Peraturan Penyimpanan, Penandaan, Penyiapan, dan Penggunaan Kalium Klorida

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Pengukuran berulang konsentrasi plasma kalium diperlukan untuk menentukan apakah infus lebih lanjut diperlukan, dan untuk menghindari perkembangan hiperkalemia.

2.9.5. Pemberian Obat

Larutan infus kalium Siap-campuran prefilled bags harus disiapkan dan digunakan bila memungkinkan, dalam bentuk ampul kalium pekat, WHO, 2010. Departemen Farmasi harus memberikan resep dengan daftar yang tersedia siap dicampur dalam kantung infus kalium. Pelabelan : vial kalium, jika disimpan di tempat perawatan pasien, harus memiliki label peringatan yang menyatakan HARUS DILARUTKAN. WHO merekomendasikan bahwa ini harus menjadi peringatan WHO, 2010. Penyiapan kalium pekat di rumah sakit harus memastikan bahwa prosedur tertentu melibatkan lokasi, penyimpanan dan penggunaan kalium dalam area penggunaan spesialis IMSN, 2013.

2.10. Peraturan Penyimpanan, Penandaan, Penyiapan, dan Penggunaan Kalium Klorida

Pekat Di RSUP. Fatmawati Nomor Dokumen HK.0305II.116492012 025FAR Penyimpanan obat high alert yang diterima dengan memeriksa : 1. Nama obat high alert. 2. Jumlah obat high alert. 3. Tanggal kadaluarsa obat high alert. 4. Kondisi fisik obat high alert. 5. Kondisi penyimpanan khusus obat high alert. Pemberian penanda khusus stiker high alert oleh petugas farmasi di gudang atau depo farmasi diberikan pada kemasan fisik vialampulsyringeflesh. Pencatatan stok obat high alert yang diterima, pencatatan dilakukan oleh petugas dalam sistem informasi rumah sakit SIRS dan kartu stok obat high alert sebagai penambahan jumlah. Penempatan obat high alert oleh petugas pada lemari penyimpanan obat yang bertanda khusus list merah dan stiker high alert dengan kriteria khusus kalium klorida pekat : a. Elektrolit pekat injeksi KCL dan NaCL 3 hanya disimpan di instalasi farmasi depo dan gudang dalam troly emergency IBS, ICU, ICCU, NICU, PICU, resusitasi IGD. b. Penempatan obat high alert oleh petugas pada lemari penyimpanan dengan metode FIFO dan FEFO dengan cara : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin antara 2-8 C maka disimpan dalam lemari pharmaceutical refrigerator. 2. Obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu ruangan yaitu 25 C maka disimpan dalam lemari yang diberikan penanda khusus. Pelaksanaan teknik pencampuran obat injeksi high alert secara aseptik oleh petugas pencampuran obat : 1. Prosedur Mengambil Larutan Dari Ampul atau 2. Prosedur Mengambil Larutan Dari Vial sesuai dengan sediaan obat yang dikerjakan. Penyiapan obat high alert dengan pemberian obat high alert dan label “identitas” yang sesuai pada setiap syringe atau infus yang sudah berisi obat oleh petugas pencampuran obat. Label “identitas” berisi data tentang : 1. Nama Pasien 2. Nomor Rekam Medik 3. Nama Obat 4. Dosis obat 5. Pelarut dan volume pelarut 6. Rute Pemberian 7. Tanggal Pembuatan 8. Tanggal Kadaluarsa setelah pelarutan obat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kebijakan RSUP.Fatmawati Nomor Dokumen HK.03.05II.116512012 025FAR Bagan 1. Alur Pencampuran Obat High Alert di Ruang Rawat Inap UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pasien yang menggunakan obat dimonitoring. Pasien mendapatkan obat. Perawat memberikan obat Perawat melakukan pencampuran dan menandakan obat. Jika dalam keadaan sibuk boleh dilakukan farmasi. Bagan 2. Proses Permintaan Kalium klorida di Foothills Medical Centre Esmail et al.,2005 1. Pre- order through OPSCAR TDS 2.Perawat melakukan ordering KCL premix langsung kepada petugas farmasi 3.Perminta an dicetak sebanyak 2 buah untuk unit dan farmasi 4. Unit panitera mengambil permintaan 5. Unit panitera meminta penjelasan lebih lanjut kepada perawat. 6. Perawat mendapat obat dari lemari narkotik. Farmasi menyimpan stok dalam lemari narkotik. Perawat mendapatkan kunci kemudian mengambil KCL, paraf perawat Perawat memperhitungkan kecepatan pemberian dan volume pemberian. Kemudian pencampuran dan penandaan obat dilakukan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pelaksanaan pemberian obat high alert kepada pasien dengan verifikasi tujuh BENAR oleh DPJP atau oleh dengan pasien IRNA di ruangan : 1. Benar obat 2. Benar waktu pemberian dan frekuensi pemberian 3. Benar dosis 4. Benar rute pemberian 5. Benar pasien 6. Benar informasi 7. Benar dokumentasi Pelaksanaan pemberian obat high alert pada pasien pengguna KCL : a. Apabila obat high alert Dalam sediaan khusus maka dokter DPJP atau perawat yang melakukan pemberian obat langsung pada pasien. Bentuk sediaan tersebut adalah : 1. Enteral Sublingual, Rektal 2. Parenteral intravaskular,intra Muscular, Subcutan 3. Lain-lain inhalasi,intranasal, intratekal,topikal, transdermal b. KCL 7,46 injeksi konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 Meq = 1 ml harus diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 ml KCL : 10 ml pelarut WFINaCL 0,9. Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10 Meq100 ml. Pemberian KCL injeksi melalui perifer diberikan secara perlahan-lahan dengan kecepatan infus 10 Meqjam atau 10 Eq KCL dalam 100 ml pelarutjam. Pemberian obat KCL melalui central line vena sentral, konsentrasi maksimum adalah 20 Meq100ml, kecepatan infus maksimum 20 Meqjam atau 20 Meq KCL dalam 100 ml pelarutjam. Pelaksanaan pencatatan dan pendokumentasian penerimaan obat High Alert yaitu : 1. Bila pasien dalam keadaan kondisi sadar dan koperatif maka pasien memberikan tanda tangan dalam kolom “paraf pasien” pada formulir pencatatan dan pemantauan penggunaan obat pasien. 2. Bila pasien tidak sadar atau tidak kooperatif maka keluarga pasien memberikan tanda tangan. 3. Bila pasien terlantar kondisi tidak sadar dan tidak ada keluarga maka penandatanganan pemberian obat dilakukan oleh perawat ruangan. Pencatatan pemberian obat pasien yang telah dilakukan dalam rekam medik pasien oleh DPJP atau perawat ruangan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.11. Kerangka Konsep