisingan, sehingga tidak menimbulkan gangguan. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Alat ini mengukur kebisingan di antara 30 – 130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20 – 20.000 Hz. Suatu sistem terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikropon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi ini, yang tergantung dari tekanan udara, sehingga perlu dikoreksi. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran sound level meter dipasang pada ketinggian ± 140 – 150 cm atau setinggi telinga.

8

Suma’mur, Higiene Perusahaan Dan KesehatanKerja. (Jakarta: PT. TokoGunungAgung, 1981). h. 58-59


(55)

Gambar 3.2. Sound Level Meter

3.7. Penentuan Titik Pengukuran9

Menurut European Commission Working Group Assessment of Exposure to Noise (WG-AEN) ada 2 cara mengukur kebisingan yakni:

1. Pengukuran langsung

Melakukan pengukuran langsung dari sumber kebisingan dengan jarak minimal 3 meter.

2. Peta Kontur

Pemetaan kontur dan penentuan daerah yang terkena kebisingan oleh titik tertentu, memerlukan perhitungan ukuran dalam penandaan. Umumnya, jarak grid harus lebih dari 10 meter di kelompokkan. Sebuah jarak yang lebih luas di daerah terbuka dapat memberikan akurasi yang dapat diterima meskipun jarak grid tidak biasanya harus melebihi 30 meter. Untuk kontur bising pesawat, karena ini

9

European Commission Working Group Assessment of Exposure to Noise (WG-AEN). 2006Good

Practice Guide for Strategic Noise Mapping and the Production of Associated Data on Noise Exposure.GPN EN.doc.Hal . 13-14


(56)

umumnya hanya dipengaruhi oleh fitur topografi besar, seperti pegunungan, jarak pengukuran kebisingan hingga 100 meter mungkin dapat dijadikan acuan pengukuran. Beberapa lokasi, terutama di daerah perkotaan, mungkin dapat disarankan menggunakan spasi grid kurang dari 10 meter. Secara khusus, hal ini dikarenkan mungkin posisi bangunan yang saling berhadapan di jalan-jalan sempit.

Penelitian Muh. Isran Ramli (2015) penentuan titik-titik sampling noise

mapping menggunakan metode Grid yakni melakukan pembagian lokasi menjadi

beberapa kotak yang berukuran sama. Tahap pertama, dengan menandai titik lokasi pada aplikasi google earthmewakili setiap tempat dengan jarak titik ±10 meter10

3.8. Metode Pengukuran Kebisingan11

Metode pengukuran kebisingan menurut Kementerian Lingkungan Hidup terbagi atas 2 metode yakni:

1. Cara Sederhana

Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.

2. Cara Langsung

10

Ramli, Muh. Isran.2015. Analisis Tingkat KebisinganPadaKawasanSekolahMenengahAtas Di

Kota Makassar.JurusanTeknikSipilUniversitasHasanuddin

11

KeputusanMenteri Negara LingkunganHidup No.KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan.


(57)

Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00.

Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan padamalam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :

- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00 - L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00 - L3 diambil pada jam 12.00 mewakili jam 11.00 – 15.00 - L4 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00 - L5 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00 - L6 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00 - L7 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00 - L8 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00

3.9. Tingkat BisingSinambungEquivalen (Leq)12

Leq adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal dalam beban (weighting Network) A, yang menunjukkan energi bunyi yang equivalen dengan


(58)

energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu, secara matematis adalah sebagai berikut :

Leq = 10 log10[Ʃtj10Lj/10]

Dimana :

Leq = Tingkat bisingsinambungequivalendalamdB(A) Lj = Tingkat tekanansuarake 1

tj = Fraksi waktu

3.10. Kuesioner13

1. Adanya subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey dengan cara mengisi pertanyaan yang diajukan peneliti terhadap responden yang dipilih.

Adanya empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:

2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.

3. Adanya petunjuk pengisian kuesioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah mengerti.

13


(59)

4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, ataupun terbuka. dalam mebuat pertanyaan ini juga disertakan dengan isian untuk identitas responden.

Kuisioner dapat dibedakan berdasarkan: 1. Berdasarkan cara menjawab:

a. Kuisioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.

b. Kuisioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai dengan pilihan yang ada.

2. Berdasarkan jawaban yang diberikan:

a. Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.

b. Kuisioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.

3. Berdasarkan bentuknya:

a. Kuisioner pilhan ganda, yaitu sama seperti kuisioner tertutup, dimana terdapat pilahan jawaban.

b. Kuisioner isian, yaitu sama seperti kuisioner terbuka, berbentuk essay. c. Checklist, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan

tanda check pada kolom yang sesuai.

d. Rating scale, yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang

menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya: mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.


(60)

Keuntungan menggunakan kuisioner: 1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.

4. Dapat dibuat standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar dan sama.

Kelemahan menggunakan kuisioner:

1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga adanya pertanyaan yang telewati tidak terjawab.

2. Validitas sulit diperoleh.

3. Terkadang responden menjawab secara tidak jujur 4. Sering tidak dikembalikan

5. Waktu pengembalian tidak sama. Bahkan kadang-kadang ada yang telalu lama, sehingga menghambat proses pengolahan data lebih lanjut.

3.11. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas14

Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen 3.11.1. Uji Validitas


(61)

pengumpulan data. Analisis korelasi adalah salah satu cara pengujian validitas yang umum digunakan. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson yaitu sebagai berikut:

rxy =

N∑XY- (∑X)(∑Y)

��(N ∑X2- (∑X)2��(N ∑Y2- (Y)2�

Dimana:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

Xi = skor variabel independen X

Yi = skor variabel independen Y

N = jumlah responden Kriteria pengujian :

Jika r > r tabel, berarti item pertanyaan adalah valid.

Jika r < r tabel, berarti item pertanyaan adalah tidak valid.

3.11.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut. Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti indeks reliabilitas Spearman-Brown, Flanagan, dan

Hoyt. Teknik pengujian lain yang juga banyak digunakan ialah Koefisien Alpha Cronbach.

Koefisien Alpha Cronbach memberikan indikasi seberapa baik item-item dalam set saling berkorelasi secara positif. Makin dekat nilai koefisien Alpha


(62)

Cronbach kepada angka 1 makin kuat konsistensi internal reliabilitas. Koefisien

Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaan-pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu, misalnya 1 dan 5 atau antara 1 dan 10, dan sebagainya. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

r11 =

k

k - 1

� �

1-

σ 2

b σt2

Dimana, r11 = reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)

k = jumlah butir pertanyaan dalam instrumen

∑ �b 2

= jumlah varians butir-butir pertanyaan

�t 2

= varians total

3.12. Metode Penentuan Jumlah Sampel15 3.12.1.Ukuran Sampel

Pada dasarnya pengambilan jumlah sampel tergantung pada kondisi secukupnya saja. Apabila populasinya sangat homogen, maka pengambilan

sample secukupnya saja. Akan tetapi apabila kondisi populasinya sangat

heterogen, maka pengambilan sampelnya harus memperhatikan bahwa tiap tingkatan populasi harus terwakili.

Yang perlu diperhatikan bahwa pengambilan sampel harus melebihi banyaknya variabel yang akan diukur pada populasi tersebut. Ada beberapa

15Rosnani Ginting, op.cit. hlm79-80.


(63)

macam cara untuk mengetahui ukuran sampel yang diambil sebagai perwakilan dari suatu populasi, yaitu :

1. Pendapat Slovin

Menurut Slovin, jumlah sampel yang dapat diambil adalah: n= N

1+Nd2

Dimana :

n = jumlahsampel N =jumlahpopulasi

d= persentase kelonggaran ketelitian (presesi) karena kesalahanpengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, biasanya 0,02.

2. Pendapat Gay

Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan. Misalnya metode deskriptif minimal 10% dari populasi, metode deskriptif - korelasional minimal 30 subjek, metode eksperimental 15 objek tiap kelompok percobaan.

3. Pendapat Kracjie

Kracjie juga membuat suatu daftar slovin, hanya untuk α sebesar 5% dan

jumlah populasi N mulai dari 10 sampai 100.000. berdasarkan N dan α

tersebut dihasilkan besar sampelnya. Karena prinsipnya sama dan ternyata besar sampel dari kracjie dan slovin hampir sama besar, maka penulis tidak menjelaskan lebih lanjut.


(64)

4. Pendapat Harry King

Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan nomogram dan jumlah populasi

maksimum 2000 dengan α bervariasi sampai 15%.

Jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam popuplasi mereka dapat menentukan kurang lebih 25 - 30% dari jumlah subjek tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi meliputi 100 hingga 150 orang dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Akan tetapi apabila peneliti menggunakan teknik wawancara (interview) atau pengamatan (observasi) jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik pengambilan sampel sesuai dengan kemampuan peneliti16

3.13. Definisi Hipotesa

.

Hipotesa dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam kuantitatif sehingga dapat diuji kebenarannya (Sekaran, U., 2003). Kata kunci dari hipotesa.

3.13.1.Tiga Tipe Hipotesa 1. Hipotesa Deskriptif

Hipotesa deskriptif adalah pernyataan yang mendeskripsikan suatu variabel tertentu. Masalah yang terkait atau mendasari hipotesis ini ialah pendeskripsian suatu variabel, misalnya variabel produktivitas karyawan di Departemen Manufakturing

16


(65)

2. Hipotesa Komparatif (Comparative Hypotheses)

Hipotesa komparatif adalah pernyataan tentang sifat hubungan antar satu atau lebih variabel independen dan satu variabel dependen, antar dua atau lebih variabel independen dan dua atau lebih variabel dependen.

3. Hipotesa Asosiatif

Hipotesa asosiatif ialah pernyataan tentang hubungan antar variabel atau lebih. Sifat hubungan antar variabel tidak ditinjau dari sudut sebab – akibat (causal), tetapi hanya mempertanyakan ada tidaknya hubungan yang terjadi antara variabel – variabel tersebut. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan jika satu variabel berubah maka variabel lain juga berubah. Perubahan pada variabel – variabel tersebut boleh disebabkan faktor lain yang berada di luar variabel – variabel lain.


(66)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian adalah Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Medan Jalan Jl. Teuku Cik Di Tiro No.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi (correlational research). Penelitian korelasi merupakan jenis penelitian yang membantu menemukan kemungkinan ada tidaknya hubungan antar dua atau lebih variabel bebas dengan variabel tergantung

Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2015sampai Agustus 2015.

4.2. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan, murid-murid SMA Negeri 1 Medan.

4.3. Jenis Penelitian

17

dan membantu juga mendeteksi sejauh mana variasi pada suatu faktor berkaitan (berkorelasi) berdasarkan koefisien korelasi18

17

Widodo,T. 2009. MetodePeneltian Kuantitatif. UNS Press: Medan. Hal: 41

18

Sinulingga, Sukaria. 2012. Metodologi Penelitian, Edisi 2. USU Press. Hal:27


(67)

pengaruh tingkat kebisingan dengan minat belajar murid di Sekolah Menengah AtasNegeri 1 Medan.

4.4 Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sound Level Meter

Sound Level Meter digunakan untuk mengukur seberapa besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya

2. Kuisioner

Kuisioner untuk mengumpulkan data kebisingan dari keluhan murid disekolah.

3. Meteran untuk mengukur jarak posisi titik pengambilan area kelas yang akan diukur kebisingannya.

4. Software Microsoft Exell untuk menghitung Leq rekapitulasi kuisioner, rekapitulasi waktu produktif, dan rumus-rumusnya.

5. Software Surfer11.0, untuk membuat peta kebisingan (noise mapping).

4.5. Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


(68)

1. Variabel independen

Variale Independen(bebas) adalah variabel yangnilainya mempengaruhi variabel dependen. Adapun variabeldependen dalam penelitian ini adalahtingkat kebisingan dan posisi ruang kelas di SMA Negeri 1 Medan.

2. Variabel Intervening

Variabel Intervening adalah suatu faktor yang secara teoritis mempengaruhi fenomena yang diobservasi (hubungan antara variabel dependen dan variabel independen menjadi bersifat tidak langsung). Adapun variabel intervening dalam penelitian ini adalah minat belajar murid -murid yang menurun diSekolah Menengah Atas 1 Medan

3. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah rekayasa pengurangan kebisingan di sekolah.

4.6. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptualdalam penelitian ini adalah

1. Kebisingan

Merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar.


(69)

2. Ruangan Kelas

Merupakan bangunan sekolah yang berfungsi untuk proses kegiatan belajar-mengajar yang didalamnya terdapat murid dan guru.

3. Hubungan kebisingan (hipotesa dan korelasi)

Merupakan adanya hubungan atau tidak kebisingan terhadap minat belajar siswa. Dan korelasinya untuk melihat adanya hubungan timbal balik dari kebisingan terhadap minat belajar disekolah.

4. Dampak kebisingan diruang kelas terhadap minat belajar

Mengetahui dampak kebisingan diruang kelas terhadap minat belajar murid

5. Rekayasa Pengurangan Kebisingan Sekolah

Merupakan usaha untuk melakukan penanggulangan kebisingan dengan memberikan rekayasa untukmereduksi kebisingan sekolah.

4.7. Metodologi Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan metodologi penelitian. Adapun metodologi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2. sebagai berikut:


(70)

Studi Pendahuluan Melakukan studi literatur dan

pengamatan pendahuluan

Perumusan Masalah

Melihat adanya hubungan kebisingan terhadap minat belajar murid, dan melihat dampaknya

kebisingan terhadap minat belajar murid

Studi Literatur Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan pengumpulan

data dan pemecahan masalah

Pengumpulan Data

Data Primer 1. Data kebisingan 2. Kuisioner

Data Sekunder 1. Denah Sekolah

2. Data Jumlah Murid

3. Data Minat Belajar (nilai rapor)

Pengolahan Data 1. Perhitungan tingkat kebisingan equivalen total

2. Melakukan perhitungan kebisingan menurut persepsi murid dengan kuesioner kebisingan

- Merekapitulasi hasil penyebaran kuesioner daftar cocok (checklist) 3. Melakukan uji hipotesa dan korelasi untuk kebisingan terhadap minat belajar 4. Melakukann uji validitas terhadap hasil yang diperoleh dari kuesioner kebisingan

5. Melakukan uji reliabilitas terhadap hasil yang diperoleh dari kuesioner kebisingan

Analisis Pemecahan Masalah Menganalisis dan memberikan perbaikan dari permasalahan yang ada

Kesimpulan dan Saran 1. Gambaran umum hasil penelitian 2. Masukan bagi sekolah


(71)

Gambar 4.1. Metodologi Penelitian

4.8. Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis data yang dikumpulkan terdiri dari 2 jenis, yaitu: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara. Data primer yang dikumpulkan adalah:

a. Tingkat kebisingan di area SMA Negeri 1 Medan.

Penentuan titik pengukuran mengunakan metode peta kontur dengan membuat daerah pengukuran berukuran 10 x 10 m.

b. Data kuesioner tentang dampak kebisingan.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Judgement Samplingdimana yang menjadi objek penelitian adalah murid-murid SMA Negeri 1 Medan pada kelas yang terkena zona kebisingan merah dan kuning.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia oleh pihak perusahaan sehingga tidak perlu lagi digali secara langsung dari sumbernya.

Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah:

a. Denah SMA Negeri 1 Medan digunakan untuk membuat daerah titik pengukuran dan noise mapping.

b. Data jumlah murid kelas XII SMA Negeri 1 Medan.

c. Data minat belajar murid ini menunjukkan jumlah minat belajar murid yang diperoleh dari hasil belajar atau nilai rapor. Data minat belajar murid berasal dari


(72)

mata 12 mata pelajaran pada setiap kelas yang berada pada zona merah dan kuning pada noise mapping. Dalam hal ini data atau nilai rapor yang dikumpulkan nilai rapor murid kelas XII dan nilai rapor kelas XII ketika berada pada kelas XI.

4.9. Metode Pengolahan Data

Langkah dalam melakukan pengolahan data dibagi dalam beberapa tahapan, dimana rinciannya dapat dilihat sebagai berikut.

1. Perhitungan kebisingan equivalen total pada 25 hari pada bulan Maret 2015. 2. Membuat peta kebisingan (noisemapping)

3. Melakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui tingkat kebisingan yang dirasakan murid -murid di sekolah dengan menggunakan kuesioner

a. Merekapitulasi hasil penyebaran kuesioner daftar cocok (checklist). b. Melakukan uji validitas terhadap hasil yang diperoleh dari kuesioner

kebisingan.

c. Melakukan uji reliabilitas terhadap yang diperoleh darikuesioner kebisingan.

4. Melakukan uji hipotesa untuk melihat ada tidaknya pengaruh menurunnya minat belajar murid kelas XII disibabkan oleh kebisingan.

5. Uji korelasi dan regresi data tingkat kebisingan terhadap minat belajarmurid -murid di SMA Negeri 1 Medan.


(73)

4.10. Analisis Pemecahan Masalah

Data yang telah selesai kemudian dianalisa dan diinterpretasikan. Analisa yang dilakukan berupa

1. Analisa tingkat kebisingan di SMA Negeri 1 Medan.

2. Analisa zona kebisingan dari peta kebisingan di SMA Negeri 1 Medan. 3. Analisa hubungan antara pengaruh tingkat kebisingan terhadap minat

belajarmurid - murid SMA Negeri 1 Medan.

4.11. Kesimpulan dan Saran

Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi butir-butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan perumusan dari tahap analisis sebelumnya. Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan hasil penelitian selanjutnya dan pemberian saran ataupun solusi kepada pihak sekolah dalam mengurangi tingkat kebisingan di sekolah.


(74)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Data Penentuan Titik Pengukuran

Penentuan peta titik pengukuran adalah langkah awal sebelum mengukur tingkat kebisingan di area sekolah. Tujuannya supaya kondisi detail dari seluruh area sekolah dapat dianalisis secara menyeluruh sehingga di dapat hasil pengukuran yang merata pada area sekolah. Pentuan jumlah titik pengukuran menggunakan teknik peta kontur dengan membuat area pengukuran 10 x 10 m pada denah sekolah. Pemilihan

10 meter sebagai acuan batas pengukuran kebisingan oleh European Commission

Working Group Assessment of Exposure to Noise atau WG-AEN. Pemilihan ukuran tersebut bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam mengukur kebisingan di SMA Negeri 1 Medan mengingat luas area sekolah tersebut adalah 90 x 110 m.

Sebelum dilakukan penentuan titik pengukuran perlu dilakukan pembuatan denah SMA Negeri 1 Medan yang dapat dilihat pada gambar 5.1 untuk memudahkan penentuan titik pengukuran kebisingan. Sedangkan area pengukuran 10 x 10 meter dapat dilihat pada gambar 5.2. Pengukuran dilakukan pada tanggal 2 - 31 Maret 2015 mulai pukul 07.00 – 15.00.


(75)

(76)

Pembuatan daerah pengukuran 10 x 10 m dapat dilihat pada Gambar 5.2 sebagai berikut


(77)

Berdasarkan pembuatan area titik pengukuran pada sekolah diperoleh 99 titik pengukuran. Oleh karena itu peneliti akan lebih mudah menentukan titik pengukuran tersebut pada area sekola yang dapat dilihat pada gambar 5.3 sebagai berikut


(78)

5.1.2. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Lantai 1

Setelah menentukan titik pengukuran maka dilanjutkan dengan pengukuran tingkat kebisingan lantai 1 menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukuran ini dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik pengukuran. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan penetapannya sebagai berikut

1. L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00 2. L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00 3. L3 diambil pada jam 12.00 mewakili jam 13.00 – 15.00

Pengukuran tingkat kebisingan lantai 1 diambil setiap 5 detik selama 10 menit, sehingga banyaknya data di setiap titik pengukuran adalah 120 data. Tabel 5.1 menunjukkan pengukuran tingkat kebisingan pada titik pengukuran ke-1 pada jam 07.00 WIB adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Pengukuran Pada Titik Pengukuran 1 lantai 1 pada jam 07.00 WIB (dBA)

No Data No Data No Data No Data No Data No Data No Data No Data

1 74,37 18 74,84 35 74,52 52 74,88 69 75,04 86 74,40 103 74,79 120 73,54 2 74,67 19 75,29 36 75,18 53 75,55 70 75,45 87 75,41 104 74,62

Rata-

Rata 74,56 3 74,34 20 75,00 37 73,75 54 74,96 71 74,64 88 73,79 105 74,97

4 73,86 21 75,26 38 75,25 55 75,47 72 73,60 89 74,49 106 74,00 5 74,68 22 74,4 39 75,07 56 75,50 73 75,16 90 75,39 107 73,96 6 74,68 23 74,12 40 74,88 57 75,44 74 75,41 91 74,95 108 75,04 7 74,89 24 73,95 41 75,21 58 74,44 75 75,29 92 74,17 109 75,11 8 75,08 25 74,36 42 74,69 59 75,27 76 74,89 93 73,93 110 74,02 9 74,03 26 74,55 43 73,70 60 74,52 77 75,09 94 74,24 111 73,78


(79)

Tabel 5.1. Pengukuran Pada Titik Pengukuran 1 lantai 1 pada jam 07.00 WIB (dBA) (Lanjutan)

No Data No Data No Data No Data No Data No Data No Data

10 74,72 27 74,11 44 74,24 61 73,68 78 73,76 95 75,52 112 74,04 11 74,71 28 73,64 45 74,15 62 75,20 79 74,45 96 74,07 113 74,55 12 73,79 29 73,8 46 75,40 63 74,98 80 74,58 97 74,94 114 74,86 13 75,08 30 74,35 47 73,72 64 75,37 81 74,59 98 74,08 115 74,79 14 75,04 31 75,47 48 74,19 65 73,62 82 74,14 99 73,73 116 73,79 15 74,24 32 74,0 49 74,5 66 73,63 83 73,82 100 74,9 117 74,7 16 75,46 33 73,7 50 74,3 67 74,45 84 73,75 101 75,3 118 75,0 17 75,05 34 73,7 51 73,8 68 74,14 85 74,87 102 74,2 119 74,9 Sumber : Pengumpulan Data

Data yang diperoleh kemudian dicari rata-rata setiap titik. Rata-rata data pengukuran untuk titik pengukuran 1 adalah sebagai berikut :

Rata-rata = (Data ke -1 + Data ke - 2 + …… + Data ke - 120)

120

=72,7+72,5+…+70,8

120

= 74,56 dB

Dengan cara yang sama, maka dapat dibuat rekapitulasi data titik pengukuran ke-1 hingga ke-99 yang dapat dilihat pada lampiran 3.

Hasil rekapitulasi titik pengukuran ke-1 sampai titik ke -99 maka dapat diperoleh data pengukuran tiap jam 07.00 WIB, 10.00 WIB dan 15.00 WIB selama bulan Maret. Rekapitulasi data hasil pengukuran tingkat kebisingan di titik pengukuran ke-1 hingga ke-99 dapat dilihat pada Tabel 5.2 sampai Tabel 5.4.


(80)

(81)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis

6.1.1. Analisis Tingkat Kebisingan di SMAN 1 Medan

Hasil pengukuran dan perhitungan di SMAN 1 Medan diperoleh data tingkat kebisingan disekolah lantai 1 tersebut adalah 64,75 dBA, dan lantai 2 adalah 63,37. Hasil tingkat kebisingan di sekolah tersebut melebihi ketetapan tingkat kebisingan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996 tentang baku kebisingan disekolah yakni 55 dBA. Artinya tingkat kebisingan di SMAN 1 Medan untuk lantai 1 yakni 64,75 dBA > 55 dBA, dan untuk lantai 2 yakni 63,37 dBA > 55dBA Hal ini diakibatkan suara – suara bising yang ditimbulkan dari suara kendaraan dijalan raya yang melintas di sepanjang jalan Teuku Cik Ditiro pada jam tertentu mengingat letak sekolah didepan jalan Teuku Cik Ditiro.

Dari hasil tingkat kebisingan sekolah dari jam 07.00-15.00 WIB didapatkan tingginya tingkat kebisingan tersebut dan dianalisa dari tingkat kebisingan pada siang hari dimana untuk lantai 1 pada jam 07.00 WIB tingkat kebisingan sebesar 64,92 dBA dan untuk lantai 2 pada jam 07.00 WIB tingkat kebisingan sebesar 63,81 dBA. Untuk lantai 1 pada jam 10.00 WIB sebesar (64,87 dBA) dan Jam 15.00 WIB sebesar (64,63 dBA), dan untuk lanti 2 pada jam 10.00 WIB sebesar (63,48 dBA) dan jam 15.00 WIB dBA sebesar (62,83 dBA).


(82)

6.1.2. Analisis Peta Kebisingan (noise mapping) di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada lokasi sekolah diperoleh noise

mapping dengan melihat ruangan kelas yang masuk dalam zona merah dan kuning.

Berdasarkan tabel diatas bawah lantai 1 dan lantai 2 yang berada pada zona merah adalah kelas XII-IPA1- XII IPA 3 dimana tingkat kebisingan berada pada range ≥ 70 dbA sebesar 72,75 lantai1 dbA adalah kelas yang jaraknya lebih dekat dengan paparan kebisingan yang bersumber dari kendaraan yang melintas di jalan Teuku Cik Ditiro. Untuk kelas lainnya berada pada zona kuning pada lantai 1 dan lantai 2 dengan range tingkat kebisingan 67 – 64 dbA kelas XII IPA 5 - XI IPA 9, dan kelas XII IPA 4, XII IPS. Sedangkan Kelas lainnya seperti kelas XI IPA-1, XI IPA-11, XI IPS-, berada pada zona hijau pada range tingkat kebisingan 66 – 62 dBA sedangkan kelas X-1 sampai X-12 berada pada zona biru pada range tingkat kebisingan 61 – 55 dbA. Hal ini disebabkan ruangan kelas tersebut semakin jauh dari sumber Kebisingan.

6.1.3. Analisis Koefisien Korelasi Antara Tingkat Kebisingan dengan Minat belajar murid di SMAN 1 Medan

Hasil pengujian koefisein korelasi antara variabel tingkat kebisingan dengan minat belajar murid kelas XII ketika kelas XI adalah -0,90 menunjukkan adanya hubungan timbal balik yang sedang atau cukup kuat antara tingkat kebisingan di kelas dengan perolehan minat belajar murid kelas XII ketika kelas XI.

Sedangkan hasil pengujian koefisein korelasi antara variabel tingkat kebisingan dengan minat belajar murid kelas XII adalah – 0,88 artinya menunjukkan adanya


(83)

hubungan timbal balik yang kuat antara tingkat kebisingan di kelas dengan perolehan minat belajar murid kelas XII. Hasil pengujian koefisien korelasi terhadap tingkat kebisingan dengan minat belajar para murid menunjukkan secara terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar variabel.

6.2. Pembahasan

6.2.1. Pembahasan Tingkat Kebisingan di Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Medan

Tingginya tingkat kebisingan pada SMA Negeri 1 Medan sebesar 64,75 dBA dikarenakan posisi sekolah yang berada di tepi jalan Teuku Cik Ditiro Medan yang merupakan jalan raya yang dilalui kendaraan ± 40 kendaraan per menit dengan kecepatan 10 – 20 km/jam. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kebisingan tertinggi pada jam 07.00 WIB yang mewakili jam pengukuran 06.00 – 09.00 WIB adalah 64,92 dBA dikarenakan pada jam tersebut aktivitas masyarakat tinggi, banyaknya masyarakat melakukan aktivitas bekerja dengan menggunakn kendaraan motor dan mobil, banyak masyarakat sekolah yang melewati disekitar SMA N 1 Medan,. Sedangkan tingkat kebisingan tertitinggi kedua berada pada jam 10.00 WIB sebesar 64,44 yang mewakili jam pengukuran jam 09.00 WIB – 11.00 WIB yang merupakan jam masyarakat aktivitas belanja berdekatan dengan Sun Plaza,banyak kendaraan yang melintasi SMAN 1 Medan didepan sekolah dan parkir bebas disekitar jalan raya SMAN 1 Medan, Sedangkan tingkat kebisingan terendah pada jam 15.00 WIB sebesar 63,00 dBA yang mewakili jam 12.00 WIB – 15.00 WIB merupakan jam masyarakat tidak banyak beraktivitas sehingga sedikit kendaraan yang melintas di sepanjang jalan Teuku Cik Ditiro hanya ± 10 - 20 kendaraan permenit


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)