Kualitas dan Akreditas TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas dan Akreditas

Kualitas adalah sesuatu yang sangat penting, dilakukan oleh kedua belah pihak, baik pemberi layanan kesehatan ataupun penerima layanan dalam proses membangun pondasi yang kuat bagi suatu institusi kesehatan S.L.Goel, 2002. Kualitas itu sendiri bukanlah sesuatu yang didapatkan secara kebetulan melainkan diperlukan suatu upaya yang harus dilakukan oleh semua orang di setiap level dan pada berbagai tahapan dari suatu sistem penyedia layanan kesehatan. S.L.Goel, 2002. Oleh karena itu, rumah sakit merupakan instalasi penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik terukur dari kualitas yang dimilikinya. Akreditas adalah suatu proses pengakuan atau legalisasi, penerimaan, dan kepercayaan yang diberikan oleh badan akreditas kepada suatu rumah sakit dalam hal pemenuhan standar pelayanan, sehingga rumah sakit tersebut dapat dinilai kemampuannya dalam mengupayakan peningkatan mutu pelayanan Mulyadi, 1997. Akreditas bukanlah hal yang baru didunia perumahsakitan, kata Akreditas sudah ada bahkan sejak tahun 1950-an.Bahkan pengakreditasan untuk rumah sakit pertama di dunia telah dilakukan sejak 40 tahun yang lalu Ratcliffe.R.L, 2009. Dalam hal ini lembaga yang mempunyai peranan penting dalam “Akreditas” untuk rumah sakit adalah Joint Commission yang berdiri sejak tahun 1951. The Joint Commission on Acreditation of Healthcare Organization JCAHO atau yang biasa dikenal JCI telah melakukan akreditas untuk lebih dari 95 rumah sakit di Amerika. Organisasi pertama kali dibentuk dengan misi untuk “melawan” terjadinya kesalahan pada pelayanan medis medical error dan melakukan perbaikan kepada rumah sakit diseluruh Amerika HSCM, 2005. Sejak JCI berdiri telah banyak rumah sakit di seluruh dunia melakukan akreditas JCI. Sebagai contoh rumah sakit di Dublin Irlandia yang telah mendapatkan akreditas JCI sejak tahun 2002 dan hingga saat ini telah memperoleh sertifikat Gold member selama 4 kali berturut-turut. Lalu diikuti 7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta negara lain seperti Singapore National University Hospital yang mendapatkan akreditas JCI pada tahun 2005, dan pada Januari tahun 2012 untuk Indonesia sendiri telah ada lima rumah sakit yang telah mendapatkan akreditas JCI. Jika kita ingin mencoba untuk membandingkan berapa persentase rumah sakit yang sudah mendapatkan akreditas International maka kita akan tercengang karena dari 1800 rumah sakit di seluruh Indonesia dan dari 111 rumah sakit yang ada di Jakarta baru lima rumah sakit yang mendapatkan akreditas International. Jadi dapat disimpulkan bahwa kurang dari 1 rumah sakit di Indonesia yang telah diakreditasi Depkes R.I, 2008. Dengan melihat kondisi tersebut, maka sejak tahun 1995 Depkes RI telah menggiatkan akreditas terhadap rumah sakit yang ada di Indonesia melalui Komisis Akreditas Rumah Sakit KARS. Tujuan dilakukannya akreditas rumah sakit adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap pasien. Hal ini sejalan dengan UU nomor 8 tahun 2000 tentang perlindungan terhadap konsumen. Menurut Depkes : Akreditas Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditentukan Depkes RI, 2008. Definisi akreditas menurut Joint Commission International adalah proses dimana suatu lembaga, yang terpisah dan berbeda dari organisasi pelayanan kesehatan biasanya nonpemerintah, melakukan penilaian terhadap organisasi pelayanan kesehatan JCI, 1999. Tujuan akreditas menurut Joint Commission International untuk menentukan apakah organisasi tersebut telah memenuhi seperangkat persyaratan standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan. Selain tujuan akreditas, seharusnya dapat memberikan manfaat bagi rumah sakit yang melakukannya. Menurut Joint Commission manfaat akreditas itu sendiri adalah : a. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa organisasi itu menitikberatkan sasarannya pada keselamatan pasien dan kualitas perawatan yang diberikan. b. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga karyawan merasa puas. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Bernegosiasi dengan sumber daya pendanaan yang akan menanggung biaya perawatan berdasarkan data kualitas perawatan yang disediakannya. d. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka serta melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses perawatan. e. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan-laporan kasus efek samping yang dicatat berdasarkan waktu kejadian dan hal-hal lain terkait keselamatan. f. Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerjasama. Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien disegala tingkatan JCR, 2010.

2.2. Akreditas oleh KARS Komisi Akreditas Rumah Sakit dan Joint Commission