3.4 Riwayat Karir
Nur ‘Ainun adalah wanita yang mengeluti karirnya di usia 12 tahun, dimana beliau pertama kali memberanikan diri menyanyi di usia ini dengan bernyanyi di Istana Maimun pada saat
pernikahan anak Sultan kakak dari Sultan Azmi, temannya di saat sekolah di Khalsa Inggris School. Nama kakak Sultan Azmi adalah Tengku Nib Marhera dengan Tengku Murad, adik
Sultan Langkat. Di sini Nur ‘Ainun tidak dibayar saat dia bernyanyi, hanya menyumbangankan suara saja itupun karena disuruh oleh waknya sendiri.
Nur ‘Ainun pun mulai banyak tawaran bernyanyi pada saat itu. Sebahagian besar festival musik Melayu selalu diikutinya. Hasilnya dia selalu memenangkan festival tersebut. Sampai
suatu ketika festival itu dibuat kembali entah sudah berapa kali acara itu dibuat, Nur ‘Ainun ingin mengikuti festival itu kembali. Biasanya dia dilarang oleh pihak penyelegara kata panitia
berilah kesempatan kepada orang lain untuk mengikuti dan memenangkan festival ini. Namun bukan Nur ‘Ainun namanya mengalah begitu saja. Dia adalah orang yang tidak
mudah menyerah. Menurut beliau dirinya adalah sosok orang yang tidak bisa dilarang jika sesuatu itu baik menurutnya, dan selama dia tidak merugikan orang lain. Sehingga dia
mengatakan kepada pihak penyelangara bahwa dia juga punya hak untuk mengikuti festival tersebut, sehingga pihak penyelengara pun terpaksa mengabulkannya. Biasanya dia akan masuk
lagi sebagai finalis lomba lagu-lagu Melayu ini. Dalam realitasnya, ternyata Nur ‘Ainun tetap menang dalam kompetisi itu. Entah sudah
berapa banyak piagam yang dia terima di saat mengikuti lomba-lomba menyanyi. Lomba yang sering diikutinya adalah lomba bintang radio, tercatat sebanyak 7 kali adalah kemenangan yang
diraih oleh Nur ‘Ainun saat mengikuti lomba tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sejarah ia menjadi penyanyi lomba juga cukup panjang. Suatu saat dia masuk menjadi anggota sebuah grup musik yang bernama Sukma Murni, di bawah pimpinan M. Ilyas yaitu
anak murid Boris Mariev. Dia tertarik kepada suara yang dimiliki oleh Nur ‘Ainun dan dengan kesederhanaan yang Nur ‘Ainun miliki yang membuat dia berbeda dengan penyanyi-penyanyi
lain. Sampai-sampai dari kesederhanaan itu Nur ‘Ainun dikenal dengan penyanyi “tiang listrik”,
karena saat dia bernyanyi tidak bergoyang. Hanya menyanyi di tempat saja. Berikut penjelasan beliau saat ditanya mengenai perjalanan karirnya dan julukan tersebut.
Memang dulu nenek itu tujuh kali menang di bintang radio itu. Soalnya setiap ada perlombaan di situ nenek selalu menang. Sampai-sampai kalau ada
perlombaan bintang radio lagi nenek dilarang ikut lombanya. Terus Tahun 1945 nenek ditawarin masuk grup namanya Sukma Murni. Yang ngajak
nenek bergabung waktu itu Bapak M. Ilyas. Nenek diajak masuk terus disuruh nyanyi Keluhan Jiwa. Karena lagunya sedih nenek mau, soalnya nenek suka
sama lagu yang sedih-sedih, terus nyanyinya pake ungkapan hati, nenek suka kali itu nak.
Lagu Keluahan Jiwa sendiri diciptakan oleh M. Nasir. Beliaulah yang membentuk grup Sukma Murni. Setelah M.Nasir meninggal dunia, grup Sukma Murni pun pengelolaannya
dipercayakan kepada Ahmad Fuad suami Nur ‘Ainun sendiri. Grup ini memang sangat terkenal dengan lagu Keluhan Jiwa. Tenarnya lagu Keluhan Jiwa yang diluncurkan oleh group Sukma
Murni, membuat mereka ingin berkarya lagi dengan membuat sebuah lagu yang berjudul Kuala Deli. Ternyata lagu ini pun mendapat respon tanggapan dari masyarakat. Bukan cuma itu saja
lagu Kuala Deli pun disukai oleh dunia flim, khususnya Persatuan Artis Film Indonesia PARFI. Mereka ingin memakai ilustrasi musik Kuala Deli. Bukan Cuma ilustrasi musiknya
saja melainkan judul filmnya pun juga mereka buat dengan judul Kuala Deli.
Universitas Sumatera Utara
Setelah lagu Kuala Deli dibuat, mereka pun sudah menyiapkan sebuah lagu baru yang berjudul Tudung Saji. Lagu ini pertama sekali dinyanyikan di Lapangan Merdeka pada saat
Presiden Sukarno datang ke Medan. Beliau mengatakan pada saat bernyanyi Sukarno memakai kaca mata hitam. Sehingga tema-temanya meledeknya,
“Nur awas Sukarno udah pake kaca mata, hati-hatilah kau soalnya kacamata Sukarno itu tembus pandang. Nanti dilihat semua dalam mu.”
Ledekan ataupun ejekan ditangapi santai oleh Nur ‘Ainun. Beliau mengatakan jika dirinya sangat malu apabila dia pada saat bernyanyi melakukan kesalahan seperti lupa lirik, tidak
seirama dengan musik, dan lain sebagainya. Memang Nur ‘Ainun di saat bernyanyi berusaha sekuat mungkin untuk tidak pernah salah. Inilah yang membuat orang-orang Melayu selalu ingin
mengundangnya bernyanyi. Nur ‘Ainun adalah seorang penyanyi yang pelit dengan goyangan. Sebutan sebagai
penyanyi “tiang listrik” pun diraihnya dari masyarkat karena Nur ‘Ainun saat di panggung tidak pernah bergoyang. Untuk itulah beliau lebih cenderung bernyanyi yang temponya lambat rentak
senandung. Berikut tanggapan beliau sebagai penyanyi “tiang listrik”:
Memang itu pernah nak ditulis di surat kabar besar-besar, Inun Si Penyanyi Tiang Listrik. Nenek sih pasrah aja lah apa kata orang. Yang jelas dalam
hidup nenek, nenek kan mau nyanyi bukan mau nari. Lagian namanya kita nggak bisa goyang masa dipaksakan nak. Tapi ya udalah nenek punya
prinsip di mana-mana belum tentu semua orang suka sama kita. Biarpun mereka itu nggak suka sama nenek, tapi ada jugalah yang suka sama nenek.
Biarpun nggak mau goyang. Tapi memang ialah nak, kalau lagu yang temponya cepat, nenek agak kurang suka nyanyinya, tapi mau juga kadang-
kadang. Soalnya nenek agak risih kalau goyang, kayak gimana gitu. Tapi seperti yang nenek bilang tadi, yang penting nenek hanya mau nenek itu
nyanyinya yang bagus, orang bisa suka kalau lagi nonton nenek. Terus tekad nenek harus bisa nyanyi apa aja lagunya yang dikasih sama orang. Mau
Universitas Sumatera Utara
rentak senandung, mak inang, joget, pasti nenek berusaha nyari supaya jangan buat kecewa orang. Biarpun kalau lagu joget nenek ngaak goyang.,
yang penting kan nyanyinya bagus wawancara 5 Oktober 2010.
Akhirnya Nur ‘Ainun pun bergabung dengan grup Sukma Murni yang dipimpin oleh M. Ilyas. Grup Sukma Murni sendiri memiliki 12 personil. Jumlah yang begitu banyak. Kata beliau
dahulu lazim grup band jumlahnya harus banyak. Jadi sangat berbeda dengan grup band sekarang. Adapaun personil-personil Sukma Murni sendiri adalah seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.1: Personil GroupBand Sukma Murni
No. Nama Personil
Instrumen 1.
Abdul Mazib Drum
2. Syamsuddin
Contra Bass Biola 3.
Ahmad Fuad suami Nur ‘Ainun Akordion
4. Aliudin
Terompet 5.
Tengku Bustami Terompet Alto
6. A.B. Abas
Clarinet 7.
Muthar Bass
8. Syhabudin
Gendang Melayu 9.
Aldul Karim Gendang kecil
10. Ali Ahmad
Biola Piano, 11.
Nur ‘Ainun Penyanyi
12. M.Ilyas
Ketua Sukma Murni
Universitas Sumatera Utara
Jika ditanya mengenai siapa yang mengajarinya bernyanyi, Nur ‘Ainun mengatakan tidak ada yang mengajarinya bernyanyi. Hanya berlatih dan memang sudah bakat. Dia juga
mengatakan memang pada saat ayahnya masih hidup, ayahnya pernah mengajaknya untuk melihat bermain musik Melayu bersama grup mereka, yaitu Langkat Band. Semenjak itu timbul
ketertarikan dirinya untuk ingin menjadi seorang penyanyi. Biarpun pada zaman itu penyanyi adalah sebuah pekerjaan yang tabu bagi wanita,
sehingga ibunya kurang suka kalau Nur ‘Ainun suatu saat memiliki cita-cita sebagai penyanyi. Namun demikian, Nur ‘Ainun membatah semua tangapan mengenai penyanyi Melayu itu tidak
baik. Banyak penyanyi-penyanyi pada saat itu tidak menjual suara, tapi tubuh. Itu yang membuat Nur ‘Ainun tidak suka dengan lagu yang cepat atau joget, biarpun dia bisa
menyanyikanya. Dalam konteks persepsi itu, Nur’Ainun membuktikan kepada ibunya. Saat Nur ‘Ainun
bernyanyi ia selalu berpakaian rapi, sopan santun, dan suara yang dihasilkan pun sangat bagus. Ia juga banyak mengukir prestasi yang ia dapat dari lomba-lomba yang dimenangkannya.
Oleh karena itu, akhirnya Ibunya mengizinkan beliau bernyanyi dengan bakat yang dia punya. Disertai dengan karakter vocal yang dia bangun dengan sangat baik. Dampaknya
menjadi panutan bagi penyanyi lain dan didukung oleh masyarakat yang melihatnya saat bernyanyi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.9: Sertifat dan Piagam yang Diterima Nur ‘Ainun sebagai Juara Penyanyi Bintang Radio
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10: Piagam Penghargaan Televisi Republik Indonesia TVRI kepada Orkes Sukma Murni yang
Teruji Kualitasnya Membuat Produksi Musik
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Sampai saat ini, masih banyak sertifat dan piagam-piagam yang diterima oleh Nur ‘Ainun. Namun sebahagiannya tidak nampak bahkan hilang dan rusak. Sehingga penulis hanya
bisa mendapat sebagaian saja dari prestasi yang Nur ‘Ainun peroleh dari semenjak ikut bernyanyi sendiri, hingga prestasi sukma murni sebagai grupnya.
Salah satu prestasinya adalah Nur ‘Ainun mendapatkan penghargaan sebagai penyanyi bersuara merdu, di Jakarta. Baginya prestasinya itu adalah sebuah penghargaan yang sangat
berharga, karena penghargaan ini adalah sebuah tanda untuk para seniman yang kualitas suaranya masih sangat bagus. Dalam arti beliau adalah penyanyi yang memiliki bakat yang
sangat bagus, suaranya yang indah dan merdu. Juga dapat menyanyikan tempo sesuai apa yang diigini oleh masyarakat saat mereka meminta Nur ‘Ainun bernyanyi. Untuk ini juga saya sebagai
penulis tertarik untuk membahas Nur ‘Ainun ke dalam tulisan saya ini,
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.11: Sebuah Penghargaan dari Stasiun Televisi di Jakarta kepada Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi
Bersuara Merdu
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Di samping piagam, sebagai seniman musik Melayu ternama, Nur ‘Ainun pun pernah diberitakan keberadaannya oleh beberapa surat kabar di tingkat nasional atau daerah Sumatera
Utara. Koran-koran ini membahas secara luas mengenai dirinya. Termasuk tentang karir, awal dirinya masuk ke dalam dunia entertaiment, dan perjalanan Sukma Murni sendiri sebagai
grupnya. Sukma Murni adalah sebuah grup yang memiliki prestasi dalam seni musik di eranya.
Mereka membuat lagu dan memasarkannya kepada masyarakat. Biasaya masyarakat pencinta musik Melayu akan kagum saat mendengarkan karya musik grup ini. Kesukaan masyarakat ini
didukung oleh ciptaan dan garapan music yang dianggap indah disertai suara merdu dari Nur ‘Ainun sendiri.
Berikut ini gambar halaman koran-koran yang pernah menuliskan mengenai dirinya dan sukma murni.
Gambar 3.12: Nur ‘Ainun yang Diberitakan oleh Koran Analisa Tahun 1958
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Gambar 3.13: Nur ‘Ainun Berbicara Mengenai Musik Melayu pada
Surat Kabar Analisa 1985
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.14 Harian Kompas Memuat Berita tentang Nur ‘Ainun sebagai Biduanita 1987
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Gambar 3.14 Harian Kompas Memuat Berita tentang Nur ‘Ainun 1988
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Koran-koran tersebut mengulas bahwa seorang Nur ‘Ainun pada zamanya sangat terkenal, sehingga banyak orang-orang, khususnya yang bekerja dalam surat kabar ingin
mendapat keterangan mengenai kesenian Melayu melalui Nur ‘Ainun. Pihak pers ini menganggap bahwa Nur ‘Ainun adalah sosok wanita yang sangat mengerti mengenai Melayu.
Beliau sendiri bekerja dalam kesenian Melayu, khususnya musik. Keberadaan Nur ‘Ainun juga diberitakan oleh surat kabar Analisa Medan tahun 1985.
Adapun berita itu diberi tajuk ‘‘Nur ‘Ainun Si Suara Emas.” Penulis Koran ini memuji kehebatan suara Nur ‘Ainun yang beda dengan para penyanyi lain. Suaranya berkarakter kuat
dan menjadi ikon bagi penyanyi-penyanyi Melayu lainnya. Album Nur ‘Ainun sendiri berjumlah 20 buah,. Terdiri dari kaset komersial untuk tape
recorder, yang terkenal adalah yang diliris tahun 1992 bersama Efendi Arif, kemudian piringan hitam yang berjumlah 2 buah, yang diliris tahun 1970 di Malaysia. Selain itu, Nur
‘Ainun pun pernah berkolaborasi bernyanyi bersama Rizaldi Siagian dan Titik Puspa. Titik puspa adalah satu angkatan dengan Nur ‘Ainun pada zamannya.
Bukti Nur ‘Ainun sebagai seniman yang produktif sebagai penyanyi, bisa dilihat dari kaset-kaset yang memuat suara emasnya. Kaset yang bisa penulis tunjukkan hanya beberapa,
karena menurut penuturan beliau ada yang hilang dan rusak. Kaset-kaset Nur ‘Ainun umumnya diliris bersama musisi-musisi terkenal yaitu Efendi Arif dan kawan-kawan. Dalam kaset yang
bertajuk Tanjung Balai, terdapat banyak juga penyanyi-penyanyi Melayu lain selain Nur ‘Ainun, seperti Tiar Ramon, dan H.A. Rahmat A.S. Kemudian dalam kaset yang berjudul Sirih Naik
Anjungan Patah, di dalmnya ada Nur ‘Ainun dan Tiar Ramon. Pada album Laila Manja,ada musisi Ujang Virgo dengan penyanyi Nur ‘Ainun dan Yan Juneid sebagai penyanyi tambahan.
Kaset yang bertajuk Gerenek adalah judul album Nur ‘Ainun yang diliris oleh Rinto Harahap dan
Universitas Sumatera Utara
Rizaldi Siagian. Di sini Rinto Harahap dan Rizaldi Siagian bernyanyi dengan judul Japin Tanda-tanda, Syor Kali Ah, dan Kalau Rindu Pulang Sendiri ciptaan Rinto Harahap. Di dalam
kaset ini Nur ‘Ainun menyanyikan lagu Laksmana Mati Dibunuh dan Tanjung katung, yang tidak ada penciptanya anonym sebagai lagu Melayu tradisi.
Gambar 3.15: Beberapa Kaset yang Berisi Rekaman Suara Nur ‘Ainun dan Kawan-kawan
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Di sisi lain Laila Hasyim adalah murid Nur ‘Ainun sendiri. Nur ‘Ainun kepada penulis bercerita mengenai Laila Hasyim ini. Nur ‘Ainun pernah memberi masukan dengan tegas
kepada Laila Hasyim. Dia mengatakan jika Laila ingin bernyanyi Nur ‘Ainun akan selalu mendampinginya dan selalu mengajarkannya dengan senang hati, tetapi jika Laila ingin bermain
sinetron dan pergi ke Jakarta, Nur ‘Ainun mengatakan silakan.
Universitas Sumatera Utara
Di saat Laila Hasyim memutuskan ingin menjadi pemain sinetron. Nur’Ainun memberi pesan, bahwa dia tidak akan dianggap lagi sebagai murid, karena pada dasarnya Nur ‘Ainun
sendiri tidak suka dengan dunia sinetron yang glamour dan pamer aurat perempuan. Itulah yang membuat Nur’Ainun melarang Laila Hasyim untuk tidak menjadi seorang
pemain sinetron. Nur’Ainun menjelaskan bahwa dia hanya suka mencari nafkah dengan sewajarnya saja. Tidak usah menjual tubuh yang mengundang dosa bagi orang yang melihatnya.
Bahkan Nur ‘Ainun mengatakan bahwa hiduplah secukupnya, jangan berlebihan tidak baik nantinya. Sehingga dalam realitasnya Nur ‘Ainun sendiri memang bisa dibilang cukup saja.
Namun demikian, penulis bisa melihat bahwa Nur ‘Ainun memang sangat bahagia dengan kehidupan yang diajalani sekarang. Biarpun banyak orang yang menegejek-ngejeknya dengan
sebutan rumah panggung, tapi dia tidak perduli apa kata orang. Yang penting di hari tuanya, ia hanya ingin hidup menjadi lebih baik, dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Walaupun Laila Hayim tidak menjadi murid Nur ‘Ainun lagi, tetapi Nur ‘Ainun mengatakan Laila Hasyim masih sering juga mendatangi beliau. Biarpun Nur ‘Ainun sempat
memarahi dan melarang Laila Hasyim untuk tidak bermain sinetron, bukan berakti Nur ‘Ainun membenci ataupun iri. Dia hanya ingin Laila Hasyim itu menjadi perempuan yang memiliki
wibawa. Beliau mengatakan bahwa, pelarangan yang ia tujukan kepada Laila Hasyim itu semata-mata karena sayang kepada Laila Hasyim. Pada saat saya menanyakan dan membahas
masalah itu, beliau menunjukan sebuah foto dia dan Laila Hasyim.
Gambar 3.16: Nur ‘Ainun dan Laila Hasyim
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Seterusnya Nur ‘Ainun berkeinginan bahwa, suatu saat dia ingin membuat sebuah VCD, agar ia bisa melihat dirinya sendiri pada saat dia bernyanyi. Untuk itu penulis berencana
membuat sebuah CD untuk beliau, karena penulis juga ingin melihat dan mendengar langsung suara merdu Nur ‘Ainun. Penulis juga ingin melihat bentuk rentak-rentak dari setiap lagu-lagu
yang dibawakan dan dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun.
Gambar 3.17:
Universitas Sumatera Utara
Nur ‘Ainun di Depan Rumahnya
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Gambar 3.18: Bersama May Liza Murni
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Gambar 3.19: Bersama Penulis dan Dua Teknisi untuk CD,
Dusel Banjarnahor dan Johanes Tarigan
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.20: Nu ‘Ainun Bersama Penulis
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Pada saat penulis melakukan wawancara dengan Nur ‘Ainun, penulis juga memberanikan diri bertanya mengenai honor yang diterima oleh beliau pada saat bernyanyi.
Beliau dengan senang hati mau memberitahu jumlah honor yang diterimahnya. Berikut penuturanya:
Universitas Sumatera Utara
Honor nenek yang pernah nenek terimah dulu 25 sen, tapi itu dulu bagi nenek cukup lah nakuntuk makan. Nenek sih dulu masalah bayaran, ngak pernah
nenek patokan. Ya kalau dikasih syukuri, kalau nggak ya udah nggak apa- apa. Nanti kan dapat balas dari Yang Di Atas [Tuhan maksudnya], tetapi
biasanya bayaran nenek yang besar itu, kalau nenek nyanyinya di luar negeri kayak Malaysia dan Sigapura. Kemaren, tahun yang lalu, ya nak, nenek
dapat bayaran lima juta, itu kalau nggak salah, di Singapura. wawancara 5 Oktober 2010.
Jika ditanya mengenai kegiatan Nur ‘Ainun sekarang ini, maka jawaaban beliau adalah hanya bernyanyi di acara pesta-pesta perkawinan. Meskipun pada kenyataanya beliau
sebenarnya sudah capek dan dia hanya ingin menikmati masa tuanya. Tetapi dia adalah sosok orang yang tidak bisa menolak, jika dia diminta untuk bernyanyi. Biarpun pada saat ia ingin
istirahat. namun dia pasti menerima tawaran tersebut. Apalagi ditambah dengan penglihatan yang tidak begitu jelas yang membuat Nur ‘Ainun
merasa takut untuk berpergian kemana-mana, termasuk saat undangan menyanyi. Ditamabah dengan jalan yang sudah sangat kaku, sehingga di saat jalan Nurn‘Ainun tidak bisa berdiri tegak
dan juga tidak bisa berdiri lama. Hal inilah yang membuat masyarakat untuk berhati-hati dan berpikir bila mengundang Nur ‘Ainun saat menyanyi di tempatnya. Biarpun pada kenyataanya
ada saja orang-orang yang sangat suka dengan suara Nur ‘Ainun mengundangya bernyanyi di tempatnya, dengan catatan Nur ‘Ainun dijemput dan diantar pulang sampe ketempat tujuan.
berikut penuturanya. Nenek itu sebernarnya udah capek, nggak kuat lagi jalan. Apalagi mata
nenek udah agak kurang melihat, kayak udah kabur lah nak, gelap kalau lihat, makanya kalau kemana-mana cucu nenek yang selalu temanin nenek
kalau ada yang nyuruh nyanyi. Nenek bukan capek nyanyinya, namanya bakat itu nggak akan pernah hilang, tapi perjalanan yang mau nayanyi yang
buat nenek capek. wawancara 5 Oktober 2010.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.21: Nur ‘Ainun diusia 78 tahun.
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALISIS STRUKTUR LAGU-LAGU
RENTAK SENANDUNG, MAKINANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKAN OLEH NUR ‘AINUN
4.1 Transkripsi