Sistem Notasi Rentak Senandung Asli

memakai garis paranada tersebut kita dapat melihat tinggi rendahnya nada-nada tersebut, pola ritem yang dipergunakan dan simbol-simbol musik seperti nada kres, kunci birama, tanda birama, dan juga meter atau ketukan yang didalam masyarakat Melayu disebut dengan rentak.

4.2.1 Sistem Notasi

Dalam Seeger 1958 dalam makala perikuten membedakan dua jenis notasi musik yang mempunyai tujuan yang berbeda, yaitu notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Notasi deskriptif sasaranya adalah sebagai pentunjuk untuk seorang penyanji tentang bagaimana dia harus menyanjikan sebuah komposisi musik. Memadainya notasi musik tersebut ditentukan oleh hasil penyanjian yang memakai notasi tersebut, atau seberapa jauh si penyanji menangkap keinginan komposisi lewat notasi tersebut. Jika notasi barat pada zaman dulu menggunakan neume yaitu sebuah notasi yang ditulis dengan menggunakan gambar kasar mengenai arah lagu yang dinyanyikan. Kemudian notasi deksriptif dimaksudkan adalah untuk menyampaikan kepada si pembaca cirri-ciri dan detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Sistem notasi yang digunakan adalah sisetem notasi barat yaitu notasi balok dikarenakan notasi ini adalah sebuah gambaran yang dapat dimengerti oleh semua kalangan, khususnya yang mengerti tentang musik sehingga pentranskipsian musik kedalam not balok adalah cara yang paling masuk akal, karena bisa diterima oleh semua kalangan dunia, jadi penulis menggunakan notasi balok dalam pentranskripsian lagu-lagu Nur ‘Ainun ini, agar penulis dapat berkomunikasi dan bertukar fikiran bagi orang yang melihat dan mengerti dengan pentranskripsian yang penulis lakukan. Dibawah ini bentuk dari rentak Pukulan Senandung. Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Rentak Senandung Asli

Rentak senandung dalam musik Melayu adalah sebuah pole ritem pukulan gendang yang terdiri dari kombinasi tiga buah motif ritem, bertempo lambat lebih kurang enam puluh ketukan setiap menit bermeter delepan, serta susunan durasi not yang akan di diskusikan berikut ini. Nilai durasi not ketukan yang terdapat di dalam pole ritem rentak senandung adalah nilai not seperempat , nilai not seperdelapan , nilai not tiga perenambelas , den nilai not seperenam beles . Semua nilai not itu digabungkan ke dalam kelompok-kelompok motif ritem yang disebut ke dalam motif A, motif B, dan motif Bl. Motif A adalah gabungan tiga buah not seperempat dan satu buah not seperdelapan yang dimainkan di dalam empat ketukan, yaitu: , Motif dimulai dari hitungan pertama den diakhiri pada jatuhnya hitungan empat. Motif B adalah kombinasi dua buah not seperdelepan, satu buah not tiga perenambelas dan satu buah not seperenam belas iaitu: , dan motif ini diawali pada ketukan atas anacrusis yang terdapat di dalam ketukan pada hitungan keempat. Motif BI dibedakan dengan motif B berdasarkan perbedaan nilai not pada akhir not yaitu not seperempat di tempat mana jatuhnya pukulan gong yang mengakhiri siklus pole ritem rentak senandung ini. Dilihat dari pengkombinasian motif-motif terurai di atas dapat disimpulkan bahwa jenis meter pada rentak senandung adalah lapan, dengan susunan yang dapat dilihat pada ilustrasi 2, sedangkan siklus pole ritem rentak senandung berikut rangkuman analisisnya dapat dilihat pads ilustrasi 1. Ilustrasi Musik 1. Siklus Perputaran Pole Ritem Rentak Senandung Universitas Sumatera Utara Ilustrasi Musik 2. Meter Pola Ritem Rentak Senandung Siklus pola ritem di atas belum bisa mewakili pole ritem gendang Melayu tanpa kesertaan warna bunyi gendang dan aksentuasi yang memberikan warna keseluruhan dari rentak senandung ini. Suara gendang yang terdiri dari empat suara tak, ding, dang, tung harus diletakkan tepat di setiap motif ritem yang terdapat dalam rentak senandung. Dalam hal ini ritem A digantungi- dengan warna bunyi tak-tak-tak-tak; sedangkan motif B digantungi dengan warna bunyi tung-dang-dang-tung; motif BI merupakan pengulangan dari motif B hanya saja pada bunyi tung yang terakhir lebih panjang dari bunyi tung terdapat pada motif B. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa warna bunyi yang dipakai di dalam rentak senandung adalah tak, ding, dan tung; selain itu untuk membedakan aksentuasi bunyi, penyelidik membubuhi tanda di atas not yang berakti pukulan kuat keras, forte. Untuk memperjelas uraian di atas dapat dilihat ilustrasi 3. Universitas Sumatera Utara Ilustrasi Musik 3. Kombinasi Warna Bunyi, Pole Ritem, Rentak Senandung Ringkasan yang dapat ditarik dari analisis di atas adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Syair lagu laksmana mati dibunuh Sayang laskmana mati di bunuh, hai mati dibunuh Mati dibunuh datuk menteri Universitas Sumatera Utara Sayang laksmana mati di bunuh, hai mati dibunuh Mati di bunuh datuk menteri Tuan umpama minyak yang penuh, hai minyak yang penuh Sedikit tidak melimpah lah lagi Sayang laksmana mati terbuhuh, hai mati terbunuh Mati terbunuh datuk panglima Sayang laksmana mati terbunuh, hai mati terbunuh Mati terbunuh datuk panglima Bukab tanaman tak mau tumbuh, laksamanalah sayang Kiranya bumi tidak terima Bukan tananam tak mau tumbuh, laskmanalah sayang Kiranya bumi tidak terima Laksmanalah sayang Sudah suratan nasib laksmana Dan satu lagu ciptaaanya yang berjudul Kepastian Universitas Sumatera Utara Kepastian Kini Hari telah Berganti Minggu Minggu pun segera akan berlalu Bulan pun pasti akan Menjelma Nahum kau tak juah Tiba Kini Bulan telah Bulan Menghilang Tahun pun akan Tibalah Pulang Ku tahu Engkau tidak Berakti Kau ingkari janji Mu Sendiri

4.2.3 Rentak Mak Inang Dan Rentak Patam-Patem