Kesenian Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara: Biografi dan Analisis Struktur lagu-lagu rentak Senandung, Mak inang, dan Lagu dua yang dinyanyikan

menggunakan lampu teplok. Serta alat-alat rekam yang digunakan Nur ‘Ainun untuk kepentingannya sebagai seniman musik Melayu.

2.7 Kesenian

Kesenian yaitu sebuah hasil karya yang diciptakan oleh penciptanya sendiri untuk menghasilkan sebuah keindahan. www.google.com. Untuk itu kesenian ini menjadi warisan yang diturunkan dari turun- temurun, agar masyarakat Melayu dapat dikenal dan memiliki indentitas untuk diperkenalkan di masyarakat lain. Dalam kebudayaan Melayu terdapat seni-seni seperti seni suara, dengan genrenya seperti berzikir dan azan. Nyanyian ini bersifat keagamaan sehingga musik tidak digunakan saat bernyanyi. Sedangkan seni vokal yang tergabung dengan musik adalah nyanyian-nyanyian yang sifatnya menghibur. Inilah yang akan penulis bahas mengenai lagu-lagu Melayu, yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun serta lagu ciptaannya. Sebagai penyanyi legendaris, dan juga sebagai penyanyi yang mampu menyanyikan lagu-lagu dengan menggunakan rentak senandung, mak inang, dan lagu dua. Kemudian ada Seni musik yaitu salah satu media ungkapan hati. Sedangkan kesenian adalah salah satu daripada unsur kebudayaan tesrsebut. www.wikipedia.com Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. didalam musik, terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bagian daripada proses enlkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memilki bentuk yang khas, baik dari sudut strukutal maupun genrenya dalam kebudayaan. Demikian juga yang terjadi dalam musik kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera Utara. Pertunjukan musik tradisional mengikuti aturan-aturan tradisional. Pertunjukan ini, selalu berkaitan dengan penguasa alam, mantera jampi yang tujuannya menjauhkan bencana, Universitas Sumatera Utara mengusir hantu atau setan. Musik tradisi Melayu berkembang secara improvisasi berdasarkan transmisi. Berdasarkan sistem klasifikasi yang ditawarkan oleh Curt Sach dan Eric M.Von Hornbostel 1914, maka keseluruhan ala-alat musik Melayu Sumatera Utara dapat dikelompokan kedalam klasifikasi 1 idofon, pengetar utamanya badannya sendir; 2 membranofon, pengetar utamanya membrane; 3 kordofon, pengetar utamanaya senar; 4 dan aerofon, pengetar utamanya kolom udara. Sedangkan Instrument musik Melayu itu sendiri adalah Gendang Melayu gendang ronggeng alat musik ini mempunyai membran diatasnya terbuat dari kulit binatang gunanya sebagai pengatur ketukan yang dapat membuat mayarakat bisa terpengaruh khususnya lagu-lagu yang bertempo cepat yang membuat badan ingin menari membranofon. Biola yang terdiri dari 4 senar dan memiliki alat gesek yang disebut bouw sebagai pengiringi lagu tapi terkadang Biola juga sebagai alat musik yang membawa melodi kordofon. Akordion alat musik berbentuk seperti piano, yang memilki tust-tust nada, hanya saja yang membedakan alat musik dari piano adalah bisa dilihat dari cara bentuk permainannya. Ini sama halnya dengan biola sebagai pembawa melodi tapi terkadang juga sebagai pengiring lagu ataupu syair pantun, yang dimana pemain akordion dan biola saling bergantian memainkanya. Begitu juga tari mereka akan menggunakan lagu yang sudah dilengkapi dengan musik untuk mengiringi mereka di saat mereka menari aerofon karena resonator suaranya dari udara. Kemudian tawak-tawak atau yang dikenal juga dengan istilah gong. Alat musik ini adalah salah satu alat musik yang dipukul yang berguna sebagai penentu tempo idiofon. Universitas Sumatera Utara Di samping alat musik ini, ada juga pengiring musik Melayu yang sudah sangat sulit dijumpai yaitu rebab Melayu. Alat musik ini hampir sama dengan alat musik biola hanya saja, alat musik memilki 3 senar, lebih sedikit dibanding biola. Mempunyai alat penggesek, dan cara bermain juga berbeda dengan biola. Jika biola diletakan di leher pemain, sedangkan rebab diletakan secara vertikal di depan pemainnya. Kemudian di samping alat musik rebab ada juga alat musik yang menggunakan teknologi canggih seperti keyboard, yang tujuannya juga sebagai pengiring tetapi hanya jika diperlukan saja. Akan tetapi alat ini bukan berarti sebagai alat musik asli Melayu, tetapi bagian alat musik Melayu saja jika diperlukan. Terkadang juga digunakan oleh masyarakat Melayu pada saat pesta perkawinan, sunat, dan lain sebagainaya untuk penghematan pembayaran pemusik. Ada satu konsep musik yang lazim digunakan dalam kebudayaan musik Melayu, yaitu rentak. Rentak-rentak dalam seni pertunjukan Melayu di antaranya ialah, rentak senandung, mak inang, lagu dua, joget, zapin, ghazal, hadrah, dan lain sebagainya. Rentak ini juga berkaitan dengan erat dengan ekspresi emosi, misalnya rasa gembira diekspresikan melaui rentak joget atau lagu dua. Sedangkan rasa sedih dieskpresikan melalui rentak asli atau rentak senandung. Selain itu, selaras dengan perkembangan zaman, masyarakat Melayu juga mengadopsi secara akulturatif berbagai rentak musik dunia. Namum dengan pertimbangan matang dan sistem penapisan yang baik, agar rentak musik dunia itu sesuai dan sepadan dengan budaya Melayu. Contoh rentak yang mereka adopsi adalah chacha, rumba, serta musik Timur Tengah Arab. Seperti lagu Habibi, Salabat Laila, Naam Sidi, dan lain-lain. Menurut Fadlin 1988 di dalam musik Melayu, ada tiga dasar rentak yang sering digunakan yaitu rentak senandung 44, dalam satu siklus delapan ketukan yang berirama lambat yang biasanya lagu ini yang bertema sedih. Contoh lagu rentak senandung adalah Universitas Sumatera Utara Laksamana Mati Dibunuh, Kuala Deli, Sri Mersing, Damak, Sayang Serawak, Laila Manja, dan lain-lain. Dalam rentak senandung ini, ada lagu yang diciptakan oleh Nur ‘Ainun yaitu Jangan Duduk Termenung. Kemudian ada rentak mak inang yang memilki ketukan 24, temponya sedang, dan lagu-lagunya selalu bertemakan persahabatan ataupun kasih sayang. Contoh dari lagu yang rentaknya mak inang adalah Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Juara, Mak Inang Stanggi, Pautan Hati, Haji Lahore, Mak Inang Kampung, dan lain-lainnya. Yang lainnya adalah rentak lagu dua, yang berbirama 68. Rentak ini disebut juga oleh masyarakat Melayu sebagai rentak joget. Rentak ini sangat banyak disukai oleh masyarakat Melayu. Karena rentak ini cepat, sesuai untuk membuat suasana ceria dan gembira, maka lagu dalam rentak ini selalu bertemakan tentang hal-hal yang gembira atau senang. Contoh dari lagu- lagu Melayu dalam rentak lagu dua atau joget adalah: Tanjung Katung, Seramang Laut, Hitam Manis, Selayang Pandang, Gendang Rebana, dan lain-lainnya. Rentak-rentak inilah yang selalu dipakai dalam musik Melayu untuk mengiringi lagu-lagu. Ini juga lah yang menjadi ketertarikan saya untuk membahas rentak dalam lagu Melayu yang dibawakan oleh Nur ‘Ainun untuk dituliskan ke dalam tuilisan ini. Begitu juga Nur ‘Ainun baginya alat musik Melayu sangat diperlukan untuk mengiringi lagu-lagu yang beliau nyanyikan. Tanpa alat-alat musik Melayu kurang sedap dengan kata lain Nur ‘Ainun mengatakan bahwa musik dan nyanyian adalah satu. Beliau juga menambahkan bahwa musik adalah salah satu alat yang mempunyai irama yang selalu dibutuhkan pada saat dia ingin menyanyikan lagu-lagunya, dengan menggunakan rentak sebagai pengatur ketukan saat Beliau bernyanyi.

2.8 Sistem Organisasi