Latar Belakang Budaya Melayu Agama

2.1 Latar Belakang Budaya Melayu

Nur ‘Ainun adalah seorang wanita yang latar belakangnya adalah berbudaya Melayu. Kedua orang tuanya juga adalah suku Melayu. Nur’Ainun juga menggunakan bahasa dan budaya Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, maka Nur ‘Ainun secara sosiol budaya dibentuk oleh kebudayaan Melayu, khususnya Langkat, dan Sumatera Utara dan Dunia Melayu secara umum. Sebelum menganalisis lagu-lagu yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Nur ‘Ainun, maka perlu juga mengetahui latar belakang budaya yang menjadikan diri seorang Nur ‘Ainun, yaitu kebudayaan Melayu. Adapun tulisan tersebut akan dilihat dari sudut unsur-unsur budaya Melayu dan kaitannya dengan kedudukan Nur ‘Ainun dalam setiap unsure budaya dan dalam peradaban Melayu Sumatera Utara. Deskripsi Melayu bisa dilihat dengan kedekatannya dengan Agama Islam. Melayu memang sangat erat hubungannya dengan Islam, sehingga ada sebuah ungakapan ataupun gagasan adat yang besendikan syarak syarak bersendikan kitabullah, yang artinya asas kebudayaan Melayu adalah hukum Islam syarak. Sehingga untuk menjadi orang Melayu harus mengikuti adat istiadat Melayu dan beragama Islam Takari dan Fadlin 2009. Seperti Zulfan Efendi, dia adalah seorang seniman Melayu yang asalnya bukan orang Melayu Asli. Dia adalah orang Batak mandailing yang bermarga Lubis, akan tetapi dia menyatakan bahwa dirinya adalah orang Melayu, dengan kemampuannya bisa berbahasa Melayu, beradat istidat Melayu dan beragama Islam. Sehingga dalam konsep Melayu siapa saja boleh menyatakan dirinya menjadi orang Melayu, asal dia bisa berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu, dan beragama Islam. Di samping itu identitas Melayu juga dapat dilihat melalui unsur-unsur kebudayaan Melayu. Secara antropologis, unsur-unsur kebudayaan mencakup: agama, bahasa, organisasi, Universitas Sumatera Utara mata pencaharian hidup, kesenian, pendidikan, dan teknologi. Di bawah ini terdapat tujuh unsur berikut,

2.2 Agama

Islam adalah kepercayaan setiap warga masyarakat Melayu, karena Melayu sendiri pun berlandaskan Islam. Untuk itu saya akan menjelaskan bagaimana proses masuknya agama Islam ke dalam peradaban Melayu. Jika di Indonesia Islam mulai berkembang pada zaman Kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tionkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahien. Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarauma Negara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16 Luckman Sinar 1986. Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abab ke-7 hingga abab ke- 14. Kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera. Hal ini disdeskripsikan oleh seorang penjelajah Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada saat puncak kejayaannya Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah, dan Kamboja Lucman Sinar 1986:65. Di abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Universitas Sumatera Utara Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam Wiracarita Ramayana. sejarah dari Ramayana. Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam, seperti Samudra Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini. Takari dan Fadlin 2009. Di samping itu ada pendapat dari Prof Mansur menyatakan: “Besar kemungkinannya bahwa Islam dibawa oleh para wirausahawan Arab ke Asia Tenggara pada abad pertama dari tarikh Hijriyah atau abad ke-7M. Hal ini menjadi lebih kuat, menurut Arnold dalam The Preaching of Islam sejarah dakwah Islam dimulai pada abad ke-2 Hijriah, yaitu para pedagang Islam melakukan perdagangan dengan Sailan atau Srilangka. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Burger dan Prajudi 2004. Mansur menambahkan Van Leur dalam bukunya Indonesian Trade and Society 2003, menyatakan bahwa pada 674 di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan koloni Arab Islam. Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626. Tahun-tahun berikutnya perkembangan perdagangan ini mulai mempraktikkan ajaran agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara. Mansur juga mengkritik keras adanya upaya sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa Islam baru masuk ke Indonesia setelah runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit 1478 dan ditandai berdirinya kerajaan Demak. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit sering didongengkan akibat serangan dari Kerajaan Islam Demak. Padahal realitas sejarahnya yang benar adalah Kerajaan Hindu Majapahit runtuh akibat serangan raja Girindrawardhana dari Kerajaan Hindu Kediri pada tahun 1478M. Al-Attas mengatakan sarjana Barat melangsungkan penilitian ilmiah terhadap sejarah dan kebudayaan Kepulauan Melayu-Indonesia telah lama menyebarkan bahwa masyarakat kepulauan ini seolah-olah merupakan masyarakat penyaring, penapis, serta penyatu unsur-unsur berbagai kebudayaan. Banyak pertanyaan mengatakan kenapa Melayu sangat erat hubungan dengan Islam? Atau apa pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat Melayu sehingga Melayu harus berdasarkan Islam. Al Attas menguraikan bahwa ajaran Islam selalu memberikan keterangan dan memiliki sifat asasi insan itu ialah akal, dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan antara dia dan hakikat semesta. sebagaimana kegelapan lenyap dipancari sinar surya yang membuat setiap umat Islam selalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga kedatangan Islam di Kepulauan Melayu di Indonesia yang membawa rasionalisme dan pengetahuan akhlak serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri dari individu- individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualisme, dan ketinggian budi insan di tanah Melayu. Al-Attas juga menunjukkan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra, tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain, yang tidak dibawa oleh peradaban sebelumnya. Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung candi sebagaimana kebudayaan pra-Islam sumber: www.wikipedia.com. Di sisi lain, ada juga disebut dengan ras proto-Melayu pedalaman, yaitu orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan, bahasa, dan adat istiadat sendiri. Memang pada dasarnya orang luar mengenal sebagian orang Asia itu adalah orang Universitas Sumatera Utara Melayu, seperti di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataanya sebagian besar mereka tidak menyatakan mereka sebagi orang Melayu, karena mereka memilki agama, bahasa dan kebudayaan yang tidak sama dengan konsep kebudayaan Melayu. Seperti contoh penulis. Saya beragama Kristen Protestan, saya berasal dari suku Batak Toba, saya menggunakan bahasa Batak, dan saya juga melakukan istiadat suku saya sendiri. Namun demikian, jika orang luar menyatakan saya sebagai orang Melayu, saya pasti akan menjawab, saya juga orang Melayu, karena saya juga menggunakan bahasa Melayu yaitu bahasa Indonesia yang pada dasarnya bahasa Inonesia adalah bahasa Melayu. Begitu juga dengan objek penelitian saya, Nur ‘Ainun adalah suku asli Melayu yang beradat istiadat Melayu, berbahasa Melayu, dan juga beragama Islam.

2.3 Bahasa