Latar Belakang Masalah Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara: Biografi dan Analisis Struktur lagu-lagu rentak Senandung, Mak inang, dan Lagu dua yang dinyanyikan

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari berbagai kelompok etnik, bahasa, budaya, agama, dan ras. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Di antara provinsi-provinsi di Indonesia, ada yang dihuni oleh masyarakat atau kelompok etnik yang relatif homogen, seperti Provinsi Sumatera Barat, yang didiami oleh etnik Minangkabau; Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang didiami oleh etnik Aceh yang terdiri dari sub Tamiang, Aceh Rayeuk, Simeulue, Pidie, dan lainnya; Jawa Tengah yang didiami oleh masyarakat Jawa. Namun ada juga provinsi-provinsi yang dihuni oleh berbagai kelompok etnik. Misalnya Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang dihuni oleh etnik Betawi, Sunda, Banten, Jawa, dan lainnya. Begitu juga dengan Provinsi Sumatera Utara yang didiami oleh delapan kelompok etnik setempat, yaitu: Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir Tapanuli tengah, Nias, dan Melayu. Ada pula pendatang seperti: Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Makasar, Bugis, Thokian, Kwong Fu, Hakka, Tamil, benggali, dan lain-lainnya. Keadaan etnografis yang demikian ini, sangat mempengaruhi kebudayaan yang dihasilkan kelompok- kelompok etnik tersebut, tidak terkecuali etnik Melayu. Satu sisi, setiap kelompok etnik akan mempertahankan identitas kebudayaannya, namun di sisi lain mereka memerlukan adaptasi dan meminjam budaya lainnya. Etnik Melayu adalah salah satu etnik di Sumatera Utara yang wilayah kebudayaanya mencakup Langkat, Deli Serdang, Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu. Ini semua berada dalam kawasan pesisir Timur Provinsi Sumateara Utara. Di dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara, proses mempertahankan identitas dan mengambil unsur-unsur kebudayaan yang heterogen telah terjadi selama ratusan tahun, dan menjadi suatu kelaziman dalam strategi kebudayaan mereka. Universitas Sumatera Utara Salah satu upaya mempertahankan, mengembangkan, dan mempopulerkan budaya, adalah melalui seni musik atau suara. Etnik Melayu memilki seniman-seniman tari seperti Guru Sauti, Yose, Rizal Firdaus, Lailan Machfrida, Linda Asmita, Sirtoyono, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pemusik seperti: Ahmad Setia, Zulfan Efendi Lubis, Tengku Luckman Sinar, Muhammad Zulfahmi, Fadlin, Tengku Syafick Sinar, dan lain sebagainya. Di samping pemusik, ada juga penyanyi-penyanyi Melayu seperti: Nur ‘Ainun, Dahlia Abu Kasim, Syaiful Amri, Laila Hasyim, dan lain-lain. Mereka cukup populer sebagai penyanyi Melayu. Nur ‘Ainun adalah salah satu penyanyi Melayu yang sangat terkenal di dalam masyarakat Melayu. Nur ‘Ainun dipandang berbeda dengan penyanyi-penyanyi Melayu yang lainnya karena memililki ciri khas dalam bernyanyi seperti gerenek yaitu memakai improvisasi dengan menggunakan nada-nada gerenek Melayu yang berdensitas rapat yang mendekati konsep “tremolo” di dalam musik Barat. Begitu juga dengan cengkok yaitu nada-nada yang diayunkan-- dan yang terkhusus vibrato yang dikenal dengan suara yang memilki getaran dari dalam yang biasanya getaran ini tidak bisa dibuat-buat dalam arti getaran yang timbul sendiri, bahkan ada juga penyanyi yang tidak memiliki vibrato www.artikata.com. Inilah yang menjadi keunikan serta ciri khas yang dia miliki dari penyanyi-penyanyi Melayu lainnya wawancara penulis dengan Datuk Ahmad Fauzi dan Zulfan Efendi 13 Maret 2010. Di samping itu dalam Nur ‘Ainun bernyanyi Melayu, ternyata beliau juga pernah berkolaborasi dengan Rizaldi Siagian seorang seniman ternama di Sumatera Utara. Sejauh yang saya ketahui berdasarkan wawancara dengannya ternyata beliau sudah menghasilkan 20 album dalam bentuk kaset, termaksud kaset yang berjudul Tanjung Balai yang diliris tahun 1992 bersama Tiar Ramon sebagai teman bernyanyinya, yang membawakan lagu-lagu ciptaan dari Universitas Sumatera Utara Efendi Arif dan ciptaan dari Nur ‘Ainun sendiri yang berjudul Kepastian. Di samping kaset yang dimilikinya beliau juga mempunyai 2 keping piringan hitam yang diproduksi tahun 1970 di Malaysia, dan untuk saat ini melalui wawancara beliau sangat berkeinginan suatu saat di saat bernyanyi Dia ingin direkam memakai alat rekam seperti handicam dengan maksud ingin membuat hasil rekamnya tersebut dijadikan sebuah kaset CD ataupun DVD agar dapat dilihat. Karena pada saat itu alat perekam hanya berbentuk kaset dan pirirngan hitam saja, untuk itu Dia tidak pernah melihat dirinya bernyanyi, tapi hanya bisa mendengar saja. Berlanjut dengan prestasi, dirumah Beliau banyak sekali Piagam dan Penghargaan berbentuk Piala-piala baik dari lomba bernyanyi di TVRI, Radio, dan lain sebagainya, yang kalau dijumlahkan total dari keseluruhan dari Piala dan Piagam tidak sedikit mencapai 10 Penghargaan termasud Piala-piala tersebut. Di dalam lagu-lagu Nur ‘Ainun terdapat tiga dasar rentak seperti rentak senandung 44, Mak Inang 24, dan Lagu Dua 68 yang dimana rentak-rentak ini disebut ketukan ataupun pulsa. Simbol-simbol ketukan ataupun pulsa ini adalah sebuah perkembangan musik Barat ke dalam musik Melayu pada saat musisi-musisi Melayu mempelajari musik Barat dan menerapkanya kedalam musik Melayu. wawancara penulis dengan Muhammad Takari Maret 2010. Oleh karena itu saya sangat tertarik dalam membahas Nur ‘Ainun dari segi biografinya serta keunikannya dan juga melihat rentak-rentak yang dinyanyikanya, sehingga penulis ingin memberi judul tulisan ini dengan Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara: Biografi dan Analisis Struktur Lagu-lagu Rentak Senandung, Mak Inang, dan Lagu Dua yang Dinyanyikannya. Universitas Sumatera Utara

1.2 Pokok Permasalahan